“Negeri ini tak pernah kekurangan bakat-bakat istimewa, saya tak mengerti apa yang salah denggan timnas Inggris, saya lelah menjagokan tim ini.”
Begitu keluh kesah sang legenda Pele saat diwawancarai tentang peluang Tim Tiga Singa di ajang Piala Dunia. Selalu menjadi unggulan di setiap gelaran piala dunia yang dikuti, telah bergonti-ganti pelatih, bahkan mendatangkan pelatih dari luar Inggris, tapi tetap saja hasil yang diperoleh jauh dari harapan semua yang mendukung tim ini.
Andai saja sejak awal digelar piala dunia ini diadakan survei kecil tentang tim yang dijagokan akan memenangi piala dunia kali ini. Rasanya ada tiga yang menjadi pilihan sang narasumber. Pertama pastilah negara asalnya, yang kedua biasanya Argentina (ini cukup mengherankan, di atas Brazil, Argentina selalu punya pendukung khusus di seluruh dunia), yang ketiga saya harap adalah jagoan saya tim Inggris.
Sebagai pemilik liga paling mewah dan kompetitif di kolong langit, pasti banyak yang berharap tim yang diperkuat pemain terbaik Liga Inggris ber-KTP Inggris ini akan mengangkat tropi Piala Dunia di ujung turnamen.
Minggu malam saya menyetel weker pukul 2 lewat 45 menit. Laga sendiri akan dimulai tepat jam 3 pagi. Saya tak ingin melewatkan sedetik pun aksi tim jagoan saya ini.
Bisa saya ceritakan sedikit, saya tidur jam 3 pagi sehabis menyaksikan laga perempat final lainnya yang melibatkan calon lawan Inggris di babak 8 besar nanti. Juara bertahan Perancis melumat tim Polandia yang diperkuat Robert Lewandowski dengan skor telak 3-1.
Sepanjang laga pikiran saya dipenuhi kekhawatiran bagaimana nantinya Inggris bisa meredam kecepatan Kylian Mbappe dan kecerdasan Antoine Griezmann mengoyak pertahan Polandia. Terlihat memang dua pemain ini yang paling menonjol dalam laga malam itu.
Kembali ke laga Inggris lawan wakil Afrika Senegal, alam semestinya berpihak pada saya. Pertandingan dikendalikan oleh tim tiga Singa. Lini tengah sebagai jantung permainan dikendalikan trio Jude Bellingham, Declan Rice dan Jordan Hendersson.
Kedua sayap, Bakayo Saka dan Phil Fodden leluasa naik turun menggempur pertahanan lawan karena kuatnya lini tengah yang digalang trio tadi. Satu-satunya sisi minus tim Inggris saat bertanding senin pagi tadi adalah sektor bek kanan yang ditempati oleh pemain Manchester City, Kyle Walker.
Walker yang lama tak bermain di klub karena cedera terlihat keteteran mengawal Ismail Saar, bahkan mesti dihukum kartu kuning karena kalah beradu sprint dan harus melanggar sang striker Senegal itu. Laga berakhir dengan keunggulan mutlak Inggris, secara skor telak 3-0, penguasaan bola maupun peluang gol, mereka jauh mengalahkan sang lawan.
Laga Senin pagi ini mengingatkan saya pada laga terbaik yang pernah diperlihatkan timnas Inggris sepanjang ingatan saya. Laga melawan Jerman di kualifikasi Piala Dunia 2002 yang berlangsung di kandang Jerman kota Muenchen berakhir dengan hasil mencolok, 5 untuk Inggris dan 1 untuk tuan rumah Jerman.
Sang bintang Michael Owen terpekik gembira,”Ya, Tuhan, kami menghancurkan Jerman, di halaman belakang rumah mereka sendiri.”
Senin pagi tadi saya seakan dilemparkan pada kenangan laga 21 tahun yang lalu itu. Saat itu timnas Inggris masih diperkuat generasi emasnya, antara lain David Beckham, Steven Gerrard, Paul Scholes dan yang lainnya. Generasi emas yang sayangnya tak meraih tropi mayor satupun.
Timnas Perancis, sang lawan di babak perempat final nanti saya lihat tak seperti Perancis 4 tahun yang lalu. Kehilangan duet Paul Pogba dan Ngolo Kante di tengah membuat mereka tak terlalu bisa mendominasi laga. Kekuatan bergeser ke sisi kiri yang ditempati oleh Mbappe dibantu bek kiri Theo Fernandez yang dengan lihai membuat kombinasi cepat di sisi kanan permainan lawan.
Striker andalan Antonie Grezmann yang 4 tahun lalu jadi predator utama, kini beralih fungsi menjadi play maker, berkelana di sepertiga pertahanan lawan, membuat bingung lawan, dan membuka celah bagi pemain-pemain lain untuk mencari posisi di daerah penalti lawan.
Oliver Giroud sang penyerang lawas seakan punya banyak pelayan yang memanjakannya dengan umpan umpan matang yang tinggal diceploskan ke gawang lawan. Benar-benar tim yang berbahaya buat lawan manapun, tak terkecuali Inggris.Pertahanan Perancis tak terlalu istimewa, Rapahel Varane sudah melewati masa kejayaannya, tinggal Dayot Upamecano yang terlihat laksana karang,dan susah untuk dilewati.
Yang bisa dilakukan Inggis untuk meredam permainan Perancis menurur saya, sang pelatih Gareth Southgate mesti menjilat ludah sendiri. Melupakan format 4 bek sejajar yang agresif, menjadi 3 bek yang lebih tangguh saat bertahan, dengan sedikit mengurangi agresifitas di sisi sayap. Tak terbayang seandainya tetap dengan format pada pertandingan Senin tadi pagi, Kyle Walker yang baru pulih, akan sering dikacangin oleh Kylian Mbappe di sisi kanan pertahan Inggris.
Untuk lini tengah, trio Inggrtis saya yakin bisa ungguli lini tengah Perancis yang diperkuat Rabbiot dan Tchouameni. Tiga bek sejajar, duo Stones dan Maguire pasti tak tergantikan, tinggal melengkapi lagi satu bisa tetap Kyle Walker atau ganti bek lain. Sayap kanan dan kiri diisi Luke Shaw dan Kieran Trappier yang akan membantu dua sisi dari terjangan sayap sayap ganas Perancis.
Untuk sektor penyerangan saya tak bisa membayangkan pilihan yang diambil Southgate dengan melimpahnya stok pemain di sektor itu. Tapi saya pribadi ingin agar dia memainkan Markus Rashford yang sedang on fire, ketimbang Phil Fodden yang lebih stylist. Karena secara fisik saya lihat Rashford lebih bisa meneror Varane, cukup Bakayo Saka di kanan yang mengandalkan kecepatan dan kelincahan, untuk alterenatif lain sumber serangan.
Dalam sejarah pertemuan di turnamen resmi tak sering mereka bertemu, kebanyakan ditandai Perancis maju ke babak lebih jauh, Inggris terseok di babak awal, lebih banyak begitu seingat saya. Pertemuann terakhir yang saya ingat saat turnamen pemanasan jelang Piala Dunia 1998, tourni de france, yang dikuti oleh 4 tim saja yaitu Brazil, Inggris, Italia dan tuan rumah Perancis.
Saat itu Inggris mengalahkan Perancis 1-0, Italia 2-1 , kalah dari Brazil namun tetap berhak menyandang gelar juara turnamen pemanasan itu. Namun sialnya pada turnamen sesunggguhnya, justru Perancis melaju sebagia juara, sedangkan Inggris terhenti di babak 16 besar oleh tim Argentina.
Laga perempat final nanti pasti akan berlangsung seru. Inggris memegang kendali dengan adanya trio lini tenah andalan itu. Namun Perancis akan lebih berbahaya saat mereka sedang memegang bola , mengandalkan kecepatan Mbappe dan kecerdasan Griezmann. Hasil bisa ditentukan dengan adanya sedikit keajaiban, dan kesalahan kecil yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lawan.
Ada kemungkinan laga berlangsung imbang, dan dilanjutkan dengan adu tendangan pinalti. Dan untuk pertama kalinya saya berani jagokan Inggis untuk adu pinalti. Kiper Jordan Pickford telah teruji, dan sering gagalkan penati. Ingat final euro terakhir, dia bisa menggagalkan dua penalti pemain Italia. Inggris kalah karena yang lebih banyak pemain mereka yang gagal ceploskan bola.
Saya sepenuhnya mendukung dan berharap Inggis melaju ke babak berikutnya. Tim Juara Spanyol saya kira adalah lawan selanjutnya, dan bila bisa melewati hadangan tim matador, tim Tango yang diperkuat Lionel Messi (untuk terakhir kali edisi Piala Dunia) akan menjadi lawan di partai final. Dan siapapun yang menang di antara kedua tim ini, bisa dipastikan kantong saya akan bertambah tebal. Karena saya pegang kedua tim ini pada arisan piala dunia yang kami adakan bersama teman sesame dokter.
Harapan terbesar tetaplah pada tim tiga singa, karena selain merupakan jagoan saya selama hampir 3 dekade, kalau mereka menang, jatah yang saya dapat hampir 6 kali lipat dibanding kalau juaranya Argentina . Karena seperti biasa dari semua penggila bola sahabat saya, hanya saya yang selalu pegang Inggris, dan selalu akan begitu, hingga akhir waktu, belum bosan seperti Pele. [T]