:// CATATAN KOMPUTER NING AI
Ai. Jemari kurus. Ruang lenggang.
Tombol komputer berdebu seperti ingatan tentang jemari Ibu.
Kasar, selalu pudar. Pintu diputar.
Seorang perempuan masuk membawa bahan makanan ala kadar.
//
Apakah CINTA dapat dikirim lewat email, Kak?
/
Bisa, tapi kau sekarang tidak bisa mengirimkannya.
Sinyal berpihak kepada buih.
Laut menyamar waktu, kita di ujungnya.
Sangat susah untuk mengendalikan arah.
Tapi ADIK bisa simpan apa yang ingin disampaikan.
/
Oh ya, tombol A dan I di komputer hilang,
dapatkah aku menuliskan CINTA lagi?
/
Bisa. Ambil saja huruf A dari LAKU
dan huruf I dari SEPI.
/
Tapi tombol U ketika di akhir kata tidak bisa terketik,
kadang mau, kadang tidak.
Jadi LAKU tidak bisa muncul,
terlebih lagi dari sosok SEMU yang lama hilang.
/
Kalau begitu ditukar saja, LUKA,
Segala akibat dari LAKU yang kau cari.
/
Tidak bisa juga, Kak.
Ketika L menjadi awal kata, K tidak bisa diikuti oleh A.
Otomatis, kata yang muncul pada layar adalah LUPA.
Seketika LUKA yang ada pada diri hilang.
Juga seluruh kata pada layar komputer tiba-tiba hitam. Sirna!
Ini tidak bisa dialihkan.
/
Oh itu biasa, hanya masalah pengaturan program,
ketik TAYANG pada pengaturan pengguna.
Isi tanda centangnya.
/
Tapi ada suku kata YA di tengah. Aku tidak suka.
Seperti tebaran SAYATAN pada tubuh kakak, juga tubuhku.
Aku tidak mau mengulanginya.
Seperti juga kata SAYANG.
/
Kenapa kau tidak mau mengulangnya?
/
Kata SAYANG sudah tidak ada artinya.
Kakak tertawa.
Juga kata AYAH. Tidak ingin aku eja kata itu.
/
Ya sudah cukup. Ambil saja huruf A dari KAKAK.
/
Tidak apa-apa aku ambil satu huruf itu?
/
Tidak. Kau masih bisa memanggilku dengan KAK.
Oh ya, apakah memarmu masih sakit ketika disentuh, DIK?
/
Masih. Tapi yang aku alami lebih sedikit
dari yang kakak dapatkan.
Aneh, kenapa KAKAK selalu menikmatinya?
Kakak tertawa lagi.
/
Ingat DIK, menarik I dari SEPI tidak semudah LUKA.
Akan ada irisan SEDIH tiap kehadirannya.
Tapi KAKAK percaya kau pasti bisa.
/
Seperti juga kata IBU dengan PILU?
/
Ya.
/
Kapan Ibu pulang Kak?
/
Tidak tahu. Mungkin tidak akan pernah.
Jeda berisi kunyah kacang, teguk air KAKAK.
Bagaimana, sudah bisa?
/
Belum.
/
Jangan kau paksakan diri kalau belum mampu.
Tidak tepat mengeja CINTA sama artinya dengan MATI sia-sia.
Itu yang terjadi pada IBU, kepada KAKAK juga AYAH.
Ingat tulis CINTA. Jangan tulis yang lain.
//
KAKAK beranjak ke dapur.
Ning Ai hanya mengangguk tanda seolah mengerti.
Karena sendiri, pikirannya tidak terkendali.
Ada suara benda jatuh.
Jemarinya menekan tombol-tombol tanpa jeda:
MATI?
:// NING AI INGIN MEMBALAS EMAIL UNTUK DIRINYA
Sebuah email sampai di layar komputer.
Dari IBU, balasan email untuk NING AI.
Ia senang. CINTA yang dikirimnya dibaca.
Untuk seseorang yang terkasih.
Aku akan ulangi lagi,
IBU tidak pulang untuk waktu yang lama.
Berhentilah mengirimkan email dua kali sehari
karena IBU hanya membuka email sebulan sekali.
Kudengar KAKAK-mu sakit, benarkah?
Mengapa KAKAK bisa jatuh di dapur?
Kapan KAKAK-mu akan menikah?
Mengapa KAKAK-mu menjadi kurus seperti itu?
KAKAK pindah bekerja?
Rajinkah KAKAK?
Luka-luka SAYATAN tubuh KAKAK sudah sembuh?
Masihkah ada KUCING-KUCING
yang biasa ke rumah?
KUCING-KUCING malang itu harus hidup, ingat itu!
Jika KAKAK-mu masih saja suka membuang uang receh,
pungut saja lalu belikan ikan kering
untuk KUCING-KUCING,
jangan kau belikan yang tidak-tidak.
Terakhir,
tidak ada kebenaran dalam kata-kata AYAH-mu.
Oh ya, katakan juga kepada KAKAK-mu
agar tidak LUPA membaca pesan ibu kirimkan
karena jawaban atas tanya yang tidak diungkapkan
adalah DOA; SENJATA; juga LUKA.
Semoga dia baik-baik saja.
/
Ning Ai ingin membalas:
IBU, AKU baik-baik saja.
:// FOLDER RAHASIA KAKAK
NING AI bertanya.
//
KAKAK, kenapa folder “asdfasd” di direktori
D:\Keluarga\KAKAK\KERJA\Sakit Hati
\2018-2021\Tangis Berhari-hari (Bagian III)
\2. Rekap Sayat\asdfasd
tidak bisa dibuka?
/
Kenapa kau suka menelusuri folder orang lain?
/
Aku mencari CINTA.
Barangkali dulu tanpa sengaja
aku memindahkannya ke sana.
/
Tidak ada.
Kau jangan mengarang alasan.
Foto-foto IBU sudah terhapus semua.
/
Tapi hanya folder ini saja
yang tidak mau menampakkan dirinya.
Padahal dalam rinciannya berisi 7456 file, 89 folder
dengan total ukuran 12,3 GB.
Aneh, ia seperti manusia,
suka tidak mau berterus terang.
/
Kau membicarakan dirimu sendiri?
/
Tidak Kak.
Aku membicarakan tiap orang.
/
Sudah aku katakan, tidak ada.
Biar mudah, buka saja direktori
C:\Users\Guest\Love
Cari di sana.
Ada banyak bentuk CINTA bawaan dari sistem.
Pasti ada yang kau suka.
/
Semua CINTA itu begitu kaku,
kering, dan tidak berguna,
seperti milik AYAH.
Bahkan cintanya kadang menyakitkan.
Aneh, kenapa KAKAK masih betah?
Maka dari itu,
semuanya sudah aku buang ke tong sampah.
/
Kau masih belum bisa membedakan cinta
yang berharga atau sia-sia secara nyata.
/
Mungkin belum, tapi sistem komputer selalu berkata jujur.
CINTA dalam folder itu terjangkit virus.
3 dari 8 CINTA hanya bisa ditampilkan,
tidak bisa diekspor.
Sedangkan 5 CINTA format filenya sudah usang.
Hanya memenuhi hardisk saja.
/
Kembalikan lagi semua CINTA ke tempat semula,
mereka tidak sejahat yang kau kira.
C:\Users\Guest\Love,
Mereka adalah program CINTA bawaan sistem komputer;
keluarga kita.
Kau masih kecil untuk tidak percaya
bahwa dengan install ulang,
virus dalam komputer akan hilang.
/
Lagi pula direktori itu khusus untuk tamu, “Guest”.
Untuk apa saya memiliki CINTA yang asing?
/
Asing atau tidak itu sebatas penegasian.
Jangan jadi pemilih.
Pakai CINTA yang ada saja.
Kau pasti masih sembunyikan satu atau dua.
/
Semua CINTA telah aku kirimkan kepada IBU.
/
Jangan menuduh diri tidak punya:
Itu dosa.
/
Berarti KAKAK masih memiliki CINTA?
/
Jangan menuduh orang lain punya:
Itu juga dosa.
/
Apa isi folder “asdfasd” itu KAK?
//
:// NING AI INGIN MEMBELI FLASHDISK
//
Sepertinya menyenangkan dapat menampung CINTA
dalam flashdisk, menentengnya ke mana-mana.
Dapat dikirim, diduplikasi,
dan dialihmediakan sesuai kebutuhan tiap orang,
waktu, dan situasi.
CINTA yang praktis.
Sering kuintip KAKAK membawa benda mungil itu
pada saku kecil celana jeans-nya
atau pada sela-sela uang pecahan Rp 50.000
yang biasa AYAH curi kalau kami tidur
hingga akhirnya aku yang selalu dituduh oleh KAKAK
lantas menyuruhku jongkok di WC
dan mengguyurku sampai bak diisi tiga kali.
Kehati-hatian dan perhatiannya membuatku curiga.
Aku yakin KAKAK menyimpan CINTA di sana.
Atau paling tidak, ada beberapa megabytes saja, pasti ada.
CINTA yang rahasia.
Maka dari itu, aku juga ingin memiliki flashdisk.
Tentu, harus ada fitur input ganda:
Minimal USB 3.0 Tipe A dan Tipe C
Agar dapat bertukar data
pada dua perangkat yang berbeda generasi:
masa lalu dan kini; hatiku dan hati orang lain.
CINTA yang terkoneksi.
Tapi aku harus membeli dua flashdisk 64 GB,
Satu dibawa ke mana-mana,
satu lagi untuk disembunyikan,
jaga-jaga nanti dihapus oleh KAKAK.
Aku khawatir karena fitur recovery data
tidak cukup mampu
mengembalikan semua CINTA secara utuh.
CINTA yang rapuh.
Kubayangkan diri sedang menyaksikan
jejeran CINTA dari IBU dalam berbagai format,
terkompress atau mentahan.
Pasti perasaanku menjadi tenang
ke mana pun aku pergi.
Aku yakin.
Teman-temanku di sekolah pasti akan iri.
CINTA gemuk, warna-warni,
serta beraneka ragam itu
akan menjadi topik utama perbincangan
teman-teman.
CINTA yang menggembirakan.
Sudah terkumpul tiga ratus ribu rupiah,
tinggal setengah lagi.
Sisa receh setelah membeli ikan kering
untuk KUCING-KUCING
menjadi milikku.
Itu adalah pemasukan utama
untuk memenuhi keinginan membeli flasdisk
selain membeli headset, keyboard kelap-kelip,
dan masih banyak lagi.
Receh KAKAK yang dibiarkan menggelinding
di lantai ternyata lumayan banyak.
Tidak hanya di rumah, jalan, pasar,
atau di sekolah. Orang-orang tak hirau.
Receh-receh seolah mendapatkan kemerdekaan:
Berdenting, memantul, menggelinding,
menabrak, lalu dibiarkan berhenti, sendiri;
sepertiku, seperti orang-orang
yang kutemui setiap hari.
CINTA yang hakiki.
//
:// MENGGANTI WALLPAPER DEKSTOP
//
Jendela rumah dihalangi bangunan tinggi TETANGGAKU
sehingga cahaya matahari hanya pantulan kaca:
Sinar WALLPAPER DEKSTOP.
Kata Bu Guru, tiap anak baik
harus memiliki sesuatu yang ditatap.
Maka menentukan pemandangan virtual
yang akan kupajang ini seperti memilih musim;
menyangkut KENANGAN;
kaca mata masa depan.
Seperti keputusan untuk mencari tempat duduk
atau menu lauk, pemilihan ini selalu kuputuskan sendiri.
Aku rasa, tinggal raut IBU yang belum.
Tak dapat kutemukan satu pun wajahnya.
Foto profil email hanya tulisan aneh:
“Error 404 Not Found”
Cantikkah Ia? Aku tidak tahu.
Tidak ada deskripsi untuknya.
Dari KAKAK hanya umpatan,
Dari AYAH, tatapan tajam.
Gumam sekaligus tanya:
KUCING-KUCING sudah.
BUNGA-BUNGA atau SENJA semakin pudar.
Pemandangan yang bisa diubah secara instan ini
membuatku haus memajang segala hal menyenangkan.
Tapi benarkah semua itu yang kuinginkan?
/
Jawaban KAKAK:
Tidak ada yang perlu dijadikan tujuan.
Cukup hidup, berlimpah, senang.
Jangan berpikir yang tidak-tidak.
/
Jadi WALLPAPER DEKSTOP apa yang cocok untukku, Kak?
/
Apa pun. Coba saja apa yang kau suka dulu.
Asal jangan wajah diri sendiri.
Kau nanti akan bosan pada dirimu;
dengan hidupmu.
/
Tapi aneh, kata Bu Guru,
satu kali lihat artinya suka,
semakin sering dipandang artinya mesra.
/
Jika benar hal itu,
untuk apa kau selalu menggantinya setiap hari?
/
Itu juga yang menjadi masalah Kak,
kenapa perasaan itu tidak tumbuh dalam diriku?
Banyak hal malah jadi mengesalkan.
KAKAK memandangku sebentar, lalu pergi.
//
[][][]