Jika ingat kata manyelonte, pastilah ingat tokoh Luh Manik dalam cerita-cerita yang dibawakan sekaa Topeng Tugek dari Desa Carangasri, Badung.
Nah, Sanggar Seni Tugek Carangsari, yang menjadi penerus Topeng Tugek Carangasari, tampil pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 2022 di Taman Budaya Denpasar, dengan menampilkan garapan yang lain daripada yang lain. Sanggar itu membawa garapan garapan utuh berjudul Manyolonte di Dalam Selonding yang disingat Manyelonding.
Sanggar itu membawakan garapan instrumental gamelan klasik, berupa selonding kreatif. Dalam garapannya, sanggar itu menampilkan delapan orang penabuh, dua penari dan satu sendon (nyanyian dalang). Mereka memainkan bilah-bilah selonding yang khas, hasil dari ekplorasi gamelan yang masuk katagori klasik dan sakral. Namun dalam garapan kali ini, selain perangkat selonding, juga dipadukan dengan alat musik berupa gamelan reong, suling dan satu buah gong gede.
Yang menjadi penata karawitan adalah I Kadek Putra Guna Wisnawa, dan I Gusti Ngurah Alit Supariawan, S.Sn.
Alit Supariawan menjelaskaan garapan ini terinspirasi dari dialog Tupeng Tugek Carangsari yang diperankan tokoh Tugek Alm. Ngurah Windia. Dialog yang disampaikan sering membahas tentang air.
“Garapan ini merupakan balutan perpaduan antara energi air di bumi dengan mengalirnya energi taksu dalam pementasan topeng, laksana lakunya air itu sendiri,” katanya.
Sajian seni selonding kreatif ini berlangsung 45 menit, selain menabuh gamelan selonding, aktrasi garapan ini juga melantunkan tembang –tembang dengan lirik dari dialog Tugek. Sebagai wujud penghormatan kepada sang maestro, dalam pementasan tersebut juga dibawa tapel tugek serta foto alm. I Gusti Ngurah Windia. Penontonpun tampak larut, menikmati suguhan yang dibalut apik oleh penerus seniman Carangsari tersebut.
Alit Supariawan menambahkan, selonding yang dibawa merupakan seperangkat gamelan yang dimiliki Puri Carangsari. “Gamelan selonding ini dibeli sekitar tahun 1990-an, namun karena ‘pelawahnya’ sebagian sudah rusak, gamelan selonding ini diperbaiki kembali, bagi kami kesempatan menampilkan selonding kreatif menjadi motivasi tersendiri dalam upaya pengembangan seni –seni klasik, tanpa meninggalkan pakem tradisi yang sudah diwarisi,” ungkapnya. [T][Ado/*]