Hari-hari belakangan ini, dunia medis dan masyarakat dikejutkan oleh suatu penyakit ginjal misterius. Misterius, karena sampai detik ini penyebab pastinya belum diketahui. Kontras dengan tingkat kematiannya yang sangat tinggi, hingga 55 % lebih. Artinya lebih dari separuh pasiennya mengalami kematian.
Tak kurang dari 250 orang anak-anak, umumnya balita, hampir diseluruh Indonesia mengalami penyakit ginjal misterius ini. Tak terkecuali di Bali dengan jumlah kasus sekitar 15 anak balita dan 10 di antaranya telah meninggal. Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami gangguan fungsi ginjal yang akut (tiba-tiba) dan berat. Umumnya memerlukan tindakan cuci darah sebagai terapi utamanya.
Belakangan penyebab penyakit ini mulai menunjukkan titik terang, yaitu efek samping toksik pelarut obat-obat berbentuk sirup yang biasa diberikan pada anak-anak. Pelarut tersebut adalah etilen glikol dan dietilen glikol. Kejadian yang sama memang telah terjadi di negara lain yaitu Gambia.
Untuk menekan risiko serendah mungkin, jika betul penyebabnya adalah obat-obat sirup tersebut, maka pemerintah sementara melarang peresepan obat-obat berbentuk sirup untuk anak-anak. Kabar baik juga diumumkan pemerintah bahwa suatu antidote, semacam zat penawar keracunan kedua pelarut di atas yaitu fomepizole, sudah tersedia.
Nah jika kasus di atas adalah suatu penyakit gagal ginjal akut atau tiba-tiba, tentu saja ada pula penyakit gagal ginjal kronis atau menahun. Apa bedanya?
Penyakit gagal ginjal adalah suatu keadaan yang merujuk pada penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal tentu saja dipengaruhi struktur dari ginjal dan saluran kemih. Uniknya, meskipun ada kelainan struktural pada saluran kemih seperti batu, kista atau pembengkakan ginjal, namun fungsinya bisa saja masih baik. Jadi suatu kelainan struktural tetap memerlukan waktu untuk kemudian menurunkan fungsi ginjal.
Penurunan fungsi ginjal tersebut bahkan dapat sampai pada tahap kegagalan total atau stadium akhir. Waktu yang diperlukan tersebut dapat bertahun-tahun lamanya. Itulah sebabnya kemudian disebut sebagai suatu gagal ginjal kronis atau menahun.
Jika demikian ceritanya, sebetulnya kita berpeluang besar untuk mencegah terjadinya gagal ginjal kronis tersebut. Caranya bagaimana? Tentu saja dengan check up teratur dan melakukan pencegahan jika sudah diketahui penyebab atau faktor risikonya.
Penyebab gagal ginjal kronik paling umum adalah penyakit diabetes, darah tinggi, asam urat dan infeksi berulang atau radang akibat sistem imun. Oleh karena itu, untuk melindungi ginjal kita maka sudah seharusnya kita mengendalikan dengan sebaik-baiknya berbagai penyakit tersebut.
Topik ini telah dibahas sebelumnya dalam kolom ini dalam berbagai judul “Pada Peta Kesehatan, Di Manakah Posisi Anda?”, “ Deteksi Dini, Jika Tak Dapat Dicegah Mari Ketahui Lebih Awal”, “Hipertensi, Pembunuh Dari Kesunyian” dan “Diabetes yang Menghentikan Kita, Atau Kita Yang Menghentikan Diabetes.” Hal-hal sederhana dan murah yang dapat kita lakukan untuk menjaga fungsi ginjal tetap baik adalah dengan minum air yang cukup dan teratur melakukan olah raga aerobik jalan cepat atau lari.
Dengan minum air sedikitnya 2-2.5 liter per hari, itu akan dapat mencegah infeksi saluran kencing atau proses kristalisasi berbagai zat pembentuk batu saluran kemih seperti kristal kalsium oksalat atau asam urat. Demikian juga dengan teratur melakukan aerobik, selain berbagai manfaat lainnya, dapat juga mencegah batu maupun infeksi saluran kencing.
Memang ada juga penyebab-penyebab gangguan fungsi ginjal yang hampir tak bisa dicegah seperti pembentukan kista yang jumlahnya sangat banyak atau kanker ginjal. Pada keadaan seperti ini, fungsi ginjal akan menurun secara progresif dan pada akhirnya memerlukan terapi cuci darah atau cangkok ginjal.
Sementara itu, penyakit gagal ginjal akut sebetulnya sudah ada sejak dahulu. Hanya saja yang disebabkan oleh keracunan etilen glikol dan dietilen glikol ini merupakan hal yang baru. Kedua zat ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal melalui mekanisme efek toksiknya yang langsung merusak sel dan jaringan ginjal sebagai suatu kesatuan unit fungsional. Dan diketahui, sebelumnya fungsi ginjal pasien adalah dalam keadaan normal serta tidak ada faktor risiko yang bersifat menahun.
Selain kedua zat tadi, zat lain yang juga bisa merusak ginjal secara akut adalah zat kontras/warna dalam pemeriksaan imaging atau pencitraan (radiologis), konsumsi jengkol berlebih atau antibiotika tertentu seperti gentamisin maupun obat-obat kemoterapi. Gagal ginjal akut juga dapat terjadi akibat keadaan sistemik yang menyebabkan tekanan darah turun drastis secara tiba-tiba seperti pendarahan yang banyak atau dehidrasi berat seperti diare yang parah.
Jelas sudah, obat-obatan kimia adalah pisau bermata dua. Ia dapat menyembuhkan, namun di lain sisi dapat saja menjadi racun. Kebijaksanaan dan kehati-hatian kita semua baik kalangan medis, pemangku kebijakan seperti pemerintah dan BPOM maupun masyarakat sangat diharapkan untuk mewujudkan pemakaian obat-obatan yang rasional.
Dalam kondisi sperti ini, tak ada salahnya kita kembali menggali kekayaan khasiat obat-obatan tradisional alami yang tentunya aman dan murah sebagai pendamping obat-obat medis (komplementer) maupun sebagai pilihan alternatif. [T]