30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hakikat Pengendalian Diri dalam Kumpulan Cerpen “Petarung Jambul” Karya Gde Artawan

Putu Denia Dini HatibyPutu Denia Dini Hati
December 23, 2022
inUlas Buku
Hakikat Pengendalian Diri dalam Kumpulan Cerpen “Petarung Jambul” Karya Gde Artawan

Sampul buku cerpen Petarung Jambul

BUKU KUMPULAN cerpen “Petarung Jambul” ditulis oleh Gde Artawan. Ia sastrawan yang lahir di Klungkung, 20 Februari 1959. Buku cerpen ini merupakan salah satu jenis karya sastra, di mana karya sastra bisa menjadi  tempat penuangan-penuangan gagasan tentang hakikat kehidupan si pengarang, atau pembahasannya tentang kehidupan manusia sehari-hari. Pengarang pun berusaha untuk menuangkan apa yang dirasakan dan dilihat dalam hidupnya.

Terdapat 11 judul dalam buku cerpen ini, yakni “Petarung Jambul” karya Gde Artawan yakni: Mual, Takut, Sedih, Luka, Sepi, Westri, Berkibarlah Benderaku, Petarung Biing Kedas Jambul, Penguburan,Kulkul Tak Berbunyi Di Bale Banjar, dan Selendang Bidadari Dan Sayap – Sayap.

Gde Artawan menceritakan tokoh Aku sebagai tokoh utama laki-laki. “Aku” yang ceroboh dan perlu pengendalian diri agar bisa memposisikan dirinya ke jalan lebih baik. Ini salah satu contoh perenungan diri, atau perenungan terhadap factor eksternal, yang berarti juga sebuah penyadaran diri si pengarang tentang arti pembelajaran pengendalian diri agar bisa terlepas dari kecerobohan maupun hal-hal yang buruk.

Dari 11 judul, dapatlah  pembaca memahami isi cerita “Petarung Jambul”, seperti nilai-nilai apa saja yang tertuang dalam cerita-cerita itu, sehingga  harus menganalisisnya dengan sosiologi sastra.

Sosiologi sastra  merupakan suatu jenis pendekatan terhadap sastra yang memiliki paradigma yang memperhatikan hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya. Atau hubungan dengan masyarakat sebagai pembaca, pencipta, dan sebagai obyek terhadap suatu karya sastra. Pembaca harus dapat juga memahami isi dan tujuan dari cerpen ini.

Cerpen yang berjudul “Sedih” dan “Sepi” memiliki isi dan tujuan yang sama. Dimana si pengarang (tokoh aku) sebagai tokoh aku laki-laki memiliki rasa kehilangan yang sungguh mendalam. Dapat digambarkan pada cerpen ini bahwa di suatu sore hari Minggu bulan Desember langit mendung,angin sepoi-sepoi basah, hujan rintik-rintik turun, membasahi daun-daun pepohonan serta membasahi atap-atap rumah penduduk.

Walaupun hujan tidak begitu deras tetapi tokoh aku enggan untuk bangkit dari tempat duduk karena pikiran dan perasaan melayang-layang ke mana-mana lantaran ada sesuatu yang tidak dapat dilupakan. Seolah-olah ada yang hilang. Sehingga sulit untuk konsentrasi pikiran selalu melayang layang kesana-kemari.

Tokoh aku yang didera rasa sedih lantaran BJ anjing kesayangannya mati ditabrak mobil. Maka tokoh aku merasa sedih yang mendalam karena tidak ada yang menemani dan tidak ada teman yang mendengarkan keluh-kesahnya dan tidak ada yang menemani di saat tokoh aku merasa kesepian atau menyendiri. BJ sebagai anjingnya tulus sekali jika mendengarkan keluh kesah tanpa banyak tanya tanpa pretensi apapun. Selanjutnya tokoh aku juga merasa kesedihan karena rumahnya tergenang air.

Perihal tokoh BJ sebagai anjing  memiliki rasa setia kepada majikannya tidak hanya di dalam cerpen saja, tetapi terdapat di kehidupan lingkungan sosial yang dapat ditemui. Seperti misalnya saya sebagai pemerhati cerpen ini, banyak di kalangan masyarakat yang memelihara dan menyayangi anjing sebagai binatang kesayangannya seperti judul cerpen “Sedih” ini dimana tokoh aku, tokoh utama laki-laki memelihara anjing, karena binantang kesayangannya dan memperlakukan binatang  tersebut dengan manusiawi.

Artinya manusia atau majikannya tidak boleh melakukan perbuatan keji atau menyiksa hewan tersebut. Karena anjing juga makhluk hidup yang membutuhkan teman dan kasih sayang. Maka dari itu, pasti anjing merasa disayang majikannya. Di situlah anjing akan memiliki sikap penghibur, rasa kesetiakawanan yang tinggi terhadap majikannya atau manusia.

Hubungan komunikasi dan kedekatan antara manusia dengan binatang terdapat dalam cerpen ini sebuah gambaran tentang kondisi masyarakat yang ada di dalamnya, bisa terlihat dari kutipan berikut:

“Aku terlalu bodoh dan teramat biadab karena tidak menempatkan cinta dan pengabdian seorang yang tulus kepadaku.”

“Bola mata BJ seakan bergerak liar semacam kearifan luar biasa direfleksikan BJ sebagai respon penuturanku.”

Suasana di atas menggambarkan rasa sedih dan sesak dada. Walaupun anjingnya BJ telah tiada namun dapat terlihat tokoh aku selalu meningat anjingnya itu. Dikala itu memang sudah menjadi takdirnya dan tidak bisa menghindar dari kesedihannya.

Selain itu, di satu sisi rumah Pak Gde Suara disebutkan sebagai tokoh aku juga merasakan kesedihan begitu di suatu pagi yang masih remang-remang terdengar hirup pikuk di depan rumah kontrakannya tokoh aku terkejut para tetangga bergerombol di depan rumah. “Begitu pagar rumah dibuka gerombolan tetangga berhamburan masuk halaman rumahku, spontan mereka berusaha melakukan berbagai upaya agar air yang tergenang bisa keluar dari rumah kontrakanku salah satu membuat saluran air darurat”.

Sebagai gambaran terdapat di kutipan berikut:

“Barangkali ada pipa saluran air yang bocor, Pak Suara.?”

“Ya,mungkin bocor pipanya” yang lain menimpali.

“Pipa air sekarang memang gampang bocor biar kita terus beli, dasar.!”

“Keuangan negara saja sering bocor,apalagi pipa.”

Dapat digambarkan bahwa Pak Gde Suara berwatak agak egois rumahnya yang tergenang banjir tetapi tetangga-tetangganya tidak juga menemukan sumber kebocoran itu. Tetangga pun yang terus mencari sumber kebocoran, mungkin pipa yang tertanam. Tetapi pada akhirnya, Pak Gde Suara menyudahkan tetangga-tetangga yang ada di rumahnya untuk pulang karena ia pun akan memperbaikinya dan tidak lupa Pak Gde Suara mengucapkan terima kasih kepada tetangganya.

Di sana para tetangga akhirnya merasa puas oleh Pak Gde Suara. Dengan peristiwa ini masyarakat di sekitar tokoh aku tinggal, mempunyai rasa kebersamaan, rasa gotong royong, rasa empati yang sangat tinggi, dan rasa memiliki, toleransi yang sangat tebal.

“Sepi” yang mengisahkan tokoh yang sama seperti judul cerpen “Sedih” yaitu Gde Suara yang mempunyai seorang istri bernama Leny. Masing-masing ditemukan sebuah gambaran prilaku tokoh yang memiliki pendapat yang berbeda. Pilihan yang sangat dilematis karena tokoh Gde Suara sangat menyayangi dan mencintai  binatang peliharaannya seperti burung, ikan, anjing yang disuruh oleh istrinya Leny untuk melepaskan semua binatang kesayangannya ke habitatnya masing-masing. Di satu sisi juga mencintai Leny sebagai istrinya. Maka dari itu, dari hari ke hari pengarang menceritakan  tokoh Gde Suara mencoba melupakan semua binatang peliharaannya yang telah  dilepaskan ke habitatnya dengan melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan yang positif tetapi rasa kehilangan sangat terasa dalam dadanya. Terdapat di dalam kutipan:

“Aku tak akan kembali ke rumah jika Bli masih memelihara hewan-hewan itu.” Sesegukan Leny sang istri menyatakan itu ketika Gde Suara menemuinya di Sudaji.

“Bli mengurungnya karena Bli menyayanginya; tidak menyiksanya dan mereka diperlakukan dengan penuh kasih sayang.”

“Bli sayang hewan atau sayang pada kemungkinan kita punya anak?”

“Duh! Mengapa keinginan punya anak harus dipertentangkan dengan memelihara hewan.” Hal yang dilematis menggempur dan menguncang hati Gde Suara.

“Keduanya.” Gde Suara mencoba menentukan pilihan dengan suara lirih.

“Tidak bisa, Bli. Pilih salah satu”Leny masuk kamar dan mengunci kamar dari dalam.

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa Leny yang ngambek pulang ke rumahnya di Sudaji karena tingkah suaminya Gde Suara yang masih dilema untuk melepaskan binatangnya karena permintaan sang istri ingin mempunyai anak. Maka siapa pun yang berada di posisi Gde Suara akan kebingungan untuk memilih. Di saat terdapat dua pilihan tetapi sangat sulit untuk memilihnya. Di satu sisi kedua-duanya sangat disayangi dan di satu sisinya juga harus bisa merelakan salah satunya. Membuat diri maupun pikiran menjadi kurangnya pengendalian diri. Dalam respon masyarakat yang ditimbulkan oleh sikap Gde Suara dapat menjadi kesimpulan bahwa atas keadaan yang mendesak diantara memilih atau merelakan itu bisa saja terjadi di kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang cenderung dilema.

Adapun juga di dalam cerpen ini berkaitan dengan budaya masyarakat yaitu berjudul “Westri” dan “Petarung Biing Kedas Jambul”. Dimana tokoh Westri yang berperan utama sebagai penari joged. Tarian joged merupakan salah satu tarian yang termasuk seni budaya. Selain itu, pengarang menjelaskan tokoh Made Chandra, tarian yang ditampilkan oleh Westri oleh kalangan masyarakat menyimpang dari pakem joged bumbung. Kondisi masyarakat yang berkaitan dengan penampilan joged bumbung yang menarikan dengan tarian yang sangat erotis dan porno.

Di sini masyarakat cendrung agar bisa memperlihatkan budaya tarian joged ini dibilang sangat elok memposisikan tarian joged sesuai dengan pakemnya bukan goyangannya yang hot terkesan porno. Jadi,agar tidak menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat luar. Kadang-kadang masyarakat juga cenderung mencari kesalahan-kesalahan pengibingnya yang porno padahal akibat penari joged menari tidak sesuai pakemnya.Kurangnya rasa simpatik, menimbulnya keresahan, melanggar norma – norma di masyarakat.

“Petarung Biing Kedas Jambul” cerpen ini pengarang mencoba untuk menjelaskan bagaimana tokoh Bosor yang dikenal sebagai tokoh tajen. Karena bisa melaksanakan tajen secara aman dengan beralasan tabuh rah. Si pengarang pun menceritakan bahwa tokoh Bosor terkenal sebagai pekembar ulung dan bagaimana cara mengadu ayam. Sering melihat di dalam masyarakat apabila ada upacara di pura-pura dan di rumah-rumah dengan alasan tabuh rah tetapi kenyataannya diselenggarakan sambungan ayam. Si pengarang juga memperkenalkan budaya Bali di setiap desa bahwa adanya tajen.

Kelebihan cerpen “Petarung Jambul” karya Gde Artawanialah kumpulan cerpen yang sangat bagus dan menarik untuk dibaca. Selain itu cerpen ini sangat famous atau terkenal di kalangan masyarakat, mahasiswa. Cerpen ini juga bisa menginspirasi masyarakat luar Bali yang tidak tahu budaya tarian joged dan tajen agar bisa lebih tahu. Kebahasaannya menggunakan bahasa sehari – hari dan tidak baku. Dari semua judul, menggambarkan perlu adanya pengendalian diri dan tidak boleh ceroboh dalam hal apapun.

Selain itu, ada juga beberapa kelemahan cerpen ini yaitu adanya tulisan-tulisan bahasa Bali alus seperti tabuh rah ,tajen dll yang sulit dimengerti oleh pembaca dan tidak adanya garis bawah arti di dalam Bahasa Indonesia. Pastinya yang membaca cerpen masyarakat luar Bali menjadi kurang paham dan kebingungan.

Dari semua cerita-cerita cerpen di atas banyak yang dapat kita ambil nilai yang terkandung di dalamnya salah satunya nilai seni budaya, dan nilai sosial agar dapat mengetahui tradisi budaya Bali dan menjalin hubungan sesama makhluk hidup yaitu menjunjung kesetiakawanan dan kita perlu bergotong royong sesama manusia. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri.

Setiap makhluk hidup baik anjing, burung, ikan dan manusia saling ketergantungan satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak boleh bertindak diluar aturan misalnya ceroboh, egois atau mementingkan diri sendiri, dan bertindak sewenang-wenangnya. Meskipun setiap langkah atau perbuatan itu kita harus mampu mengontrol diri agar perbuatan kita tidak merugikan orang lain.

“Pikirlah dulu sebelum berbuat,karena pikiran itu sebagai pelita hati” [T]

Cerminan Sejarah Bali Pada Novel “Kota Kabut Walli Jing-Kang” Karya Manik Sukadana
Dilema Masa Lalu dan Masa Depan Dalam “Langit Dibelah Dua” Karya Gde Aryantha Soethama
Ngurah Parsua dan Karyanya: Prosa yang Reflektif, Puisi yang Jernih
Tags: Cerpenresensi bukusastraUniversitas PGRI Mahadewa Indonesia
Previous Post

Nyanyian Pelangi Arahmaiani: Lukisan, Agama, Huruf, Lingkungan…

Next Post

Guru Pengerak, “Transformasi dari Guru Mengajar Menjadi Guru Belajar”

Putu Denia Dini Hati

Putu Denia Dini Hati

Lahir di Denpasar, 13 Agustus 2002. Menempuh pendidikan di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia dengan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menggemari Travelling dan Menulis.

Next Post
Guru Pengerak, “Transformasi dari Guru Mengajar Menjadi Guru Belajar”

Guru Pengerak, “Transformasi dari Guru Mengajar Menjadi Guru Belajar”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co