Kurator perlu melakukan riset yang baik, sehingga kelangsungan festival seni atau pergelaran seni bisa berjalan dengan baik. Kurator juga bertanggung jawab terhadap pembangunan wacana, bagaimana membangun tema yang akan menjadi pedoman pelaksanaan sebuah pergelaran.
Hal itu diucapkan Prof. Dr. I Made Bandem, M.A. dalam acara Timbang Rasa (Sarasehan) Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV tahun 2022 seri ke-6 yang digelar secara hybrid, di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar, Kamis, 20 Oktober 2022.
Selain Prof Bandem, dalam acara itu juga ada pembicara Seno Joko Suyono. Timbang Rasa itu mengetengahkan topik “Festival, Kuratorial, dan Upaya Penciptaan Baru”.
Secara umum, dalam acara timbang rasa itu terungkap bahwa kerja-kerja kuratorial menjadi kunci pelaksanaan hajatan seni-budaya. Proses kurasi yang baik membangun ide-ide baru, sehingga ruang penciptaan dan kreativitas seniman terbuka semakin luas dalam penggarapan suatu pergelaran seni.
Prof. Bandem mengatakan festival pada mulanya berasal dari bahasa Latin yang terkait dengan pelaksanaan pesta, terkait dengan praktik-praktik keagamaan. Selanjutnya festival berkembang dalam berbagai kegiatan.
Di mana-mana banyak digelar festival, termasuk di Bali. Ada festival yang bertaraf internasional, nasional, maupun lokal,” katanya.
Festival ini membutuhkan kerja kuratorial yang baik untuk menjaga keberlanjutan dari festival-festival yang kini memang banyak diselenggarakan, bukan hanya di kota tapi juga di pedesaan.
Kata Prof Bandem, proses kurasi dilakukan untuk membangun ekosistem seni dan membangun wacana dari setiap perhelatan seni budaya yang diadakan. Nah, dalam hal itulaj kurator perlu melakukan riset yang baik, sehingga kelangsungan festival atau pergelaran seni bisa berjalan dengan baik.
“Kurator juga bertanggung jawab terhadap pembangunan wacana, bagaimana membangun tema yang akan menjadi pedoman pelaksanaan sebuah pergelaran,” kata Prof Bandem.
Menurut prof Bandem, eorang kurator memang sangat berperan untuk evaluasi dan pijakan penggarapan event selanjutnya. “Baiknya kerja-kerja kuratorial ini di akhir kegiatannya membuat buku, sehingga bisa digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan selanjutnya,” katanya.
Bandem berharap ke depan proses-proses kuratorial dapat digarap lebih serius. Khusus untuk FSBJ yang akan digelar pada tahun-tahun selanjutnya pihaknya berharap ada lokakarya yang secara khusus mempertajam kualitas kerja-kerja kurasi pelaksanaan hajatan seni ini.
Seno Joko Suyono dalam Timbang rasa itu membeberkan secara historis bahwa proses kurasi awalnya eksis di dunia arkeologi. Kurasi dilakukan para pakar purbakala untuk memamerkan benda-benda yang nantinya ditempatkan di museum dan dapat dinikmati oleh setiap orang.
“Kerja-kerja kuratorial kemudian berkembang di dunia seni, khususnya seni rupa dan juga seni pertunjukkan,” kata Seno, budayawan yang juga wartawan itu.
Menurut seno, kerja-kerja kuratorial adalah dunia yang terhubung dengan pemikiran. Kuratorial diadakan untuk menampilkan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mendukung perbaikan dari pergelaran seni-budaya yang ditampilkan.
“Kerja-kerja kuratorial bisa menampilkan atau membaca ulang hal lampau sehingga relevan dengan kondisi hari ini. Kuratorial menampung gagasan baru, tafsir baru atas pemikiran yang lama,” katanya.
Seorang kurator, lanjutnya, pun dianggap bertanggung jawab terhadap keberlanjutan suatu event. Oleh karena itu ia menekankan arti penting proses kurasi dalam sebuah hajatan seni-budaya.
“Kuratorial memiliki tanggung jawab untuk keberlanjutan festival. Dalam suatu festival, kadang tema hanya formalitas, di sanalah peran kurator dalam membangun hubungan yang bukan hanya formalitas, hendaknya ada komunikasi yang baik antara kurator dan para seniman,” ujarnya.[T][Ado/*]