4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Parade Pelegongan di DNA Denpasar | Esensi Legong Kembang Ura, Benarkah Membuat Rakyat Sejahtera?

Made Agus WardanabyMade Agus Wardana
March 1, 2022
inUlasan
Parade Pelegongan di DNA Denpasar | Esensi Legong Kembang Ura, Benarkah Membuat Rakyat Sejahtera?

Penari legong Kembang Ura dari Desa Adat Sidakarya Denpasar [Foto-foto dok pribadi]

Saya menonton sajian enam Sekeha Palegongan, Kamis 24 Februari 2022, di Gedung Taksu, Dharma Negara Alaya (DNA), Denpasar.  Saya duduk di kursi empuk dari pukul 16.00, namun keinginan untuk melihat parade palegongan dengan nuansa yang berbeda belum juga saya temui.

Tapi, tunggu.  Di akhir sesi ketiga, ternyata ada yang lain.

Menyaksikan pelegogan di akhir ini, saya seperti terlelap dan bermimpi dalam masa silam di tahun 1930-an. Suara gamelan palegongan mempesona. Bunyi jujur, manis, enak didengar, terasa alami tempo doeloe yang mengheningkan jiwa dan raga. Gending gending petegak klasik karya maestro Lotring dan Geria mengajak semua orang untuk setia melantunkan keaslian palegongan.

Namun, saya terusik dan tersentak dengan kerasnya suara speaker dimana microfon terpajang di antara instruments yang ada. Aduh!

“Suara speaker terlalu keras. Seharusnya tidak perlu menggunakan microfon, karena akustik gedung ini lumayan bagus,” kata saya pada Gabriel Laufer, warga Belgia, yang juga ikut menonton Parade Palegongan di Gedung DNA ini.

Saya intip dari kejauhan  rupa-rupanya volume  microfon kurang terkontrol dengan baik. Suara gangsa menukik  kuping membuat  pendengaran kurang nyaman.  Ini terjadi pada sekeha yang bermain di sebelah selatan panggung. Ah, sangat disayangkan!

Terus, lampu yang ada di antara penonton kenapa harus diterangkan?  Semestinya diredupkan, agar fokus penonton menjadi sempurna ke panggung pertunjukan. Barangkali hal sekecil ini kurang mendapat perhatian alias dianggap sepele. Bukankah gedung ini super modern dengan penataan cahaya atau lighting yang  jitu?

Pertunjukan perdana ditabuhkan oleh Sekehe Palegongan Lestari Budaya Banjar Meranggi Kesiman yang menampilkan tabuh dan tari legong lasem.  Kemudian Sekeha Palegongan Merdu Komala, Banjar Binoh Kelod, menampilkan Jobog. Lalu,  Sekeha Palegongan Pura Luhur Kanda Pat Sari, Banjar Pondok Peguyangan menampilkan Kuntul.

Selanjutnya Sekeha Palegongan Banjar Kaja Sesetan menampilkan Legong kreasi Puputan, sementara itu  Sekehe Palegongan Bandhana Eka  Pura Tambangan Badung Pemecutan menampilkan Legong Bandhojayadi. Dan terakhir, Sekehe Palegongan Bandhana Sidhi Gurnita Desa Adat Sidakarya menampilkan karya baru yaitu Legong Kembang Ura.

Kembang Ura

Nah, perhatian saya sangat tergoda dengan legong Kembang Ura dari Sidekarya ini. Legong baru karya koreografer muda  berbakat Putu Parama Kesawa. Ada polesan vintage dalam kostum, ekspresi nyebeng seperti dalam potrait penari era kolonial,  bentuk gerak dalam legong kuno, serta gerak ‘ngengsog‘ yang sengaja didiamkan untuk memberi kesan tegas.

Sungguh ini yang saya cari, sebuah pengembangan legong yang menggunakan gerak tradisi kuno. Make-up wajah penari sangat baik, tidak tebal dan terlihat wajah alami yang cantik tanpa filter

Namun demikian, pujian saya tidak akan berlebihan, karena ada hal-hal yang kurang pas dihati saya. Penggunaan kostum kurang menarik terutama di bagian kepala bertaburan bunga yang sangat berlebihan seperti penari gandrung. Warna kostum tampak kusam bergaya vintage berasa sisya calonarang. Kalau vintage dengan warna kostum legong kuno barangkali pas dilihat.

Setelah pertunjukan usai, saya bertemu dengan Parama Kesawa untuk  mengapresiasi garapannya. Kesawa sangat positif menerima kritikan. Inilah seniman muda zaman milenial yang siap dan lapang dada menerima segala masukan.

Menurut  Kesawa,  Legong Kembang Ura menterjemahkan dari esensi kembang ura yang terdapat dalam tari topeng Sidekarya. Dalam pertunjukan topeng Sidekarya kita sering melihat “penaburan bunga, pis bolong, dan beras. Kembang Ura adalah simbol kedermawanan Ida Dalem Sidekarya yang ingin rakyatnya sejahtera.

Dalam pikiran saya, ura berasal dari maura (bertaburan) dalam arti positif yaitu taburan bunga yang mensejahterakan. Dalam konteks cerita ini, wujud taburan berupa bunga, pis bolong dan beras tidak nampak jelas dalam gerak,  padahal  Dalem Sidekarya adalah figur kuat dalam sinopsis yang diceritakan.

Sementara itu, penataan tabuh terasa romantik dengan sentuhan ngumbang-isep dalam setiap gerakan. Ini benar-benar mengeesankan gending palegongan klasik, yang mana melodi, struktur, komposisinya seperti pada palegongan pada umumnya. Sejujurnya saya ingin gending yang lebih asyik dan unik sebagai identitas kembang ura.

Berulang-ulang saya saksikan lagi di youtube, tetap saja, belum nempel di pendengaran saya. Jangan khawatir, Bro ! Tentulah saya apresiasi tinggi karya tabuh dari I Made Andita ini yang selalu kreatif berkarya dalam setiap Pesta Kesenian Bali setiap tahun.

Seniman Swasta

Parade palegongan yang bertajuk “revitalisasi dan pengembangan berbasis tradisi” yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan Denpasar ini adalah langkah nyata pemajuan kebudayaan Bali di tengah mandeknya penghasilan dan kesejahteraan para “seniman swasta” yaitu seniman tanpa penghasilan bulanan. Berbeda dengan seniman yang sekaligus menjadi PNS/ASN hidupnya lebih terjamin dalam masa pandemi ini.

Siapa lagi yang akan membantu para “seniman swasta” ini? Kasihan mereka. Apakah para seniman swasta yang tanpa penghasilan ini, mendapat jatah pentas?

Kita perlu peka terhadap seniman swasta ini, pemerintah  harus jujur melakukan pemerataan kesejahteraan untuk para seniman swasta yang terdampak hancur pada masa pandemi. Memajukan peradaban kebudayaan bukan saja kita memperbanyak kwantitas event yang penuh glamour saja, akan tetapi kepedulian  pemerintah akan kesejahteraan seniman swasta yang harus mendapat perhatian lebih terutama para seniman tua yang uzur dan terlupakan.

Nah, Semoga saja tari legong kembang ura ini dapat menggugah hati para pemegang kebijakan agar benar-benar bisa mensejahterakan rakyatnya, terutama para seniman swasta yang basah dalam karya tapi kering dalam penghasilan. Ciaaattt ! [T]

Tags: denpasarDesa SidakaryalegongLegong Kembang Uralegong klasikpelegongan
Previous Post

Ucapkan Selamat Nyepi, Ketua DPRD Buleleng Harapkan Tradisi Khas Desa Hidup Lagi

Next Post

Nyepi: Surya, Suryak, Ramya, Somya, Sunya

Made Agus Wardana

Made Agus Wardana

Seniman.,pernah tinggal di Belgia, kini tinggal di Denpasar. Aktif mengembangkan musik mulut atau gamut (gamelan mulut) dan setia mengembangkan kreatifitas dalam berbagai kesenian lain.

Next Post
Nyepi: Surya, Suryak, Ramya, Somya, Sunya

Nyepi: Surya, Suryak, Ramya, Somya, Sunya

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co