Kemajuan teknologi digital apabila tidak disikapi dengan cermat dapat menimbulkan efek negatif bagi siswa. Kemudahan mencari informasi dengan menggunakan telepon pintar membuat anak menjadi malas membaca. Anak akan menelan begitu saja informasi yang diperoleh tanpa ada usaha untuk memahami apa informasi yang didapat.
Selama masa pandemi covid 19, guru tentu memberikan tugas kepada siswa dengan harapan siswa mencari jawaban berkaitan dengan tugas yang diberikan. Guru mengharap siswa lebih banyak belajar mandiri dengan pendampingan orang tua tetapi harapan itu seolah pupus karena sebagain besar siswa tidak berusaha mencermati jawaban yan diperoleh dari hasil brosing di internet.
Fenomena ini jika dibiarkan berlarut-larut tentu akan mengakibatkan dampat yang negatif yang lebih luas. Jika keinginan anak membaca rendah akan memengaruhi kemampuan siswa pada bidang lainnya. Membaca adalah kunci utama untuk meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran yang lain.
Peran guru sangat penting dalam meningkatkan kemampuan membaca anak. Guru hendaknya mempunyai kiat untuk meningkatkan motivasi anak dalam membaca. Guru dalam memberikan tugas hendaknya menyediakan waktu untuk melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan tugas yang telah dikerjakan siswa. Guru hendaknya mengasah kemampuan argumentasi siswa. Dengan cara itu anak akan mempersiapkan diri berargumentasi sehingga siswa akan lebih memahami tugas yang diberikan oleh guru.
Jawaban terhadap tugas yang diberikan guru hendaknya ada dalam wacana yang diberikan. Jangan memberikan tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang ada jawabannya di internet. Hal ini akan membuat siswa malas untuk membaca karena jawaban dari pertanyaan yang diberikan dengan mudah didapat dari internet. Pertanyaan yang dibuat guru hendaknya megacu pada wacana sehingga hanya dengan membaca siswa dapat menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.
Biasakan siswa terlatih dalam membuat pertanyaan. Membuat pertanyaan tidaklah mudah tetapi keterampilan ini perlu dilatih. Hanya siswa yang memahamai wacana dengan baik bisa membuat pertanyaan yang baik. Siswa jangan hanya dilatih terampil mejawab pertanyaan saja. Keterampilan siswa dalam membuat pertanyaan juga penting dilatih.Sediakan waktu untuk siswa melakukan tanya jawab dengan temannya. Dengan cara ini setiap siswa berusaha mempersiapkan diri membaca wacana dengan intensif. Persiapan yang matang mendorong siswa memahami dengan detil wacana yang dibaca.
Kiat lain yang dapat dilakukan guru adalah kurangi memberikan soal pilihan ganda baik dalam penilaian tengah semester maupun akhir semester. Guru hendaknya mengukur kemampuan berargumentasi siswa. Ini yang sering dilupakan dalam menilai kompetensi siswa. Kemampuan berargumentasi perlu dinilai. Dengan mengukur itu, siswa dapat berbicara secara sistematis dalam menyampaikan argumennya. Kemampuan berargumen tidak saja dilakukan secara lisan saja, tetapi dapat juga dilakukan dengan cara tertulis.
Selama covid 19, beberapa guru mengalami kesulitan dalam memberikan penilaian kepada siswanya karena jawaban terhadap tugas yang diberikan mendapat nilai yang sangat baik. Hal ini diakibatkan semua siswa menjawab tugas-tugas yang diberikan dengan cara berburu jawaban di internet. Ada hal yang dilupakan guru dalam memberikan penilaian. Guru tidak memberikan penilaian terhadap kemampuan berargumentasi siswa.
Di masa pandemi covid 19, dengan waktu yang sangat terbatas guru bisa melaksanakan penilaian argumentasi siswa dengan cara melakukan tanya jawab berkaitan dengan jawaban yang telah dibuat siswa. Dengan cara ini siswa akan mempersiapkan diri dengan baik dan berusaha memahami setiap tugas yang diberikan oleh guru.[T]