10 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Keresahan, Regenerasi dan Ruang | Catatan “Rock Tour” Pertama di Danke Café Singaraja

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
September 7, 2022
inUlas Musik
Keresahan, Regenerasi dan Ruang | Catatan “Rock Tour” Pertama di Danke Café Singaraja

Rock Tour di Danke Cafe Singaraja | Foto-foto Nocash

Pada tanggal 25 Agustus lalu, ada konser music bertajuk “Rock Tour” yang diinisiasi oleh tiga band bergendre rock asal kota Singaraja. Ketiga band tersebut di antaranya; AA Rock N Roll, No Cash dan The Pandors. Mereka menginisiasi acara konser musik ini dalam rangka menjadi pembukaan pada agenda tour mereka ke beberapa titik lokasi yang sudah mereka sepakati.

Pada agenda pertama mereka, Singaraja sebagai kota mereka tumbuh menjadi pijakan mereka untuk memulai perjalanan tour mereka ini. Titik tour mereka pertama diselenggarakan di Danke Café, Singaraja. Saya kebetulan datang menyaksikan langsung pertunjukan musik ini. Kebetulan waktu itu juga ada band Karmilah yang ikut meramaikan acara tersebut sebagai band pembuka.

Pada malam diselenggarakan acara musik tersebut, Danke Café tidak terlihat seperti biasanya. Saya merasa tertarik datang karena penasaran, bagaimana tempat yang di bayangan saya sebagai tempat untuk menikmati kopi dengan santai kini diubah menjadi panggung dadakan dengan hentakan musik bergendre rock.

Memang ini bukan pertama kalinya Danke menjadi sebuah ruang alternatife untuk dijadikan menjadi venue penyelenggaraan pertunjukan musik. Hanya saja pada sebelum-sebelumnya pertunjukan musik yang diadakan tidak sekeras yang disajikan oleh band-band yang tergabung dalam “Rock Tour” ini.

Saya juga tidak menyangka bahwa ruang sekecil itu bisa didekontruksi menjadi panggung yang lumayan menarik untuk dilihat. Danke di pikiran saya saat itu bisa menjadi ruang terbuka yang bisa dieksplorasi untuk menjadi salah satu venue yang apik untuk diperhitungkan di Singaraja. Karena dari obrolan-obrolan yang saya tangkap ketika berbicara dengan salah satu penyelenggara “Rock Tour”, memang sangat susah mencari ruang alternatife yang bisa dijadikan sebagai panggung dadakan dengan cuma-cuma.

Tidak banyak coffe shop atau ruang terbuka fasilitas kota yang mau mengizinkan dan menerima tempatnya dijadikan menjadi ruang pertunjukan musik. Akhirnya lintas jaringan pertemanan yang mungkin bisa menjadi tanda peminta pertama untuk sekiranya si punya tempat bisa mengizinkan tempatnya dijadikan panggung.

Ini juga mungkin adalah salah satu masalah yang sering seliweran di telinga saya ketika bertemu dengan teman-teman pegiat musik di Singaraja. Tapi selalu saja ada celah kecil yang bisa dimanfaatkan menjadi kesempatan unjuk gigi untuk menampilkan karya dan skill mereka dalam bidang musik. Ditambah juga ada banyak komunitas yang sering berkutat pada pergerakan wacana sekitar perkembangan musik khususnya Singarja. Itu juga menjadi salah satu organisasi yang sering menolong dan membuatkan panggung untuk para band dan musisi.

Wacana Menarik

Terlepas dari masalah kurangnya ruang yang bisa dijadikan panggung, “Rock Tour” juga punya wacana yang menarik untuk disimak atau mungkin bisa menjadi pembuka ruang diskusi untuk membicarakan seputar ekosistem musik khususnya Singaraja.

Terlaksananya “Rock Tour” tentu saja tidak hadir sebagai hal yang tiba-tiba, punya ide langsung jalan. Tidak, mereka juga punya keresahan tersendiri terutama dalam perkembangan sub genre rock yang berkembang dalam lingkup Singaraja.

Sub genre rock yang semestinya dekat dengan telinga pecinta musik seharusnya banyak yang menggeluti dan menciptakan karya dalam ranah genre ini. Tapi pada kenyataannya di kota mereka tinggal, itu tidak terjadi sebaik itu. Regenerasi dirasa tidak berjalan dengan baik, ada ketimpangan  umur yang begitu jauh di antara sesama pegiat musik bergenre rock tersebut.

Misal seperti ketiga band yang menginisiasi “Rock Tour” ini, satu band dengan band lainnya itu memiliki angkatan yang jauh berbeda jika diukur lewat angka umur. Hampir tiap band memiliki selang lima tahun lompatan jarak di antaranya. Itu bisa menjadi gambaran bagaimana genre rock di kota Singaraja tidak begitu banyak pegiatnya, padahal banyak sekali yang antusias mendengarkan genre rock ini.

Akhirnya lewat keresahan itu mereka membuat “Rock Tour” ini yang rencananya akan menyambangi beberapa titik lintas kecamatan pada lingkup kabupaten Buleleng saja. Di antaranya daerah yang bakal mereka singgahi ada lima titik, yaitu; Kota Singaraja, Desa Les di Buleleng timur, Kecamatan Seririt, Desa Pancasari dan titik terakhir kembali di Kota Singaraja.

Pemilihan untuk mengambil tour dalam lingkup kabupaten juga menjadi hal yang unik bagi saya. Karena biasanya yang saya jumpai tiap kali sebuah band menyelenggrakan tour selalu mengambil ranah minimal lintas kabupaten atau skala provinsi, atau bahkan bisa antar pulau. Pemilihan mengambil titik hanya antar kecamatan seperti yang dilakukan “Rock Tour” juga bukan semata-mata dilakukan tanpa pembacaan.

Mereka banyak menimbangkan hal-hal yang lain seperti waktu, tempat, materi dan tenaga. Karena agenda ini dilakukan secara mandiri jadi mereka memilih yang sekiranya bisa dilakukan secara maksimal dalam keterbatasan yang mereka punya. Pun sebenarnya tujuan mereka adalah ingin mempopulerkan atau memperkenalkan musik rock khususnya di Buleleng.

Maka mereka tidak ingin terburu-buru dalam mengambil Langkah untuk tour terlalu jauh, karena mereka juga berpikir bahwa belum selesai melakukan pembacaan di rumah mereka sendiri. Apalagi ketika melakukan tour terlalu jauh, tentu akan banyak orang yang akan dilibatkan termasuk komunitas di daerah tertentu. Hal seperti itu pasti memerlukan jaringan koneksi lintas komunitas untuk membantu. Mungkin juga faktor itu yang masih sedang mereka bangun untuk memperluas lagi jangkauan sayap mereka.

Kesadaran itulah yang saya tangkap dan berusaha saya sampaikan di catatan ini untuk membantu mereka, syukur-syukur misalnya catatan ini bisa menjadi arsip perjalan agenda tour mereka. Atau mungkin tenggelam begitu saja seperti yang sudah-sudah.

Banyak hal yang kemudian hadir menjadi pembicaraan saya bersama teman-teman penyelenggara “Rock Tour” ini. Begitu banyak keresahan yang mereka sampaikan dan kebetulan saya juga merasakannya karena mungkin ada kesamaan yang sama kita lakukan dalam membangun ekosistem industri kreatif. Mesikipun saya bukan siapa-siapa di kota Singaraja, sepertinya pengalaman saya ketika merantau dan bergabung di komunitas-komunitas ketika masih di Denpasar bisa menjadi referensi saya untuk nyambung ketika mengobrol dengan beberapa dari mereka.

BACA JUGA:

  • REIM Space dan Upaya-upaya Membangun Ekosistem Bermusik di Kota Singaraja | Ekosistem Seperti Apa?
  • Romantisme Musik Underground Singaraja | Jejak Langkah yang Memudar dalam Skena

Begitu banyak hal yang kompleks dan menjadi PR bersama untuk membentuk ekosistem ruang kreatif yang mapan di Singaraja. Karena banyak hal utama yang dibutuhkan oleh pegiat musik di Singaraja tetapi masih susah untuk memfasilitasi hal kekurangan tersebut, sesederhana ruang panggung atau hal lainnya yang berkaitan dengan keberlangsungan kebutuhan pemanggungan.

Tour ini juga mereka harapkan menjadi salah satu sumbu bakar untuk beberapa anak muda yang senang bermusik untuk ikut meramaikan genre rock di kota Singaraja. Agar nantinya diharapkan makin banyak varian alternatife untuk didengarkan, sekaligus bisa menjadi penyemangat teman band yang lainnya untuk berlomba dalam menciptakan karya dan bertukar wacana. Tour ini pula dimaksudkan sebagai penyampai keresahan mereka untuk menciptakan panggung sendiri, karena sering kali tidak mendapat bagian panggung di rumah mereka sendiri.

Karena tour ini mereka lakukan benar-benar secara mandiri, dari konsep acara dan konsep panggung. Meskipun mereka juga dibantu oleh REIM Space sebagai organize acara dan teknis persipan. Hal itu yang kemudian membuat mereka lebih menekankan pada nilai demokrasi tiap band. Termasuk dari kesepakatan pemilihan tanggal, kesepakatan pemilihan urutan band yang main terlebih dahulu. Mereka seberusaha mungkin ingin mengaburkan istilah senioritas dalam agenda mereka ini.

Demokrasi menjadi pondasi mereka untuk sama-sama belajar bagaimana menyikapi keterbatasan yang mereka punya. Apalagi adanya keterjarakan umur yang begitu jauh, itu adalah faktor yang kadang bisa menjadi hal yang sangat rentan menjadi keributan. Tapi pada penyelenggaraan pertama kemarin hal itu tidak terjadi, bahkan mereka sangat menikmati berjalannya acara tersebut. Jadi suasana pertunjukan yang mereka sajikan tidak terlihat mati dan membosankan.

Pengalaman saya menonton pertunjukan musik juga akhirnya menjadi berbeda, dibanding ketika saya menonton pertunjukan musik yang hanya menyaksikan saja pertunjukan berlangsung begitu saja hingga selesai lalu setelah itu pulang tanpa membawa hal baru.

Pada “Rock Tour” pertama kemarin saya banyak ngobrol dengan teman-teman dari penyelenggara, meskipun tidak memulu membicarakan soal ekosistem musik saja sesekali diselingi dengan bercandaan atau gossip-gosip seputar dunia permusikan.

Maka keberhasilan acara tersebut tentu tidak luput dari orang belakang panggung yang membantu mereka, orang yang sudah memberikan sponsor ke mereka tentu juga orang yang sudah mengizinkan tempatnya untuk dijadikan sebagai ruang panggung. Tentu saja juga teman-teman yang datang dan mengapresiasi mereka dengan banyak cara.

Saya rasa apa yang mereka lakukan patut untuk dilihat dan diikuti, bagaimana keresahan di antara mereka kini berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan soal intensitas semangat mereka. Bagaimana mereka bisa membangun sedikit demi sedikit keinginan mereka untuk menyemarakan sub genre yang mereka mainkan.

Tentu itu tidak bisa mereka lakukan sendiri begitu saja, perlu banyak campur tangan dari teman-teman di luar meskipun itu bukan dari pegiat musik sekalipun. Siapa bilang ngeband hanya berbicara soal nada, lirik lagu dan alat musik saja? Ada banyak lapisan-lapisan yang mesti disadari keberadaannya lalu diisi kekosongannya. Lalu, menjadi apakah kita hari ini dan esok pada pusaran ini? Salam. [T]

BACA JUGA:

  • Mendengar “Haunted Psycho Notes” dari Kanekuro | Dari Kesehatan Mental ke Kesehatan yang Lain
  • Tirtour Yatour Edisi Bangli | Bukan Hanya Sekadar Gigs Gradag-Grudug

Tags: musikRock Tour SingarajaSingaraja
Previous Post

Sepatu Baru MC dan Pilot Naik Panggung | Catatan Belakang Layar Teater Legenda Rasa

Next Post

Ternyata Stres Berguna Juga

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Puasa, Kebutuhan dan Hari Kelahiran

Ternyata Stres Berguna Juga

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Promosi Produk Wisata Manipulatif, Bisa Saja

by Chusmeru
June 9, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

PERSAINGAN dalam industri pariwisata kian ketat. Bukan hanya di Tanah Air, namun juga di berbagai belahan dunia. Oleh karenanya, berbagai...

Read more

Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

by Pry S.
June 8, 2025
0
Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

AKHIR Mei kemarin, Kompas menerbitkan sebuah feature bertajuk ‘Sastrawan Tak Bisa Menggantungkan Hidup pada Sastra.’ Liputan ini dibuka dengan narasi...

Read more

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co