BURUNG CURIK BALI, atau dikenal juga dengan nama jalak bali (Leucopsar rothschildi) dilepaskan ke alam liar sebanyak 60 ekor di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Senin, 12 Desember 2022. Pelepasliaran itu dilakukan beberapa hari setelah jalak bali ditetapkan sebagai maskot Pemilu 2024.
Sebelum dilakukan pelepasliaran, 60 burung curik bali ini telah melewati sebuah tahapan yang disebut dengan habituasi. Tahap habitasi berlangsung selama empat bulan.
”Habitasi bertujuan untuk mempersiapkan burung curik bali untuk dapat beradaptasi terhadap habitat alami nantinya,” kata Agus Ngurah Krisna Kepakisan, Kepala TNBB.
Tahapan lain adalah proses pemilihan anakan dari penangkaran di Unit Suaka Satwa Curik Bali atau USSCB di TNBB. Juga dilakukan pemilihan indukan dengan memperhatikan faktor genetiknya, pakan serta perawatan untuk kesehatan.
”Ketika proses tersebut dapat dilaluinya dan dinyatakan siap untuk dilepasliarkan maka burung tersebut akan dilepaskan di alam,” kata Agus Ngurah Krisna.
Curik bali belakangan ini sudah makin banyak ditemui di alam liar. Populasi di alam sejak tahun 2012 yang berjumlah 15 ekor, selanjutnya secara kontinyu meningkat menjadi 32 ekor tahun 2013, 48 ekor tahun 2014, 57 ekor tahun 2015 hingga 420 ekor tahun 2021.
Berdasarkan data hasil monitoring pada Bulan November tahun 2022, populasi burung curik bali di alam mencapai 560 ekor. Jumlah anakan sejalan dengan peningkatan populasi indukan di alam, juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tercatat tahun 2019, anakan di alam berjumlah 67 ekor, tahun 2020 berjumlah 122 ekor, dan tahun 2021 berjumlah 67 dan tahun 2022 sampai dengan bulan September tercatat 85 ekor.
Bahkan success story curik bali sendiri kini telah dirasakan masyarakat desa penyangga yang berada berbatasan langsung dengan kawasan konservasi. Kini curik bali dijumpai menetap, mencari makan, hingga berbiak pada kebun dan rumah pekarangan masyarakat.
Meski begitu, kegiatan konservasi dan pelestarian Curik Bali harus tetap ditingkatkan melalui upaya-upaya pengenalan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosisistem, spesies genetik bagi kualitas hidup manusia yang lebih baik.
”Tidak hanya burung curik bali, seluruh keanekaragaman hayati yang ada di negeri ini patut kita jaga dan lestarikan untuk keberlangsungan alam yang lestari,” kata Agus Ngurah Krisna.
Acara pelepasan burung curik bali ke alam liar disaksikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana, Ketua KPUD Kabupaten Buleleng. Acara pelepasan dilakukan di Area Pelepasliaran Burung Curik Bali dan Kandang Habituasi di Labuan Lalang, Buleleng.
Kepala TNBB Agus Ngurah Krisna menyatakan rasa terima kasih kepada para pihak yang turut serta menjaga populasi curik bali di alam. Apalagi curik bali kini sebagai maskot pemilu 2024. Ia berharap dengan ditetapkannya curik bali sebagai maskot, pelaksanaan pemilu di berjalan lancar dan damai.
Maskot Pemilu 2024 itu digambarkan dengan sepasang curik bali masing-masing memiliki sebutan yakni Burung Jantan bernama ”Sura” yang artinya suara rakyat dan Burung Betina bernama ”Sulu” yang artinya suara pemilu.[T][Ado]