1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tenggang Rasa dalam “Tresna Tuara Teked”

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali ModernbyLomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern
February 18, 2022
inUlasan
Tenggang Rasa dalam “Tresna Tuara Teked”

Cover buku "Tresna Tuara Neked"

Oleh: Ketut Sugiartha

  • Judul Buku: Tresna Tuara Teked
  • Penulis: Ida Bagus Pawanasuta
  • Penerbit: Pustaka Ekspresi
  • Cetakan pertama: Oktober 2019
  • Tebal: vi + 79
  • ISBN: 978-602-5408-97-7

Kekhawatiran bahwa bahasa Bali akan mengalami kepunahan seperti sejumlah bahasa ibu lainnya di Nusantara tampaknya jauh panggang dari api. Seperti kita ketahui, yang menjadi pertanda kepunahan suatu bahasa ialah semakin menyusutnya penutur bahasa tersebut. Sedangkan perkembangan bahasa Bali belakangan ini malah tampak menunjukkan tanda-tanda sebaliknya. Berdasarkan fakta yang ada di masyarakat dapat kita yakini bahwa penutur bahasa Bali jumlahnya kian bertambah.

Semakin banyaknya media massa baik versi cetak maupun digital yang menyediakan ruang bagi karya sastra Bali dan semakin meningkatnya jumlah buku yang terbit, begitu pula semakin maraknya penyelenggaraan sayembara karya sastra Bali, menandakan bahasa Bali sedang menunjukkan perkembangan positif. Tentu saja itu tidak mungkin terjadi jika jumlah penutur bahasa Bali semakin sedikit.

 Penerbitan buku-buku sastra berbahasa Bali yang meliputi kumpulan puisi, kumpulan cerpen dan juga novel secara mandiri, lewat penerbit indie, tentu dapat dipandang sebagai tumbuhnya semangat untuk mengangkat bahasa Bali ke tataran yang lebih tinggi sekaligus sebagai upaya untuk melestarikannya.

Tresna Tuara Teked (Cinta Tak Sampai) adalah salah satu di antaranya. Novelet berbahasa Bali ini merupakan karya Ida Bagus Pawanasuta yang diterbitkan Pustaka Ekpresi pada Oktober 2019. Kehadiran buku setebal 79 halaman ini patut diapresiasi di tengah langkanya penerbitan karya sastra Bali modern dalam bentuk cerita panjang. Setelah Tresnané Lebur Ajur Satondén Kembang (2011) karya Djelantik Santha hanya ada beberapa novel yang menyusul terbit seperti Sing Jodoh (2013) dan Ki Baru Gajah (2015) yang ditulis I Madé Sugianto.

Dari judulnya dapat ditangkap bahwa gagasan dasar umum yang menopang Tresna Tuara Teked berkisar pada kehidupan anak-anak muda yang tengah dilanda asmara dengan segenap dinamikanya. Blurb, uraian singkat di bagian belakang buku juga menyiratkan hal yang sama.

Gus Martin yang menggarap sampul depannya memberikan sentuhan yang begitu elok. Pelukis yang sudah malang melintang dalam dunia perkartunan dan ilustrasi cerita di media cetak itu tentu sangat paham bahwa gambar sampul adalah semacam etalase sebuah toko. Sampul buku dibuat sedemikian menarik (eye catching) sehingga mampu mengundang minat untuk membaca isinya.

Tresna Tuara Teked dibuka dengan kisah Pan Bekung yang melihat seorang gelandangan tertidur pulas di amben balai banjar saat ia dan istrinya sedang pergi ke sawah di pagi hari. Karena itu merupakan pemandangan yang tidak lazim di Desa Glagah Linggah maka Pan Bekung membangunkan pemuda itu dan menanyainya. Anehnya, pemuda itu mengaku tidak ingat namanya dan juga asal-usulnya. Karena merasa kasihan Pan Bekung memutuskan menjadikan pemuda itu sebagai anak angkat berhubung ia sendiri tidak memiliki keturunan.

Berita tentang kehadiran seorang pemuda tampan di tengah keluarga Pan Bekung segera menyebar seperti virus. Putu Jaya dan Luh Pudak yang dijuluki Pan Bekung dan Men Bekung karena dianggap mandul merasa bersyukur karena akhirnya memiliki anak yang akan melanjutkan keturunan mereka. Karena ia merupakan anak pungut maka ia diberi nama I Duduk.

Ketampanan dan perilaku santun I Duduk tak pelak mengundang perhatian warga desa. Bakatnya yang menonjol di bidang kesenian tradisional membuat warga desa menyayanginya. Tentu tidak aneh jika kemudian ada gadis yang jatuh hati kepadanya. Gadis itu bernama Luh Cempaka. Tetapi ia tidak berani menunjukkan sikap bahwa ia mencintai I Duduk. Sementara itu I Duduk sendiri malah jatuh cinta pada Luh Kinanti, sahabat karib Luh Cempaka.

Dengan teknik perspektif orang ketiga cinta segitiga itu diceritakan mengalir tanpa riak, minim ungkapan naluri dan emosi. Tidak ada pertikaian antarindividu yang terjadi. Bahkan konflik batin pun nyaris nihil. Tidak ada persaingan antara satu dengan yang lainnya untuk dapat memenangkan hati orang yang dicintai. Yang ada hanya sindiran-sindiran ringan dan itu pun disampaikan dalam nada canda yang menunjukkan masih terpeliharanya keakraban di antara mereka. Apa yang dialami I Duduk dan Luh Cempaka tidak berbeda dengan pengalaman orangtua mereka pada saat masih muda.

Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat urban, sikap Luh Kinanti bisa jadi dinilai naïf. Ia yang tahu dirinya ditaksir oleh I Duduk malah menghindar dengan cara kuliah di tempat yang jauh karena tidak ingin menyakiti hati Luh Cempaka yang diketahuinya mencintai I Duduk.

Begitulah potret dunia remaja pedesaan Bali pada dasawarsa tujuh puluhan yang diangkat ke dalam novelet Tresna Tara Teked. Kearifan lokal yang dikenal dengan istilah matilesang awak (tahu diri) agaknya masih tertanam kuat di hati muda-mudi Desa Glagah Linggah. Begitu pula mengenai jodoh terkesan diyakini sebagai perkara karma. Oleh sebab itu tenggang rasa adalah pilihan yang lebih baik daripada bersaing sampai bertengkar yang hanya akan mengganggu kerukunan hidup bersama.

Mereka yang tumbuh dan besar di lingkungan pedesaan di Bali pada era itu kiranya tidak asing dengan realitas itu. Sebuah realitas yang merupakan bagian dari tatanan yang masih kental dengan nuansa komunal, masyarakat yang mengutamakan kepentingan bersama, masih bebas dari pengaruh budaya luar dan tentu saja jauh dari fenomena sosial yang bernama kompetisi.

Walaupun ada adegan-adegan misterius mewarnai ceritanya, Tresna Tuara Teked tidak memberi kesan sebagai cerita horor. Tidak ada kengerian atau ketegangan yang tersuguh. Peristiwa-peristiwa misterius yang dialami Luh Cempaka dengan patung ajaibnya dan I Duduk dengan wayang Tualen yang dianggap sakti, juga Gede Abra si tokoh antagonis yang ingin mencelakai Luh Cempaka dengan guna-guna, tidak memunculkan suasana  mencekam. Mungkin karena semua itu merupakan kejadian atau cerita lumrah di masyarakat.

Inti novelet iniadalahpembabaran perjalanan asmara antara laki-laki dan perempuan yang tidak menemukan terminal akhir. Itu dialami oleh beberapa orang dan tidak satu pun di antara mereka merasakan dirinya gagal apalagi sebagai pecundang. Semuanya bisa menerima kenyataan dengan lapang dada dan masing-masing akhirnya menemukan jalan hidup yang tidak pernah diimpikan sebelumnya.

Kendati novelet ini minim konflik, ada hal menarik yang patut diacungi jempol. Pengarang begitu fasih menarasikan kegiatan berkesenian seperti menari, menabuh gambelan dan mendalang yang memberi kesan bahwa pengarang memang menguasai bidang itu. Boleh jadi pengarang memang mendalami hal itu sehingga mampu menyampaikan kepada pembaca seluk beluknya secara rinci. Penguasaan bahasa pengarang juga sangat bagus sehingga ceritanya mengalir dengan baik. Kata-kata yang dipilih sangat mendukung latar cerita, baik lingkungan geografis maupun waktu berlangsungnya peristiwa. Penggunaan istilah penggak sebagai pengganti warung atau damar sentir untuk lampu, misalnya, sangat relevan dengan keadaan desa pedalaman di Bali pada dekade tujuh puluhan. Selain itu penggunaan sistem penanggalan Bali seperti Buda Manis Medangsia atau Saniscara Umanis Pujut semakin menegaskan identitas Balinya.

Adapun bangunan alur cerita yang cenderung datar dan teknik bertutur konvensional yang tidak menyajikan kejutan mungkin membuat pembaca berasumsi bahwa cerita dalam novelet ini berangkat dari peristiwa yang benar-benar pernah terjadi dan ingin dijaga keotentikannya. Latar belakang tempat dan waktu terjadinya peristiwa yang tersurat, seperti dapat dilihat pada alinea pembuka dan pada halaman lainnya, mungkin dapat dijadikan petunjuk. Tetapi, pada bagian depan buku, pengarang sudah menegaskan bahwa cerita dalam novelet ini hanyalah rekaan semata.  

Sebenarnya tidak masalah apakah ceritanya berangkat dari kisah nyata atau murni rekaan atau kombinasi dari keduanya. Jika saja pengarang berkenan membiarkan imajinasinya berkelindan lebih leluasa, ditambah dengan kesediaan untuk mengembangkan lebih jauh perwatakan tokoh-tokoh ceritanya bersama segenap pergolakan batinnya, tentu Tresna Tuara Teked bisa menjadi buku yang lebih tebal dan lebih memikat.

Ada satu hal yang menyisakan pertanyaan, yakni kemunculan I Duduk yang tiba-tiba di Desa Glagah Linggah. Ia mengaku tidak tahu siapa dirinya dan dari mana asalnya. Apakah ia menderita gangguan ingatan semacam amnesia? Tidak ada cukup alasan untuk menyebutnya begitu. Setelah menjadi anak angkat Pan Bekung dan Men Bekung serta bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, ia tidak pernah menunjukkkan gejala gangguan serupa alias normal-normal saja tetapi tetap membiarkan asal-usulnya menjadi sebuah misteri.

Walaupun orangtua yang mengangkatnya sebagai anak tidak mempermasalahkan, kejadian semacam itu seyogyanya menjadi desas-desus yang menarik di tengah masyarakat, tetapi pengarang membiarkannya menggantung dalam ketidakjelasan.[T]

  • Ketut Sugiartha a.k.a. Tut Sugi pernah bekerja sebagai social worker pada Plan International di Bali sebelum pindah ke Jakarta dan bekerja pada sebuah BUMN yang bergerak di bidang jasa konsultansi teknik dan manajemen. Menulis bagi alumni Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur ini hanya sekadar hobi sebagai pengisi waktu luang. Tulisan-tulisannya baik artikel, cernak, cerpen maupun cerber telah tersebar di berbagai media cetak.
Tags: Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modernsastra bali modern
Previous Post

Wangchi Wuhan: Suasana Pandemi dan Luapan Perasaan

Next Post

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tuhan di Atas Kita

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern 2021 diselenggarakan oleh www.suarasakingbali.com untuk memeriahkan HUT-nya yang kelima

Next Post
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tuhan di Atas Kita

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tuhan di Atas Kita

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co