BULELENG | TATKALA.CO — Desa Tembok di Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, kini bersiap-siap membangun sekolah internet komunitas. Rencana itu tentu bisa berjalan lancar, karena minggu ini Desa Tembok menjadi ruan rumah Rural Information and Communication Technologies (ICT) Camp 2022.
Rural ICT Camp di Desa Tembok dibuka Jumat 21 Oktober, dan berlangsung hingga 25 Oktober 2022. Kegiatan ini digagas Common Room bersama banyak lembaga lainnya, termasuk Pemkab Buleleng melalui Dinas Kominfosanti. Tema Rural ICT Camp di Desa Tembok adalah “Menuju Transformasi Digital Untuk Desa dan Tempat Terpencil”.
Di sela-sela pembukaan Rural ICT Camp, Perbekel Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astara menegaskan, sebagai kepala desa ia punya upaya keras untuk membangun berbagai formasi perbaikan infrastruktur di Desa Tembok.
Pembangunan infrastruktur di Desa Tembok menjadi program skala prioritas. Salah satunya, membangun infrastruktur internet. Dan, rencana pembangunan itu sepertinya akan menjadi semakin mudah setelah Desa Tembok ditetapkan menjadi tuan rumah Rural ICT Camp.
Dewa Yudi menceritakan, tahun 2022, sekira bulan Maret, Pemerintah Desa Tembok melakukan penandatanganan kerjasama dengan pihak Common Room untuk membentuk sekolah internet komunitas. Kerjasama inilah yang kemudian menjadi dasar untuk perbaikan infrastruktur internet di Desa Tembok.
Dan, bukan hanya itu. Selama digelarnya Rural ICT Camp di Desa Tembok, warga desa juga akan mendapatkan berbagai pelatihan dalam penggunaan, pengelolaan dan pemanfaatan internet.
Menurut Dewa Yudi, pembangunan infrastruktur internet berbasis komunitas itu menjadi media untuk memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola dan mengembangkan jaringan internet.
Sebagai langkah awal, Pemdes Tembok melakukan kerjasama dengan SMK N 1 Tejakula untuk mendukung pembangunan SDM dan ekonomi perdesaan melalui kolaborasi antara Pemdes Tembok dengan pihak terkait lainnya.
Hal itu diiyakan oleh Kepala SMK N 1 Tejakula Nyoman Sudimahayasa. Ia mengatakan, kerjasama yang dijalin dengan Pemdes Tembok sudah berlangsung lama, hanya saja belum melalui penandatangan kerjasama secara resmi.
“Kami mempunyai jurusan teknologi komunikasi jaringan, jadi sangat nyambung. Anak-anak kami magang di Tembok sudah berlangsung lama cuma belum disahkan. Nah karena itulah kami bertemu dan membuat suatu ikatan yang resmi,” kata Nyoman Sudi.
Nyoman Sudi berharap hubungan kerjasama yang baik dalam membangun dan mengembangkan SDM serta perekonomian desa melalui pemanfaatan digitalisasi dapat berjalan sesuai dengan program-program yang telah disusun.
Saat pembukaan Rural ICT Camp, Direktur Common Room, Gustaff H. Iskandar menyatakan brasa terima kasihnya kepada pemerintah desa dan warga Desa Tembok serta pihak-pihak yang mendukung kegiatan itu.
“Semangat membara kolaborasi seluruh pihak ini membuat kegiatan ICT Camp dapat terselenggara dengan lancar,” katanya.
Gustaff meyakini berbagai macam permasalahan yang ada dapat diselesaikan secara bersama-sama melalui kerja kolaborasi. “Kita menyaksikan secara langsung bagaiman kesenjangana digital itu ada di depan mata, dan untuk mengatasi itu tidak mudah. Kita harus mengetuk hati semua orang untuk mendukung dan terlibat langsung,” katanya.
Kepala Dinas Kominfosanti Buleleng Ketut Suwarmawan mengapresiasi kegiatan yang mendukung digitalisasi diera perkembangan teknologi yang sangat pesat, disamping kondisi geografis yang dimiliki buleleng dengan memiliki 148 desa/kelurahan disertai kondisi topografi yang berada di kondisi perbukitan menyebabkan adanya daerah yang memiliki blank spot.
Melihat hal itu, melalui sinergi dengan Common Room, Digital Acces Programme (DAP), Sekolah Internet Komunitas (SIK) serta Kedutaan Inggris memberikan pelatihan kepada SDM sebagai penunjang dalam pengelolaan internet desa.
“Ini bisa menjadi pilot project bagi desa lainnya yang ingin meningkatkan potensi desanya melalui jaringan internet,” katanya.
Suwarmawan mengatakan, peningkatan kualitas jaringan di Desa Tembok ini melalui pembangunan tower bambu setinggi 15 meter dengan ukuran 2,5 meter x 2,5 meter sebagai media memancarkan sinyal ke desa yang membutuhkan akses internet.
Bahan bambu sendiri dipilih karena biaya yang murah dan mudah di dapat, serta ramah lingkungan, melalui hasil uji lab bahan bambu sendiri memiliki daya tahan sekitar 5 – 7 tahun.
Ditambahkannya dengan program ini dapat memotivasi desa lain untuk bisa menginisasi didesanya mengembangkan internet. Selain itu, program ini dirasa menjadi peluang bagi desa dengan melibatkan pihak provider dalam mengelola internet yang bersifat komersil melalui kerja sama dengan BUMDes sendiri.
“Kalau hanya mengandalkan support dari pemerintah saja dirasa tidak cukup, jadi mari kita mensukseskan bersama kegiatan ini,” katanya.
Direktur Common Room Gustaff H. Iskandar menjelaskan melalui kegiatan ini dapat menjadi media pertukaran pengetahuan, peningkatan keterampilan digital, termasuk upaya pengelolaan infrastruktur internet secara mandiri oleh masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.
Disinggung mengenai kenapa memilih Desa Tembok sebagai pilot project, dirinya menyampaikan hal ini sudah melalui proses yang panjang dari tahun 2020 yang berasal dari inisiatif pemerintah Desa Tembok untuk membangun internet komunitas di wilayah mereka, sampai dengan bulan April 2022 menetapkan kerja sama dan mengusulkan Desa Tembok sebagai tuan rumah. Hal ini disambut baik oleh Pemkab Buleleng dan masyarakat sekitar.
“Pada intinya kegiatan ini nantinya dapat mengatasi tantangan kesenjangan digital khususnya wilayah pedesaan atau terpencil,” katanya.
Terkait tower bambu, Perbekel Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astara menjelaskan proses pembangunan tower bambu sudah mulai dikerjakan dari tiga hari yang lalu, namun proses sinkronisasi ide pembangunan itu yang lama karena melibatkan tenaga teknis arsitektur dari ITB yang mengetahui teknis struktur dari konsep menara bambu tersebut, dengan tenaga pengerajin bambu yang memiliki keahlian berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Lebih jauh Dewa Yudi mengatakan tower bambu dengan fokus pelayanan publik itu menghabiskan dana sekitar 20 juta sampai saat ini dengan kapasitas internet sekitar 20 Mbps.
Tidak hanya itu, melalui kerja sama dengan sekolah internet komunitas dirinya sedang mengembangkan aplikasi pelayanan publik yang akan dilaunching tanggal 24 Oktober. Melihat hal itu, pihaknya sedang mempersiapkan SDM untuk diikutsertakan dalam pelatihan yang nantinya akan menjadi operator jika suatu saat ada kendala teknis.
“Setelah semua aspek kita lengkapi selanjutnya mengoptimalkan literasi digital kepada SDM tersebut,” katanya.[T][Ado/*]