5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Libur Hari Jumat

JaswantobyJaswanto
March 7, 2023
inEsai
Libur Hari Jumat

tatkala.co

AWAL 2000-an, saya pernah merasa sangat jengkel dan iri (dengki) sampai ujung rambut. Sisi antagonis itu seolah memenuhi ruang hati saya yang sempit—dan dengan begitu membuat dada saya terasa sesak.

Sebabnya hanya satu: saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) (yang liburnya di hari Jumat.)

Bagi orangtua yang sholeh (tahu agama), hari Jumat, selain dianggap keramat, juga diyakini membawa berbungkus-bungkus keberkahan. (Belakangan saya tahu, dalam kepercayaan Islam, Adam diciptakan, dimasukkan dan dikeluarkan dari surga, sampai datangnya kiamat, semua itu, terjadi di hari Jumat.)

Tetapi begini, pengetahuan itu gelap bagi seorang anak kelas tiga MI seperti saya. Bagi saya, hari yang diyakini dikabulkannya do’a-do’a itu, justru saya anggap sebagai “kutukan”. Tunggu, jangan emosi dulu! Begini ceritanya–dan ini ada hubungannya dengan teknologi ciptaan orang Skot itu.

Pada akhir ’90-an, Dusun Karang Binangun (dusun tempat ari-ari saya ditanam) heboh karena segelintir warganya mampu membeli penemuan bernama TV (tipi, lidah orang kampung saya menyebut). Di dekat rumah saya, sesamar ingatan, setidaknya ada tiga rumah yang memiliki benda ajaib itu. Rumah pertama memang rumah orang kaya. (Memangnya orang Karang Binangun macam apa yang menganggap kalau Mbah Paji itu orang miskin?). Zaman itu, rumah Mbah Paji–yang besar itu–sudah berlantai semen.

Bagi kami orang tegalan miskin pelosok, rumah tua dengan dinding kayu kokoh dan lantai semen mengkilat itu adalah kemustahilan. (Hanya karena rumah ini orang Karang Binangun terpaksa dan mau membasuh kakinya yang busuk dan pecah-pecah dan memakai terompah.) Dan rumah ini semakin membuat iler kami dlewer sampai lutut setelah benda kotak berisi macam-macam itu nongkrong, bertengger dengan gagah, mewah, angkuh, menantang, di meja tua di ujung ruang tamunya.

Tetapi Mak Resmi bukan orang kaya. Tapi kenyataannya rumahnyalah yang akan saya sebut selanjutnya. Ia dan suaminya berprofesi sebagai buruh migran di kota (yang tak jelas saya ketahui tepatnya di mana). Dan oleh karena itu, ia bisa sedikit mendongakkan kepala karena mampu menaruh TV di rumahnya yang berlantai tanah merah dengan seumbruk rayap di sudut-sudutnya. Sedangkan rumah ketiga, penemuan abad ke-20 yang oleh Mahfud Ikhwan dibilang “penemuan paling disesali ini” mendarat mulus di rumah pemiliki warung kelontong serba ada: Mbah Is.

Dan benar. Karena teknologi inilah, saya menjadi jengkel dan dengki kepada teman-teman saya yang sekolah di sekolah negeri (yang libur di hari Minggu.)

Selanjutnya, layar TV, dalam bilik memori saya, adalah TV milik Sholeh, milik Pak Towi, milik Mbok Kur, milik Mak Mi, dst..

***

Semenjak TV masuk kampung kami, (hampir) setiap malam kampung selalu rame. Anak-anak kecil yang sebelumnya segera ngumpet di balik punggung ibunya sejak sandikala, hampir pukul 9 masih asyik bergerombol bersama biang-biangnya di depan benda menyala dengan dunia mungil di dalamnya itu.

Dengan begitu, secara otomatis, beberapa anak menjadi (sangat) berani pada malam hari. Seolah hantu yang ngendog di gerumbul-gerumbul sintru, di atas pohon kelapa, di pojok jamban tua Mbah Siyan, di bekas rumah pasung Mbah Pasih, dalam bayangan saya, lenyap dengan ratapan yang menyedihkan. (Jika memang benar sungguh malang hantu-hantu itu.)

Ya, siapa yang tahan untuk tidak ikut nimbrung–dan rasan-rasan tetangga–sambil menonton sinetron kolosal macam ‘Tutur Tinular’, ‘Misteri Gunung Merapi’, atau film-film Barry Prima (Jaka Sembung dan Dewi Samudra, Prabu Anglingdarma II: Pemberontakan Batik Madrim,  Tarzan Raja Rimba dst..) atau film impor dari India, Mandarin, hingga Amerika itu secara gratis. (Mengenai film India saya sarankan Anda untuk membaca tulisan-tulisan Mahfud Ikhwan di blog pribadinya yang sangat “nehi”: dushman duniya ka atau di dalam bukunya Aku dan Film India Melawan Dunia [1 dan 2].)

Sebelum TV masuk kampung kami, kata bapak, beberapa orang bahkan nekat jalan kaki dari Karang Binangun, lewat pematang, nyeberang kali jobak (yang tidak ada jembatannya dan terkenal mitos Nyi Blorongnya itu), tembus SDN Margorejo, lurus ke timur menuju lapangan Margomulyo hanya untuk menonton film Barry Prima di layar tancap–itupun bayar. (Baru membayangkannya saja saya sudah dehidrasi.)

Sedangkan TV, yang menyediakan film-film dari yang ketengan sampai yang kutangan, penonton tanpa dipungut biaya seringgit pun.

Waktu itu, sudah barang pasti TV menjadi hiburan berkelas–dan penting–bagi kampung yang penuh stereotipe seperti Karang Binangun. Pasalnya, selain radio, wayang, ketoprak dan ludruk, hiburan kampung yang terisolasi ini hanya tayuban (dengan bintang sindirnya (penari) yang fenomenal, Endang Mursiah─rockstar tayub tahun ’90an—yang kemudian dilanjutkan oleh generasi selanjutnya: Wantikah, Yaya, dan Barsih.). “Budaya massa yang bagi kalangan Islam modernis dijadikan sebagai anasir yang mesti disingkirkan,” kata Mahdud Ikhwan.

Belum selesai dengan euforia  televisi, Karang Binangun kebanjiran teknologi bernama Digital Video Disc (DVD). Berkeping-keping cakram padat (CD) berisi film, lagu dangdut koplo, pop Melayu, ceramah agama (pengajian), langen tayub, banyolan Cak Supali dkk, dan pelawak Kirun dan Bagio.

Di Pasar Sapi (hewan) Kerek (yang menurut bisik-bisik juga dipakai sebagai tempat prostitusi pinggiran pematang sawah), setiap hari Senin, Anda akan dengan mudah mendapatkan kaset-kaset (orang kampung saya menyebut) bajakan lagu-lagu pop Melayu, film, hingga lagu dangdut koplo Pantura dari Om Palapa, Monata, hingga Sera seharga nasi pecel lengkap dengan paha ayam dan telur dadar.

TV, bukan hanya orang dewasa, anak-anak kecil juga tersihir oleh teknologi yang sampai hari ini masih kami bingungkan itu.

Dan Mahfud Ikhwan benar, bahwa televisi adalah bioskop, taman kota, pasar malam, kebun binatang, dan nyaris apa pun hal menyenangkan yang berhak didapatkan oleh seorang anak kecil. Bahkan, kata Mahfud, nyinyiran Neil Postman tentang televisi yang menganggap, untuk tradisi literasi, televisi gunanya hanya dua, yaitu jadi lampu cadangan jika lampu belajarmu mati dan jadi rak tambahan jika rak bukumu penuh, tak kuasa membuat anak-anak Karang Binangun membenci televisi.

Hari-hari anak Karang Binangun semakin berwarna setelah film-film kartun (kebanyakan dari Jepang dan Amerika) menghiasi layar kaca awal 2000-an. Sekali lagi, seperti kata Mahfud, Postman, orang Amerika nyinyir itu, pasti tak tahu apa-apa tentang hubungan rumit seorang bocah dengan benda yang sangat dibutuhkannya namun tak pernah berani dipikirkan untuk termiliki itu.

Film-film kartun juga jagoan seperti Satria Baja Hitam, Ultramen, film-film kungfu Jackie Chan, Bruce Lee, dan film-film Mandarin ketengan lainnya, termasuk film absurd Stephen Chow, kami lahap dengan mata berbinar. (Saya tahu film-film Hollywood busuk dan kungfu Hongkong ketengan dari Pakde Ngatim.)

Tetapi, yang bikin ngenes, hiburan yang selalu berasosiasi dengan frasa atau kata “kesempatan langka”, “mumpung”, “selagi nonton”, itu, hampir selalu diputar pada hari Minggu pagi.

Saya yang sekolah di sekolah NU sejak MI hingga MA selalu mendapat libur hari Jumat. Tapi libur Jumat tak pernah terasa benar-benar libur. Itulah kenapa, dulu saya selalu memendam iri dan jenggel kepada teman-teman yang sekolah negeri yang menikmati libur Minggu yang total dan lapang.

Dan ini yang membuat harga diri saya menjadi gedibal, saya selalu mendapat bully karena tak pernah menonton film anak yang diputar di hari Minggu. Teman-teman saya menganggap saya ketinggalan zaman.

Begitulah ceritanya, TV, dan pengalaman bersamanya, separoh kenangan saya di masa kecil adalah film-film yang terpotong, tak diketahui ending-nya. Dan itu, karena saya libur di hari Jumat—yang bagi orangtua yang sholeh (tahu agama), dianggap keramat, juga diyakini membawa berbungkus-bungkus keberkahan. [T]

Diki Wahyudi | Sarjana Hukum Undiksha Sukses dengan “Tiktok Sarjana Hukum” untuk Indonesia
Dari Puisi, Riki Dhamparan Putra Berdiang di Perapian Buya Syafii
Cerita Kecil dari Liburan di Bondowoso: Dari Bukit Arak-arak Hingga Situs Glingseran
Tags: bioskopfilmfilm kartuntelevisi
Previous Post

Purnami dan Diva, Siswi SMPN 3 Sukasada, Juara Olimpiade Tingkat Nasional – Berawal dari Medsos

Next Post

Bawaslu dan Pers Sama-sama Berperan dalam Pengawasan

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Bawaslu dan Pers Sama-sama Berperan dalam Pengawasan

Bawaslu dan Pers Sama-sama Berperan dalam Pengawasan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co