29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Lukisan Senja | Cerpen Ni Wayan Sumiasih

Ni Wayan SumiasihbyNi Wayan Sumiasih
June 6, 2022
inCerpen
Lukisan Senja | Cerpen Ni Wayan Sumiasih

Penulis: Ni Wayan Sumiasih

 “Namaku Winda. Aku sedang  hamil! Kau kenal Aditya? Ia pacarku, dan sekarang aku sedang mengandung anaknya! Kudengar kau pacaran dengannya!”

Seketika mata gadis itu merah melotot seperti hendak menelan tubuhku yang terpaku. Mulutnya gemetar, tangan mengepal, dengan napas satu-satu, bahu terguncang, separuh bajunya basah oleh keringat dan air mata.

Matahari seolah berhenti menyapa. Kurasa jantungku meloncat dari jiwaku. Rohku pun berhenti mengalirkan nadi yang mencipta raga berdenyut. Ini yang namanya petir di siang bolong? Tubuhku tergetar, membeku menatap gadis yang berdiri di hadapanku.

Kupandang gadis di depanku. Wajah yang tak pernah kukenal. Aku baru bertemu dengannya hari ini. Namanya pun baru kuketahui saat ini, saat dia dengan suara lantang, berteriak melengking memperkenalkan dirinnya. Wajah kusut dan mata yang sembab, terlihat seperti menahan beban yang teramat berat.

Kulirik perutnya yang sudah membucit. Kutaksir gadis ini masih muda, mungkin   lebih muda usianya dariku sekitar dua tahun. Kulitnya putih bersih dan memiliki wajah yang cukup cantik. Rambut ikal sebahu terlhat indah walau  kusut tanpa disisir.

Mungkin bajunya pun tak terganti  seminggu. Ia terlihat sangat kumal. Ritual mandi mungkin menjadi hal yang aneh baginya. Bau tubuhnya agak mengusikku. Namun hal itu tak mengurangi gurat cantik wajahnya.

***

Ya, Aditya nama yang indah bagiku. Ia teman sekelas di satu SMA. Kami bertemu pertama kali saat pendaftaran di sekolah favorit di kotaku. Saat itu kami menunggu untuk daftar ulang di aula sekolah. Kami duduk berdekatan pada deretan bangku yang disediakan panita penerimaan siswa baru.  Dia mengulurkan tanganya.

”Perkenalkan namaku Aditya.”

Aku gelagapan karena aku tak menyangka kalau momen itu terjadi. Kutatap matanya. Wow, mata hitam bulat bening dengan senyumnya yang menawan. Kulitnya coklat bersih dengan tubuhnya yang atletis. Pasti gemar olah raga, pikirku. Dengan ragu kuulurkan tanganku,

”Dinda”

Gengamannya terasa hangat dan darahku berdesir. Jantungku berdebar karena tatapan matanya.

“Dinda, nama yang manis, semanis orangnya.”

Uup.. kuyakin pipiku merona merah saat mendengar celetukannya. Segera kutarik tanganku dari genggamannya. Belum sempat kutata rasaku, terdengar namaku dipanggil panitia

“Dinda Ayuningtyas.” Aku bergegas menuju meja panitia  tanpa menoleh padanya.

Aku berlari kecil menuju kelasku, semoga tidak terlambat. Kulirik jam tangan hadiah ulang tahunku  yang ke-18. Masih ada waktu 5  menit sampai terdengar bunyi bel sekolah. Ini hari pertamaku mulai sekolah lagi, setelah  liburan semester. Menggunakan seragam putih abu hanya  tinggal menghitung minggu. Ujian kelulusan tinggal beberapa bulan lagi.

Aku  menyusuri koridor. Terlihat beberapa foto siswa berprestasi yang terpajang dengan bangga atau mungkin dengan angkuh. Fotoku juga terbingkai di sana saat memenangkan lomba penulisan karya ilmiah tingkat Nasional.  Tuti dan Aditya mengapitku yang kala itu mengacungkan piala kemenangan. Bangga bisa mempersembahkan yang terbaik untuk sekolah tercinta.

Kami bertiga sahabat karib. Walau hobi kami berbeda, kami sering dipertemukan dalam kelompok belajar penulisan karya ilmiah. Kedekatan itu pun bertahan karena kami  satu kelas selama tiga tahun. Jadi, tiada hari tanpa kebersamaan yang kami lalui. Kebersamaan penuh cerita canda. Kadang terjadi pertengkaran kecil  yang lebih melekatkan kebersamaan kami.

Kutahu Aditya menaruh hati padaku, namun kutampik dengan halus. Perhatian, tingkah laku, dan sorot matanya, menyiratkan rasa sayang dan cinta yang didambakan setiap gadis di bumi ini.

Kujingkrakkan kaki seperti penari salsa. Sesekali kuputar tubuhku menirukan penari balet sambil bersenandung lagu Do Re Mi. Seekor kupu-kupu terbang menari mengitari dan mendahului langkahku. Desiran angin mengelus wajah, mengusap lenganku seolah menyambut dan mengucapkan salam.

Kubergegas menaiki tangga menuju ruang kelasku. Kelasku ada di lantai dua. Bel berbunyi saat langkah kakiku mencapai ruang kelas. Terdengar suara  di belakangku.

“Dasar penari!” Tangan Aditya mendekap pundakku dengan hangat.

Oups, langkahku terhenti.  Dadaku deg deggan. Ada rasa kangen yang membucah, yang ingin bergelayut di hatinya. Kerinduan mengalir di setiap aliran  nadi darahku. Tatapan, senyuman, dan suara yang selalu kurindu dalam diam. Tubuhku bergetar membeku.

”Semakin cantik,”  bisiknya dengan senyum dikulum melepas tangannya dari pundakku menuju bangkunya.

Duh Gusti, malunya aku. Ternyata dia di belakangku tanpa kusadari. Jadi dia melihat apa yang kulakukan? Ah, masa bodo. Sedari kecil aku suka menari, setiap ada acara ulang tahun sekolah, atau acara pelepasan siswa. Aku selalu terpilih. Aku paling suka menarikan tari Oleg Tamulilingan. Tarian ini sangat indah. Tarian yang melukiskan  gerak gerik seekor kumbang yang sedang bermain-main dan bermersa-mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah taman. Tubuhku tinggi semampai, memiliki wajah yang putih bersih serta senyum yang manis mendukung gerakku menarikan tari Oleg Tamulilingan.

Belum sempat kuhempaskan tubuhku di kursi, Guru Wali  telah berdiri di kelas. Pertemuan  diisi dengan nasihat persiapan menghadapi ujian sekolah yang tinggal beberapa bulan lagi.  Para guru berharap semua siswa lulus dengan nilai terbaik bahkan sempurna. Ocehan wali kelasku berlalu tanpa kuhiraukan. Pikiranku masih terbayang peristiwa pagi ini. Aditya tak pernah lelah mendekatiku. Kadang di saat tertentu aku nyerah, ingin membalas cintanya, selalu ada debaran halus menghampiri dadaku setiap beradu pandang.

Temanku Tuti menyenggolku, “Hai Din,  baru hari pertama sekolah dah melamun, bahaya lho  anak gadis pagi-pagi bengong, nanti ayam tetangga mati,” ledeknya.

Tuti temanku dari Sekolah Dasar,  sampai sekarang pun bisa satu sekolah  bahkan sekelas. Tuti suka bercanda. Kami selalu memeroleh ranking di kelas. Ia sangat suka basket. Tubuhnya yang tinggi langsing sangat mendukung hobinya. Bahkan saat ini dia menjadi team inti pemain basket. Walau hobi kami berbeda, namun di sisi lain, banyak hal sehati kami lakukan. Kulitnya agak coklat, mungkin karena sering di lapangan. Senyumnya manis dengan deretan giginya yang putih tersusun rapi. Aku hanya menatap dia sekilas tanpa peduli dengan ledekannya.

Bel sekolah berbunyi tiga kali. Itu pertanda pelajaran telah usai. Para siswa berhamburan keluar saling mendahului. Mungkin karena perut mereka minta diisi, sama seperti yang kurasakan.

“Din kau dijemput sopir?” tanya Tuti dengan napas terengah mengejarku.

“Kau kenapa sih, jalan seperti dikejar setan?” matanya tajam menatapku.

“Ya aku lari biar ngak ketemu dengan setan Aditya,” gumamku dalam hati. Entahlah aku hanya ingin menghindarinya. Aku takut dengan perasaan yang kurasa.

Terbayang di mataku, bagaimana kakakku Linda harus berhenti sekolah karena pacaran melewati batas, sehingga dia hamil. Ibuku pingsan saat guru BK datang ke rumahku untuk menanyakan keberadaan Linda yang sering alpa bahkan sudah tidak pernah datang ke sekolah. Saking sedihnya, ibuku sampai  opname beberapa bulan di Rumah Sakit karena penyakit jantungnya kambuh. Ayahku sangat marah dan terpukul karena peristiwa itu. Linda merupakan anak kesayangan, penerus harapannya untuk menjadi seorang pengacara. Sekarang harapan itu terbeban di pundakku. Segala gerakku diawasi dan dibatasi. Demi kebahagian orang tua, aku turuti keinginan mereka untuk tidak pacaran selama sekolah.

Akhirnya Ujian Sekolah telah terlewati, setelah sekian bulan terbenam dalam buku dan laptop yang melelahkan. Tinggal menunggu pengumuman hari kelulusan.

“Dinda, tunggu.” Terdengar suara yang tak asing ditelingaku. Aku menahan langkahku, Aditya berlari kecil menghampiriku. ”Kita ke kantin yuk, Din. Aku haus nih, lapar juga, belum sarapan.”

Belum sempat kujawab, ia menarik tanganku menuju kantin sekolah. Kantin tampak sepi karena belum jam istirahat. Kupilih kursi yang paling pojok, yang biasa kita gunakan bertiga kalau ada acara ritual ke kantin. Kali ini Tuti tidak ke sekolah karena ada upacara adat, begitu tadi isi suratnya untuk wali kelas.

Kualihkan pandanganku dari tatapan Aditya yang terlihat sangat serius. Aku gelagapan dengan tingkahnya. Ia memegang pipiku, agar menatapnya.

“Dinda, aku mau berkata serius padamu. Setelah ribuan hari kupendam rasa ini.”

Hatiku berdebar menunggu kalimat selanjutnya.

“Din, berikan aku kesempatan untuk menunjukkan  kalau aku serius denganmu. Aku sangat mencintaimu, tak perlu banyak kata, akan aku buktikan cintaku padamu.” Katanya sambil mengusap-usap punggung tanganku, lalu menaruhnya di dadanya. Aku kaget, darahku tersirap, menahan gejolak di dada. Jujur, aku pun mencintainya. Kuberanikan diri menatap bola bening matanya.

”Aditya, rasa kita sama, namun perjalanan kita masih jauh, banyak asa yang perlu kugenggam. Ada harapan yang mesti kudekap, berbagai  cerita yang mesti kuselami.”

Belum selesai kalimatku, Aditya langsung melompat, menarik tanganku dan memelukku sambil  berteriak kegirangan.

”Jadi kau menerima cintaku kan Din?” Aku hanya bisa mengganggukkan kepalaku sambil tersipu.

***

Sekarang di hadapanku, seorang gadis bernama Winda, dengan perut buncit  menatapku dengan sorot tajam.

Kilatan mata Winda menyiratkan amarah luar biasa, penuh nafsu ingin merebut kembali yang sudah merasa menjadi haknya. Kutarik napas yang dalam, kutahan dan kuhembuskan perlahan. Berusaha kutenangkan diri. Kupersilakan Winda duduk.

“Duduklah, Winda, kita bicarakan dengan tenang!”

Dengan kasar dihempaskan tubuhnya di sofa. Kusuguhi dia air minum.

“Silakan minum dulu!”

Matanya masih merah menyala menahan marah yang belum reda. Diliriknya air yang kusuguhkan dengan penuh curiga. Bibirnya yang mungil menyeroscos berujar, kalau dia sudah pacaran dengan Aditya selama dua tahun, mulai dari kelas IX. Mereka satu desa. Bisa dikatakan masih ada hubungan kekerabatan. Jadi sekarang baru kelas X dan pacaran kebablasan. Pemecatan dari sekolah menakutkan baginya. Yang lebih dia cemaskan adalah apabila Aditya meninggalkannya. Tangisnya pecah sesenggukkan. Tubuhnya terguncang  dalam kepiluan. Aku elus rambutnya yang ikal, tangisnya semakin membuncah sambil memelukku dengan sangat erat. Aku bisikkan di telinganya.

”Percayalah, Aditya milikmu selamanya.”

Kutahan kelopak mataku, agar tiada butiran bening tumpah. Desir angin membelai-belai rambutku memelukku dalam lukisan senja. [T]

_____

KLIK UNTUK BACA CERPEN LAIN

Rahim yang Kelu | Cerpen Putu Arya Nugraha
Tags: CerpenTatkala May May May 2022
Previous Post

Perang Ukraina, Tantangan Buat Indonesia

Next Post

Mari Menua Dengan Bahagia

Ni Wayan Sumiasih

Ni Wayan Sumiasih

Guru yang suka menulis

Next Post
Hal-hal Lucu Saat Wabah Covid-19

Mari Menua Dengan Bahagia

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co