DEBURAN OMBAK Pantai Segara Sanur di sisi timur Denpasar, Bali, dengan tenang menyapu pesisir. Sejak pukul 6 sore, wisatawan dan orang-orang datang ke pantai itu.
Wisatawan dan orang-orang itu bisa ditebak, mereka sebagian besar penggemar musik reggae. Ada penggemar berat, ada juga penggemar ikut-ikutan. Yang pasti, pantai itu ramai.
Orang-orang itu terlihat memasuki Segara Seaside, Sanur. Di sana sudah ada panggung yang terbilang cukup kecil dari pada panggung konser biasanya. Namun panggung itulah yang bakal jadi pusat perhatian semua orang.
Kursi dan meja yang sudah sedia memikat orang-orang untuk duduk dan ditemani dengan lampu bohlam kuning yang tergantung melintang dari satu sisi ke sisi lainnya. Orang-orang lalu-lalang menyiapkan acara, mempersilahkan tamu-tamu untuk duduk dan mempersiapkan pesanan mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7. Matahari sudah tenggelam. Orang-orang bersiap mengalihkan pandangan mereka ke atas panggung. Mereka bersiap menonton sejumlah band yang mengawali kemeriahan di panggung itu, sebelum panggung diisi penampil utama, Quino The Big Mountain.
Begitulah keriuhan Sanur. Orang-orang bergembira dan deburan ombak senantiasa menerpa kecil ke tepian dalam “Mini Konser Quino The Big Mountain”
Acara pertama dibuka oleh band The Small Axe. Ada yang berbeda dalam konser ini, maklum, ini adalah pertama kalinya saya menonton konser slow reggae seperti ini. Bisa dibilang, musik reggae kali ini tidak membuat denyut jantung makin kencang, seperti misalnya konser-konser di lapangan desa dan kampus-kampus yang tak jarang diwarnai adu jotos antar penggemar.
Musik reggae yang mengalun di Pantai Sanur ini memikat banyak penonton untuk berjingkrak dengan gembira,berdiri atau tetap di tempat duduk, sembari sesekali mengikuti alunan musik-musik yang mereka dengar.
Lagu-lagu dari The Small Axe juga begitu. Orang-orang dapat menikmati lagunya sembari duduk, menikmati bir dan suasana pantai yang sangat tenang.
Selanjutnya panggung diisi oleh Bobi Dinar. Harmonisasi dari Bobi Dinar yang menggaet Gde Kurniawan untuk menjadi gitarisnya sangat padu dengan melodi-melodi Bali. Walau ada lagu yang berbahasa Indonesia, tapi turis-turis asing yang ikut menonton sangat menikmati pertunjukan mereka.
Setelah berselang beberapa lagu dari The Small Axe dan Bobi Dinar, akhirnya Marapu yang hanya membawakan 3 lagu langsung dilanjutkan oleh penampilan utama Quino Big Mountain yang juga berkolaborasi dengan Marapu.
Orang-orang yang menonton memang sengaja menunggu acara utamanya. Depan panggung seketika riuh dan sedikit padat karena orang-orang yang ingin menikmati lagu-lagu Big Mountain. Mereka berjingkrak. Tarian ska dan reggae menjadi satu.
Ada yang masih menenteng sebotol bir, ada yang berjoget dengan teman-teman mereka dan ada yang tidak ingin kehilangan momen sembari live lewat akun facebook atau merekam konser itu.
Konser kali ini memang sangat-sangat seru. Wisatawan selalu datang dan pergi di Bali. Tetapi, karena pandemi kemarin, Bali menjadi sepi wisatawan. Konser inilah yang menjadi salah satu daya tarik agar bali kembali bisa menggaet wisatawan dan memberitahu bahwa Bali tetap baik-baik saja. Yooo man!
Agung Bagus Mantra, founder dari Pregina Art Showbiz Bali, yang menggelar acara ini, menyebutkan acara ini merupakan pertemuan jejaring musik Nasional Internasional.
“Kami menggelar acara ini dengan semangat kebersamaan demi mempromosikan destinasi Bali, dan juga tidak sebatas itu, agar bali dapat menambah jaringan-jaringan musik internasional di dalam ensiklopedianya,” kata Gung Gus Mantra.
Mini Konser ini adalah sebuah kerja dengan semangat bersama yang diadakan oleh Pregina Art Showbiz Bali, Yayasan Pembangunan Sanur, Segara The Seaside, Hatten Wine Bali, yang merupakan sekaligus sebagai ajang Road to Denpasar Festival 2022. [T]