9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Catatan Hitam Putih Boping Suryadi dalam Bali Megarupa: Gejolak Batin, Sosial Politik dan Republik

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
October 13, 2022
inPameran, Pilihan Editor
Catatan Hitam Putih Boping Suryadi dalam Bali Megarupa: Gejolak Batin, Sosial Politik dan Republik

I Ketut Boping Suryadi dengan latar lukisan yang dipamerkan dalam Bali Megarupa 2022 di Museum ARMA

I Ketut Suryadi, atau lebih terkenal dengan nama Boping Suryadi, turut serta dalam pameran Bali Megarupa  tahun 2022 bersama lebih dari seratus pelukis lainnya. Boping memamerkan karya lukisan dengan gaya dekoratif primitive sebagaimana gaya yang ditekuni sejak masih kuliah di tahun 1980-an.

Yang menarik dibicarakan dari Boping Suryadi adalah perjalanannya dalam dunia kesenian. Dunia seni yang disukainya itu, sejak tahun 1990-an tidak berjalan sendirian. Dunia yang digeluti harus beriring jalan dengan dunia  politik yang kemudian juga ia tekuni dengan serius.

Ia tercatat sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), pernah menjadi Ketua DPRD Tabanan dan kini duduk di kursi DPRD Bali. Ia punya pencapaian di bidang seni, punya prestasi juga di bidang politik.

Namanya juga jalan beriringan. Kadang memang dunia politik berada di depan, kadang dunia seni yang memimpin di depan. Namun, di depan atau di belakang, dua-duanya ditekuninya dengan cara yang khas. Dalam dunia politik ia tak kehilangan keaslian dirinya, kritis dan tak segan bilang hitam jika itu memang hitam. Putih jika putih.

Dalam dunia seni ia tak kehilangan ciri. Karya-karyanya mencerminkan pencarian terus-menerus, pada garis maupun bentuk. Ia seakan tak sudi ikut-ikutan, apalagi ikut trend dan selera pasar. Dekoratif primitive adalah pencariannya, dan ia ngotot untuk tetap berada di tempat itu dan menemukan hal-hal baru.

Saya membaca tulisan I Wayan Suardika di sebuah majalah bertahun-tahun lalu tentang Boping Suryadi dan karya-karyanya. Judul tulisannya, saya ingat, “Boping Suryadi: Pemberontakan Bangku Sekolah”.

Wayan Suardika menulis:  

Boping Suryadi percaya, sebagai mahasiswa grafis di Program Studi Seni Rupa Unud, ia merasa harus mencari sendiri berbagai kemungkinan teknik, gagasan, wawasan seni rupa dan kematangan batin, selain mendengar segepok teori dari dosen. Tetapi ketika kebebasan pencarian kreatif itu terbentur pada kekakuan kartu administrasi, serta sikap kebebasan tak menemukan bentuknya, ia memberontak dari bangku sekolah. Ia keluar dari almamater padahal ia nyaris menjadisarjana.  “Aku tak mendapatkan apa-apa di kampus,” kata pelukis kelahiran Bajera, Tabanan, ini.

Boping Suryadi memang keluar dari kampus, tetapi tetap melukis. Untuk menerapkan pencariannya pada gaya dekoratif primitive ia sempat menekuni bisnis kaos dengan brand Rock Art. Kaos yang diproduksi Rock Art berisi lukisan-lukisan dekoratif primitive khas Boping. Rock Art sempat terkenal, namun kemudian surut setelah banjirnya kaos-kaos produksi dari luar yang kemudian jadi kegemaran anak muda Bali saat itu.

Lukisan Boping Suryadi, “Catatan Hitam Putih”, 140X120, akrilik di atas kanvas, yang dipamerkan pada Pameran Bali Megarupa 2022 di Museum ARMA

Boping Suryadi sempat berpameran dengan tajuk Sketsa Hitam Putih bersama pelukis lain seperti Made Budiana dan I Made Dijirna. Lukisan hitam putih memang menjadi ladang pencarian Boping sejak lama. Karena meurutnya, melukis hitam putih itu lebih sulit dari melukis warna. “Hitam putih itu asli, tak tertutup warna-warna,” kata Boping saat diajak ngobrol, Senin (10/10/2022).

Kapan ia masuk dunia politik? “Aku sejak SMA sudah masuk politik. Rumahku (di Bajera) sejak dulu sudah jadi rumah politik,” kata Boping.

Jiwa politik memang tak jua pernah hilang dari diri Boping, meski jiwa seni juga tetap bercokol dalam dirinya. Ia berpolitik aktif sejak sekitar tahun 1992. Tentu ia masuk dengan idealisme seorang seniman. Di sela kesibukan kerjanya di meja parlemen, ia mengurus anak-anak muda di Tabanan yang suka musik dan puisi.

Ia menggagas Komunitas Anak Angin yang di dalamnya berisi anak-anak muda suka musik dan menciptakan pergaulan kreatif. Ia juga menggagas acara Kemah Budaya dengan materi-materi workshop seni semacam workshop musik, teater dan sastra. Sawung Jabo, musisi Indonesia yang  berkarakter itu, hampir selalu berhasil ia gaet untuk mau memberi workshop musik bagi anak-anak muda di Tabanan dalam acara Kemah Budaya itu.

Boping, di sela-sela berpusingnya ia dalam pusaran politik, juga tetap menjalin pergaulan dengan teman-temannya yang seniman, baik seniman lukis, sastra maupun musik. Untuk tetap melekatkan pergaulan dalam dunia kesenian sekaligus mengukuhkan jiwa berkeseniannya, ia turut serta dalam pameran Bali Magarupa tahun 2022 ini.  

Catatan Hitam Putih

Pameran Bali Megarupa adalah pameran seni rupa kolosal, bagian utuh dari Festival Seni Bali Jani (FSBJ)  IV tahun 2022. Pameran mengangkat tajuk “Ranu-Wiku-Waktu” (Semesta Cipta Sastra Rupa) dengan kurator Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana, Anak Agung Gde Rai dan Prof. Adrian Vickers.

Pameran ini diikuti 117 seniman berbagai aliran, gaya, dan medium; seni lukis, patung, fotografi, kriya, keramik, instalasi, media campuran, dan seni rupa video. Perupa termuda berusia 20 tahun dan yang paling sepuh 69 tahun. Tidak sedikit diantaranya merupakan seniman bereputasi nasional dan internasional.

Ada empat venue pameran terpilih yang memajang karya-karya rupa para seniman itu, yakni Gedung Kriya Taman Budaya Provinsi Bali, Museum Puri Lukisan, Museum Seni Neka dan Museum ARMA.

Karya Boping Suryadi dipamerkan di Museum ARMA bersama sejumlah perupa lainnya. Lukisan yang dipamerkan Boping berjudul Catatan Hitam Putih, acrylic di atas kanvas dengan ukuran 140×120. Lukisan yang dipamerkan, ya seperti disebut di awal, tetap dengan gaya dekoratif primitive. Hitam putih.

“Yang dipajang di pameran satu saja. Lumayan masih banyak (lukisan) di rumah,” kata Boping.

Lukisan yang dipajang di pameran Bali Megarupa itu adalah hasil dari proses melukis di sela-sela kesibukannya menjadi wakil rakyat. Selain melukis, ia juga tetap menulis puisi sebagaimana ia lakukan sejak mahasiswa.

Asal tahu saja, Boping adalah penulis puisi yang handal. Karya-karya puisinya beberapa kali dimuat di media massa, seperti Bali Post Minggu. Oh ya, dia juga salah satu pendiri Sanggar Minum Kopi, sebuah sanggar sastra yang terkenal pada tahun 1980-an dan 1990-an.

“Saya masih sempat melukis dan bikin puisi, kalau tidak di laptop atau di kertas dan di kanvas, saya biasa corat-coret di HP. Corat-coret sket, spontan. Lukisan hasil spontan banyak,” ujar Boping.

Boping mengaku masih setia melukis hitam putih. “Hitam putih itu sukar. Harus berani dengan goresan. Itu asli,” katanya.

Lukisan Catatan Hitam Putih sepertinya memang karya Boping yang dibuatkan dengan begitu sungguh-sungguh. Pada lahan kanvas bertebaran sketsa bentuk dan wajah primitive yang seakan-akan diatur secara rapi, tetapi mengesankan ruang liar tanpa batas.

Ada sketsa wajah, sketsa binatang, bentuk-bentuk pohon, benda-benda tak dikenal. Dengan melihat sketsa-sketsa yang amat dekoratif itu bisa dibayangkan sebuah dunia primitive di masa lalu, sekaligus juga bisa dipadankan pada dunia masa kini, terutama tentang kegelisahan-kegelisahan batin manusia masa kini yang  kadang terperangkap pada kotak nasib, namun di sisi lain punya ambisi untuk selalu berada di tengah kotak itu.

Salah satu lukisan berwarna karya Boping Suryadi

Masa lalu dalam lukisan Boping barangkali disuguhkan oleh bentuk. Namun masa kini dibentuk oleh pikiran sendiri, citaraan sendiri, dan kesan sendiri yang ditangkap dari lukisan itu.  

Sketsa atau lukisan, atau puisi yang dibuat Boping memang mengandung tema tentang kegelisahan batinnya sebagai manusia, sebagai seniman sekaligus sebagai politis di Republik Indonesia ini. Ia menyimpan kegelisahan itu, lalu menuangkannya dalam bentuk sketsa dan lukisan.

“Ya biasalah, karya saya cerminan dari gejolak batin, gejolak politik dan sosial, juga gejolak republik ini,” kata Boping.

Ngomong-ngomong, apa tak ingin menggelar pameran tunggal?

“Lukisan saya banyak. Itu bertumpuk-tumpuk di rumah. Untuk sementara saya ikut pameran bersama dulu,” sahut Boping.

Namun, nanti mungkin lukisan yang dibuat sejak ia masih remaja itu dikumpulkan, dikurasi dengan cermat, lalu bisa digelar pameran tunggal sebagai presentasi perjalanan Boping sebagai pelukis. Mari ditunggu saja. [T]

“Komensal” di Kulidan: Refleksi Kekaryaan Seni Rupa Unckle Joy dan Siji
Hardiman Selesaikan 120 Lukisan Saat Pandemi, Siap-siap Pameran Tunggal di Bandung
Tags: Boping SuryadiPameran Seni RupaPolitikSeni Rupa
Previous Post

“Sangaskara: Abimatrana Tirtha Dakara”, Ramuan Pentas yang Dihidupkan Komunitas Seni Arjuna Production

Next Post

Piala Penjor, Sentuhan Tangan Kreatif Ketut Putrayasa pada Balimakãrya Film Festival 2022

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Piala Penjor, Sentuhan Tangan Kreatif Ketut Putrayasa pada Balimakãrya Film Festival 2022

Piala Penjor, Sentuhan Tangan Kreatif Ketut Putrayasa pada Balimakãrya Film Festival 2022

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co