Tokoh seniman I Made Persib memang tidak asing lagi kita dengar dan kita kenal. I Made Persib, lahir 31 Desember 1957. Ia adalah seorang tokoh multitalent menguasai seni sastra, pedalangan, karawitan dan seni tari.
Darah seninya mengalir dari kedua orang tuannya. Ayahnya selain seorang Pemangku, juga mencintai dan mengeluti kesenian. Ibunya adalah seorang penembang saat nyungsung tapakan (menarikan) Barong Landung.
Kiprah I Made Persib di bidang Karawitan Bali dimulai sejak anak-anak. Berkesenian dimulainya ketika masa-masa (SD) Sekolah Dasar tahun 1965-1968. Memasuki masa SMP (1969-1972), I Made Persib juga dikenal sebagai anak yang cerdas. Terbukti dari beberapa kali prestasi yang ia raih dan kerap menjadi juara dikelasnya.
Pengenalan dan pengalaman berkeseniannya, diperolehnya dari aktivitas adat di lingkungannya. Ritus adat yang berlangsung di Pura Dalem Majapahit dengan sesuhunan petapakan Barong Landung, Wayang Wong (Bajra Citta), iringan gamelan Batel membius I Made Persib untuk larut di dalamnya. Kegiatan seni yang terbungkus dalam ritual ini, membangun intiusinya dalam berkesenian.
Guna mengasah kemampuannya dalam bidang seni, I Made Persib memilih sekolah di KOKAR (Konservatori Karawitan) yang beralamat di Jalan Ratna, Denpasar dari tahun 1973-1977).
Sebelumnya, ia berkeinginan untuk bersekolah di sekolah guru (SGO), dan juga pernah mencoba masuk pada sekolah umum SMA Negeri 2 Denpasar. Namun, hatinya tergugah melihat sekolah KOKAR yang megah dan dipenuhi dengan kesibukan aktivitas berkesenian kala itu. Seketika I Made Persib, mengubah keinginannya dan memutuskan untuk bersekolah di KOKAR.
Perjalanan dari rumahnya di Banjar Beneh Kawan, Desa Blahkiuh, Abiansemal menuju KOKAR ditempuhnya dengan naik sepeda. I Made Persib memilih jurusan Pedalangan di KOKAR Bali. Guru pertama yang mengajarkannya mendalang adalah Bapak I Nyoman Sumandhi, salah satu seniman Pedalangan yang berasal dari Desa Tunjuk, Tabanan. Setelah tamat KOKAR, dia diangkat menjadi guru honorer sembari melanjutkan pendidikannya di ASTI (Akademi Seni Tari) Denpasar dari tahun 1978-1982.
Pengabdian bidang seni di desanya, diawali dengan membangun dan membeli seperangkat gamelan Gong Kebyar, tahun 1980 secara swadaya dari urunan sukarela. Kreativitasnya di bidang pedalangan dimulai dari ketertarikannya dengan dunia bermain anak-anak yang ia amati. Aktivitas anak-anak ini mengilhami daya kreatif I Made Persib untuk mewujudkannya dalam karya seni.
Cerita-cerita tradisional anak-anak Bali, dikemasnya menjadi sebuah pertunjukan Wayang Tantri dengan penyampian pesan filsafat melalui alur cerita atau tutur. Karya ini disajikan dalam Festival Seni di Kota Bandung tahun 1980 yang diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia.
Selain menciptakan karya, I Made Persib juga banyak memberikan masukan-masukan ide dalam karya lainnya, seperti karya Eka Dasa Rudra ciptaan I Komang Astita. I Made Persib juga memberikan masukan kepada penggarap tentang sentuhan vocal dan tata artistic sebagai penguat pertunjukan.
Guna menuntaskan pendidikannya di ASTI Denpasar, I Made Persib membuat karya seni “Wayang Sapuleger” yang disajikan dalam rangka Ujian Tugas Akhir Mahasiswa kala itu. Inovasi dari karya ini tidak saja dari pengkemasan pertunjukan wayangnya, dan juga penonton yang menyaksikan pertunjukan ini diajak ikut terlibat memainkan peran didalamnya. Karya ini mendapat sambutan dari tokoh A.A Djelantik.
Selain mencipta, I Made Persib juga kerap diundang menjadi pembicara dalam pertemuan-pertemuan ilmiah. I Made Persib diundang menjadi pembicara dalam pertemuan dalang seluruh Indonesia yang bertempat di Art Centre Denpasar tahun 1983 dengan tema “Wayang dan Teknologi”. Materi yang dibawakannya menyangkut peran teknologi dalam pertunjukan wayang. Ide gagasan ini disampaikan dalam vorum itu. Imbuhnya, “Wayang harus berkembang seiring berkembangnya teknologi” ujar I Made Persib (wawancara, 25 Juli 2022).
Setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di KOKAR Bali dari tahun 1981 hingga memasuki masa purna tugas tahun 2017, I Made Persib banyak melahirkan pendalang, di antaranya I Nyoman Sedana, I Ketut Kodi, I Made Aryasa (Cemagi), I Made Mendrawan (Blahkiuh), dan alainnya.
Konsepsi seorang dalang, menurut dia adalah peragaan siwa. Seorang calon dalang harus mendapat “tampak guru” restu dari seorang Jro Dalang untuk menjadi dalang, disamping proses ritual yang harus dilalui, seperti pawintenan.
Seorang dalang dalam belajar wayang, menurut I Made Persib harus mempunyai 2 syarat; pertama, ada bakat dan kedua memang senang dari dalam dirinya. Dahulu dalam belajar wayang, harus didahului dengan belajar sastra (kekawin, satua, dan sejenisnya). Ini memerlukan waktu yang lama, sehingga untuk menjadi Dalang terasa agak susah. Namun, saat ini telah banyak berkembang metode pengajaran wayang.
Belajar ngewayang, dilakukan dengan mempraktekan permainan wayang secara langsung, tentunya juga perlu penguasaan cerita yang dibawakan. Cara belajar ngewayang yang dilakukan oleh I Made Persib yakni dengan memperhatikan gurunya ketika melakukan pertunjukan wayang. Metode ini disebut dengan istilah “Nyantrik”. Mengintip seorang dalang dari melihat gerak-geriknya dalam melakukan pertunjukan wayang, termasuk kehidupannya, prilakukanya, dan pengabdiannya di bidang pewayangan. Ini akan banyak memberikan gambaran pada seorang dalang dalam mendalang, tuturnya.
Guru-guru I Made Persib dalam belajar ngewayang (mendalang), di antaranya Ida Bagus Sarga (Dalang Bongkasa) dan I Nyoman Rajeg (Dalang Tunjuk). Kedua guru ini sangat berpengaruh terhadap diri I Made Persib dalam memainkan wayangnya. Namun, sebagai seorang seniman, tentunya ia ingin menunjukan kekhasan atau karateristik yang ia punya. Kemasan dan ide dalam memainkan wayang dalam pertunjukan wayangnya, membuat dia memiliki corak warna tersendiri sebagai seorang dalang Mangku Persib.
Kiprah I Made Persib dalam berkesenian diantaranya:
- Tahun 1978 mengawali mendalang Sendratari “Nara Kusuma”.
- Tahun 1980. Mengajar gamelan di Umajero, Buleleng.
- Tahun 1987/1988, membuat karya “Pupuh Kaduung” yang bertemakan Perasan Jatuh Cinta, tertusuk asmara. Karya ini juga dikembangkan menjadi karya Gegitan yang disajikan pada PKB tahun 1988, yang diwakilkan oleh Br. Lambing, Abiansemal, Badung. Konsepsi karya ini menggabungkan antara pertunjukan Parwa dengan Arja.
- Tahun 1988 membuat sanggar “Cili Mekar”. Sanggar tari Bali dan Permainan Tradisional Anak. Sanggar ini juga bekerja sama dengan tokoh I Made Taro (Sanggar Kukuruyuk) dan Anom Ranuara (Teater Mini Badung), sama-sama mendidik dan melatih kepercayaan diri anak-anak dan penguat karakter diri.
- Tahun 1990 melatih dolanan pertama yang diringi oleh Penabuh Wanita dari B. Kedampal, Abiansemal, Badung. Disajikan dalam rangka PKB tahun 1990.
- Tahun 1990 mengajar Gong Kebyar dengan mencipta iringan tari Legong di Desa Munduk, Buleleng.
- Tahun 1991 mengajar gamelan dan Koor Paduan Suara, di Desa Pakaten, Buleleng. Disajikan dalam rangka Festival Buleleng.
- Tahun 1995 membuat Ide Cerita serta sebagai Juru Tandak pada Ciptaan Legong Supraba Duta bersama I Wayan Sinti.
- Tahun 1996 mengajar gamelan di Tegalalang, Gianyar dengan menuangkan materi Legong Supraba Duta.
- Tahun 2005 menggarap Vokal Fragemantari “Dandang Riman” pendukung karya KOKAR (SMK N 3 Sukawati). Disajikan dalam rang PKB tahun 2005, sebagai duta Kabupaten Gianyar.
Foto: Jro Mangku Dalang I Made Persib | Dokumentasi oleh I Made Aristanaya, Tahun 2022
Kekhasan wayang di Badung menurut Jro Mangku Persib dibedakan menjadi 2, yakni Wayang style Buduk (Ida Bagus Ngurah) dengan kekhasannya dengan Wayang Parwa (Astadasa Parwa), dengan karakter “Guru Suara” dan Wayang khas Bongkasa (Wayang Bongkasa, Jro Dalang Ida Bagus Sarga) “Jaya Suara” dengan kekhasan pertunjukan wayangnya berlakon Ramayana.
Wayang Parwa memakai epos Mahaberatha, yang diiringi dengan seperangkat gamelan Gender Wayang, secara instrumentasi terdiri dari 4 buah gender (2 Pemade, dan 2 barangan). Secara filosofi ini juga mengandung makna tertentu (baca Buku Gender Wayang, I Nyoman Mariyana). Sedangkan pertunjukan wayang yang memakai epos Ramayana, iringannya memakai gamelan Batel (Instrumen utamanya adalah Gender Wayang, dilengkapi dengan instrument kecek, sepasang kendang kerumpungan, klenang, kemong, kajar, suling, dan Gong/Kempur).
Jro Mangku Dalang I Made Persib, juga memberikan wejangan tentang pemaknaan dan pengertian dari “wayang lemah”. Wayang lemah adalah pertunjukan wayang yang dimainkan di tanah, ten metingga (tanpa menggunakan tempat duduk sejenis taban/stager).
Wayang Lemah khusus dimainkan untuk upacara Bhuta Yadnya sebagai penyomia Bhuta menetralisir kekuatan yang tidak baik menjadi baik. Penyeimbang kekuatan antara Bhuana Agung dengan Bhuana Alit. Cerita yang dimainkan Jro Dalang biasanya memakai cerita Ketatwan Kala (Kala Tatwa). Kala hanya mampu dilebur oleh Ki Dalang.
Dahulu, berkesenian tidak menerima upah, kebahagian terbesarnya adalah ketika karyanya mampu memberikan hiburan dan dapat dinikmati oleh penikmatnya (Ngayah tanpa Bayah, Buka Ngayah Mebayah). [T]