CERITA PENDEK atau yang sering disebut dengan cerpen adalah suatu karya sastra berbentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi yang dikemas secara pendek dan jelas. Isi pada cerpen biasanya mudah dipahami karena ceritanya relatif pendek dan banyak orang juga yang menyukai cerita singkat.
Seperti pada kumpulan cerpen “Kisah Cinta Dan Dongeng Yang Dimakamkan”, sebuah buku yang ditulis oleh I Putu Agus Phebi Rosadi, diterbitkan oleh Mahima Institusi Indonesia, Singaraja pada tahun 2019. Penulis ini lahir di Jembrana pada tanggal 19 Mei 1990. Beberapa karyanya pernah dipublikasikan di Kompas, Jawa Pos, Bali Post.
Buku ini berisikan sepuluh cerpen didalamnya, yakni Bolup, Cemani, Kisah Cinta Dan Dongeng Yang Dimakamkan, Orkes Stasiun, Perempuan di Distrik Reykjavik, Pertemuan Dan Senja Kematian, Pertemuan Kota Perang: Gadis. Biola. Darah, Pohon Kakek, Scraf Ungu, Wayang Warisan Jero Dalang.
Buku ini sebagian besar menggunakan tokoh utama laki-laki. Buku ini menghadirkan cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan manusia yang berisikan tradisi, kisah cinta dan kematian. Mungkin bagi seseorang yang akan membaca buku ini dengan melihat judulnya akan berekspektasi tentang kisah percintaan tetapi ekspetasi itu akan dipatahkan dengan tajuk cerpen pertama buku ini yaitu “Bolup”.
Alasan mengapa cerpen “Bolup” mematahkan ekspetasi buku ini karena di dalam cerpen “Bolup” menceritakan tentang adat di sebuah desa Korowai, Papua yang mengerikan. Bagaimana mungkin seorang pembunuh harus dibunuh dan tubuhnya akan dimakan beramai-ramai begitulah dilema seorang kepala suku akan tugas dan wewenang ternyata diluar dugaannya sebagai kepala suku yang baru. Ia harus memakan tubuh Ibunya sendiri karena tuntutan adat dan tradisi di desa tersebut.
Tidak hanya tentang adat maupun tradisi tetapi gabungan dari kisah cinta juga akan di temukan dalam cerpen “Kisah Cinta Dan Dongeng Yang Dimakamkan” . Cerpen ini memuat cerita yang dikutip dari sejarah Bali Kuno tentang mitos kembar buncing, Masula dan Masuli, namun dengan hari depan yang berbeda.
Dalam cerita mitos Bali, konon mereka adalah bayi kembar buncing anak Raja Bali Kuno. Karena diyakini telah melakukan hubungan intim selama di dalam kandungan, mereka akhirnya dikawinkan dan menjadi raja-ratu yang membawa Bali ke arah kemakmuran. Namun, bayi kembar buncing yang lahir dari golongan biasa akan dikenakan sanksi adat karena dianggap membawa nasib buruk bagi desa dan harus dibumihanguskan.
Dalam cerpen “Cemani” juga terdapat unsur magis di dalamnya yaitu dimana seekor kucing yang dituduh telah membunuh istri Pustakawan Uban. Dari cerpen ini penulis ingin mengingatkan si pembaca untuk jangan pernah menyakiti hewan karena kita tidak pernah tahu apa balasan yang akan kita dapatkan jika kita menyakiti atau menyiksa hewan dan itu sama saja kita menyakiti ciptaan Tuhan.
Dalam kumpulan cerpen “Kisah Cinta dan Dongeng Yang Dimakamkan” yang ditulis oleh I Putu Agus Phebi Rosadi ini tidak hanya memuat tentang kehidupan sosial dan budaya nusantara tetapi penulis juga telah mampu membuat tema sosial dari luar nusantara yang alur ceritanya sangat menegangkan seperti dalam cerpen “Perempaun di Distrik Reykjavik” dan “Pertemuan dan Senja Kematian”.
Cinta dan patah hati memang kerap terjadi dalam kehidupan manusia saat ini. Cinta pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Hidup tanpa cinta bagaikan makan nasi tanpa lauk.
“Diam-diam aku berharap kau benar-benar segera kembali”
Begitulah curahan hati tokoh utama dalam cerpen “Perempaun di Distrik Reykjvik” penulis mencurahkan imajinasinya dengan menceritakan tentang seorang pria yang bertemu dengan wanita berkebangsaan Inggris di suatu daerah di Islandia dan penulis juga memuat tentang kehidupan sosial orang-orang Inggris-Islandia yang terlihat dalam kutipan berikut:
“Apa yang dikatakan orang-orang ternyata benar, ketika bertemu dengan orang Inggris, yang mereka cakapkan pertama adalah soal cuaca”.
Meskipun bertemakan asmara singkat cerpen ini mampu membuat para pembaca penasaran dan bukan kisah cinta dan patah hati yang terkesan cengeng. Bukan saja hanya menggabungkan kisah cinta dan patah hati tetapi didalam Kumpulan cerpen karya I Putu Agus Phebi Rosadi ini menggabungkan tentang kisah kematian seorang perempuan,.
Bagi sebagian orang kematian selalu diungkapkan dengan kata belasungkawa. Barangkali orang melihat dari sudut pandang orang yang ditinggalkan, bersedih karena telah berpisah dengan orang yang sangat kita cintai dan kita sayangi. Tetapi jarang orang melihat kematian dari sudut pandang mereka yang mengalami kematian. Bisa saja orang tersebut bahagia dengan kepergian tersebut, bisa terlihat dari kutipan berikut:
“Mungkin aku lebih bahagia jika memutuskan meninggalkannya lebih cepat. Bunuh diri adalah cara terbaik untuk mengakhiri penderitaan bukan?”
Kutipan tersebut terdapat dalam buku kumpulan cerpen “Kisah Cinta Dan Dongeng Yang Dimakamkan” yang berjudul “Pertemuan Dan Senja Kematian” dimana cerpen ini menceritakan tentang jalinan asmara yang singkat antara Berno dengan Russy pasangan barunya yang dimana Berno berekspektasi tinggi kepada Russy agar mampu menyembuhkan traumanya terhadap Maria, perempuan Swiss yang dulu pernah membuatnya berjanji untuk tidak jatuh cinta lagi. Tetapi pertemuannya dengan Russy tidak memenuhi harapannya melainkan ia merasa menemukan Maria yang menjelma dalam diri Russy. Dalam cerpen ini penulis menggunkan banyak sekali menyebutkan istilah-istilah atau Bahasa yang puitis dan tentu saja tugas bagi pembaca cerpen ini untuk mencari terlebih dahulu istilah yang tidak dimengerti.
Cerita pendek “Pohon Kakek” salah satu cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen karya I Putu Agus Phebi Rosadi ini juga banyak mengajarkan apa itu cinta tetapi bukan cinta yang pada umumnya antara perempuan dan laki-laki tetapi melainkan antara kakek dengan cucunya. Penulis sangat pandai dalam menggambarkan alur cerita di dalam cerpen ini, membuat para pembacanya mudah memahami isi ceritanya.
Cerpen ini mungkin saja menjadi salah satu judul cerpen yang sangat menyentuh hati dan pasti akan membuat para pembaca terharu saat membacanya. Dimana satu keluarga yang terdiri dari tokoh Aku, Kakek dan Ibu. Tokoh aku yang sedih akan sakit yang diderita oleh Kakek dan tokoh Ibu yang selalu senantiasa sabar dalam merawat Kakek saat sedang sakit. Berbeda dengan cerpen “Wayang Warisan Jero Dalang” penulis menceritakan tentang tokoh Basur yang durhaka terhadap orang tuanya yang membuat para pembaca yang membaca cerpen ini geram akan kelakuan Basur yang sangat tidak pantas untuk ditiru tetapi dari cerpen ini mampu mengingatkan kepada pembaca untuk selalu hormat kepada orang tua
Kelebihan cerpen “Kisah Cinta Dan Dongeng Yang Dimakamkan” karya I Putu Agus Phebi Rosadi ialah kumpulan cerpen yang sangat menarik, mampu membuat para pembaca buku ini penasaran serta banyak sekali pelajaran yang di dapat setelah membaca buku ini. Selain itu, ada beberapa kelemahan dalam buku ini seperti pada judul cerpen “Pertemuan Kota Perang: Gadis. Biola. Darah” yang menggunakan Bahasa yang sangat puitis menjadikan para pembaca cerpen ini harus berulang-ulang kali membaca untuk memahami isi cerita dalam cerpen tersebut.
Buku kumpulan cerpen karya I Putu Agus Phebi Rosadi “Kisah Cinta Dan Dongeng Yang Dimakamkan” sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja karena banyak sekali peringatan dan pembelajaran yang didapat saat sedang mencintai seseorang. Tak hanya itu penulis juga menyantumkan beberapa adat dan tradisi baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri menjadikan orang yang membaca buku ini memiliki pengetahuan baru. [T]