“Ternyata menyenangkan ya, Bli, mengelola bank sampah!” Begitulah curhat Lisna kepada saya pada suatu hari yang cerah.
Lisna nama lengkapnya Made Lisna Baktiari. Selama setahun saya tak bertemu dia. Setahun lalu saya hadir di tempatnya untuk sosialisasi pembentukkan bank sampah
“Ya, menyenangkan, meskipun tantangannya juga banyak terutama mendorong masyarakat untuk sadar mau memilah sampah dari rumahnya,” kata Lisna.
Lisna bersama 15 relawan lain di Banjar Dinas Asah, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, sudah hampir setahun bergelut mengelola bank sampah. Namanya, Bank Sampah Anandita Mahagora. Itu nama yang sama seperti nama organisasi pemuda di banjar itu.
Lisna. Muda. Cantik. Tangal 21 Maret ini genap ia berusia 24 tahun.
Dia berkata, ada banyak kendala yang ditemui selama mengelola bank sampah, mulai dari susahnya menumbuhkan kepercayaan warga sekitar untuk mau menabung sampah, masalah interen para pengelolaanya, dan juga karena kadang harus mengeluarkan uang sendiri untuk operasional bank sampahnya.
“Di saat memulai gerakan ini kami mengalami kesulitan untuk mengajak masyarakat mengumpulkan sampah,” kata dia.
Selain itu, permasalahan yang sering muncul dari pengelolaan sampah adalah dari internal sendiri. “Karena tim kami banyak yang sudah bekerja jadi agak jarang semua bisa membantu dalam hal pengambilan sampah maupun pemilahan sampah,” katanya.
Untuk itu, secara materi ia mengeluarkan modal mandiri untuk kegiatan ini karena memang memerlukan biaya untuk pembelian bahan dan alat untuk pengelolaan sampah.
Lisna. Mandiri. Bekerja keras. Ia anak kedua dari pasangan Made Sukedana dan Kadek Merta.
Setiap minggu Lisna turun langsung mengelola Bank Sampah yang dikelolanya. Bahkan ia sendiri tidak malu untuk mengangkut sampah dengan sepeda motor dari rumah warga ke gudang sampah bank sampahnya.
“Tidak ada gengsi, Bli, ngambil sampah di rumah nasabah, jadi biasa saja, karena sudah jadi komitmen, ya saya jalanin saja,” ujarnya.
Lisna. Berpendidikan. Ia Sarjana lulusan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja.
Dalam melakukan kegiatannya ia selalu mendapat dukungan dari keluarga dan orang terdekatnya. Dan keluarganya pula yang banyak membantu untuk memastikan bank sampah yang dikelolanya untuk bisa berjalan maksimal.
“Asalkan kegiatan yang saya lakukan positif keluarga dan orang dekat saya selalu mendukung,” katanya.
Pada saat ada permasalahan dan ketika ia merasa down, keluargalah orang-orang pertama yang membangkitkan kembali semangatnya untuk terus maju dan mengembangkan hal yang sudah dilaksanakan. “Bahkan mereka mengatakan bahwa mereka sangat bangga dengan apa yang saya lakukan” ungkap Lisna.
Selain mengelola Bank Sampah Anandita Mahaghora Lisna juga aktif sebagai tenaga pendidik di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Singaraja. Niatnya membangun bank sampah sendiri didorong atas kesadaran bahwa masalah sampah yang ada di wilayahnya sudah semakin pelik, meskipun desanya sudah memiliki tempat pengelolaan sampah terpadu, nyatanya masyarakat masih saja buang sampah sembarangan. Sebuah kondisi yang memang terjadi di semua wilayah.
“Dulu, di lingkungan sekitar masih banyak yang tidak peduli akan bahayanya sampah.” Kata Lisna.
Dan, karena itulah ia tergugah untuk menciptakan perubahan pola pikir atau pun pola hidup pada masyarakat sekitarnya. “Sehingga saya bersama tim sepakat untuk membentuk Bank Sampah. Sebuah unit kegiatan yang terbentuk di bawah kelompok muda mudi,” ujar Lisna.
***
Saya sebagai pengelola Bank Sampah Galang Panji benar-benar merasakan semangatnya Lisna untuk mengelola Bank Sampah.
Sebelum membuat bank sampah, ia datang langsung sendiri ke bank sampah saya di Desa Panji untuk melihat bagaimana kegiatan Bank Sampah Galang Panji. Meskipun ada sedikit keraguan saya berusaha memberikan informasi selengkapnya kepada Lisna.
Keraguan saya sendiri muncul karena berpikir bagaimana seorang perempuan datang sendiri mau mengelola bank sampah. Karena sebelumnya banyak orang datang ke tempat saya, bukan orang sembarangan tapi orang yang punya kewenangan, dan tidak sendiri, tapi bank sampah yang mereka bangun malah tidak berjalan
Tapi tampaknya Lisna memang punya semangat tinggi. Beberapa minggu setelahnya Lisna dan muda-mudinya mengundang saya untuk datang ke banjarnya memberikan sosialisasi pembentukkan bank sampah. Dan beberapa hari setelah sosialisasi Lisna mengabarkan bahwa Bank Sampah yang diidam-idamkan itu sudah terbentuk dan sudah mulai beroperasi.
Kini hampir setahun berlalu dan Lisna nampak masih tetap bersemangat untuk membangun bank sampahnya, nasabahnya juga sudah cukup banyak. Sebulan sekali sudah mengirim sampah untuk didaurulang oleh Rumah Plastik yang jadi patner bank sampahnya.
Meskipun muda-mudi yang diajaknya di awal banyak yang ada kesibukan lain, namun tak menghalangi jalannya bank sampah itu karena kini ia juga dibantu oleh Ibu-Ibu kelompok tani yang ada di banjarnya.
“Selain dibantu muda-mudi saya beserta tim, kini juga dibantu ibu-ibu kelompok tani dan anak-anak sekolah di saat mereka memiliki waktu luang,” Lisna.
Lisna memang akrab dengan siapa saja. Ia punya dua saudari, Putu Eka Rasminingsih dan Komang Mangku Ayu Ervina Kartini.
“Menyenangkan kalau melihat ada ibu-ibu yang bercerita sudah memilah dan mengumpulkan sampah, dan meberitahu saya untuk nanti bisa diambil sampahnya, saya jadi semakin semangat mengelola sampah,” kata Lisna.
Lisna menuturkan walau bank sampahnya belum mendapatkan keuntungan secara materi tapi ia seperti merasakan kesenangan tiada tara ketika melihat beberapa warga mulai sadar mau memilah sampah dan menabung sampah.
ia juga berharap Bank Sampah yang dikelolanya mendapat perhatian dari pemerintah Desa Dinas dan Desa Adat agar upaya pengelolaannya dapat berkelanjutan dan berkembang
“Semoga bank sampah yang saya bangun bersama tim dapat terus berkembang dan tentunya bermanfaat untuk masyarakat,” kata Lisna.
Apalagi, di Desa Kaliasem, Bank Sampah Anandita Mahaghora ini merupakan bank sampah satu-satunya di daerah itu.
“Terima kasih, Bli!” kata Lisna di akhir perbincangan.
Ia memberi saya buah naga dan silik untuk saya bawa pulang. Kata dia, buah itu hasil panen dari halaman rumahnya. Wah. [T]
_____
BACA ARTIKEL TENTANG SAMPAH DAN BANK SAMPAH LAINNYA DARI PENULIS GADING GANESHA