Amisewaka – Desa Les Community Center (DLCC) akan mengadakan Grand Opening, disusul dengan Pesta Rakyat “More For Les”, pada 18 Juli 2022. Di area lapangan sekitar Amisewaka-DLCC nantinya akan digelar store UMKM makanan tradisional yang berasal dari desa Les.
Ketut Swastika selaku Kitchen Head / Chef Amisewaka – DLCC mengatakan ia telah menyunting dan mengunjungi calon pedagang yang akan berjualan saat Pesta Rakyat nanti.
“Bagi yang berjualan di area UMKM, sudah kami visit ke rumah masing-masing, bagaimana rumah produksinya, apa yang perlu di-improve, bagaimana pembuangannya dan sampahnya diolah seperti apa,” jelas Swastika saat acara Press Conference Grand Opening di Amisewaka – DLCC, Selasa (12/7).
Blayag, Mengguh, dan Lain-lain
Adapun makanan yang akan dihadirkan saat Pesta Rakyat nanti seperti blayag, mengguh, loloh tradisional Desa Les, nasi jagung, es rujak, dan lain-lain. Semua pedagang nantinya tidak ada yang menggunakan plastik melainkan menggunakan bahan alam seperti daun pisang.
Yang menarik disampaikan oleh Ketut Swastika, Chef asal Desa Sangsit ini, adalah es rujak Desa Les berbeda dengan es rujak di daerah Singaraja, karena es rujak di Desa Les menggunakan merica hitam menyesuaikan dengan kondisi cuaca saat ini yang kadang hujan, kadang panas terik.
Ketut Swastika menambahkan, di Amisewaka – DLCC, anak-anak tidak hanya diajarkan bagaimana cara memasak, namun juga diajarkan proses mulai dari menanam bahan makanan, mengolah, menyajikan hingga mengemas sampai dengan menjual.
Apa itu DLCC?
Rucina Ballinger selaku perwakilan Amicorp, dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga bisa berada di Desa Les guna meningkatkan SDM Desa Les melalui Amisewaka – DLCC.
Foto: Areal atas Amisewaka DLCC
“Kami ingin sekali meningkatkan SDM di Desa Les, supaya mereka memiliki nilai tambah dalam bisnis Hotel dan bisnis lainnya,” ujar Rucina.
Selanjutnya, Arapa Efendi selaku Director of Academic and Student Affairs Amisewaka – DLCC memaparkan kegiatan-kegiatan akademik di Amisewaka – DLCC.
“Amisewaka – DLCC adalah LKP berbasis masyarakat tapi tetap standar yang kami terapkan untuk masyarakat Bali Utara ini adalah standar Internasional, karena kurikulum yang kami kembangkan sendiri kami ambil dari ASEAN Toolboxes yakni kerangka kurikulum pariwisata ASEAN,” kata Arapa.
Arapa mengatakan, di tahap pertama Amisewaka – DLCC akan menerima sebanyak 100 siswa dan saat ini sebanyak 81 siswa sudah diterima yang berasal dari keluarga kurang mampu. Hal yang berbeda dari Amisewaka dengan lembaga pelatihan lainnya adalah, bahwa di Amisewaka – DLCC tidak melakukan seleksi siswa tetapi mendampingi dan mendukung siswa.
Amisewaka-DLCC berfokus pada lima nilai inti: menghargai (Respect), kerja sama (Teamwork), tanggung jawab (Responsibility), ketenangan (Peace), dan keamanan (Safety/ Security). Pendidikan Nilai-Nilai Hidup akan menjadi dasar dan bagian penting dari pelatihan ini, yang menekankan nilai dan integritas setiap orang yang terlibat dalam memberikan pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Foto: Pintu masuk Amisewaka DLCC
Mengintegrasikan LVE ke dalam semua aspek kurikulum akan membuat Amisewaka-DLCC menjadi menonjol. LVE menawarkan kesempatan untuk meningkatkan nilai diri dan kepercayaan diri seseorang. Oleh karena itu, LVE dapat mendukung seseorang untuk menjadi pemimpin dan pemain tim yang lebih baik. Kelas akan diadakan dalam bahasa Inggris sebanyak mungkin.
Seni Kuliner dan Layanan Perhotelan
Di Amisewaka DLCC, seni kuliner dan produksi makanan menjadi fokus utama. Berfokus pada bahan-bahan lokal yang digunakan dengan cara tradisional dan inovatif, para siswa akan bekerja dengan koki tamu dari berbagai restoran di pulau Bali, di bawah bimbingan guru kuliner Amisewaka DLCC. Les sendiri adalah rumah bagi beberapa juru masak dan koki yang handal.
Amisewaka akan menampilkan pelatihan langsung profesional yang didukung oleh para ahli di industri kuliner. Akan ada dapur pelatihan bintang lima dan restoran 30 kursi di lokasi untuk pelatihan. Dapur dan restoran komersial dan modern ini akan beroperasi sebagai ruang kelas multifungsi dan praktik,, yang berfokus pada memberikan pelatihan terbaru dalam disiplin kuliner dan layanan.
Permakultur dan Pertanian Berkelanjutan
Permakultur bertujuan untuk menciptakan metode penanaman pangan berkelanjutan, yang menjadi gerakan di seluruh dunia untuk mencakup semua aspek: bagaimana kita sebagai manusia dapat hidup secara harmonis dalam kaitannya dengan bumi dan sumber daya yang terbatas.
Foto: Rucina Ballinger menunjukkan kebun di areal Amisewaka
Kebun permakultur di Amisewaka tidak hanya bertujuan sebagai lanskap, tetaou sekaligus penyedia hasil bumi yang digunakan di restoran bagi kelas memasak. Pendekatan holistik ini tidak hanya akan menawarkan keterampilan, tetapi juga akan meningkatkan kesadaran siswa dan komunitas mereka masing-masing tentang pentingnya menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan.
Pelestarian Budaya
Memanfaatkan fokus pemerintah Bali untuk mengembangkan industri kreatif dan melestarikan warisan budaya, Amisewaka DLCC akan turut mengajarkan warisan budaya, seperti tari tradisional Bali dan musik gamelan. Siswa harus mengambil kedua modul ini sebagai bagian dari pelatihan keseluruhan mereka. Tidak hanya akan memberi mereka rasa nilai diri budaya, tetapi juga memberi mereka keterampilan lain yang bisa menghasilkan bagi mereka.
Pendidikan Tata Niaga
Tahap berikutnya di Amisewaka DLCC adalah keterampilan kewirausahaan sosial bagi seluruh mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menerapkan keterampilan dari Amisewaka untuk mengembangkan usahanya.
Sejalan dengan visi-misi Amisewaka – DLCC, Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa yang juga hadir, menyambut baik dengan adanya Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Amisewaka Desa Les Community Center guna meningkatkan kunjungan pariwisata di wilayah Buleleng Timur. [T]