Tes MotoGP Mandalika, Lombok, membawa berkah bagi pariwisata Lombok. Begitu jejak kaki di Lombok, para rider motogp update status aktivitasnya di media sosial (instagram).
Pembalap top semacam Marq Marquez sama adiknya Alex Marques, tandemnya di Honda Pol Espargaro bersama saudaranya Aleix Espargaro, juara dunia 2021 Fabio Quartararo dari Yamaha, pembalap Suzuki juara dunia 2020 Joan Mir, pembalap Suzuki Alex Rins, Johann Zarco asal Perancis, pembalap rokie Enea Bastianini, mereka semua ramai-ramai unggah keindahan dan keunikan Lombok.
Marques paling jadi sorotan pascacedera mata dan patah tulang. Begitu mendarat ia langsung selfie di depan tulisan besar Lombok di bandara. Sontak statusnya jadi viral di dunia maya. Tak hanya di Bali, foto selfie Marc Marquez dijamin bakal tersiar ke seluruh pelosok dunia.
Lihat saja akun instagram miliknya @marqmarquez93 sontak dikerumuni ribuan para folowersnya. Hampir satu juta pengikutnya klik like buat juara dunia delapan kali ini. Kolom komentarnya lebih heboh lagi, percakapan mencapai 41.320 (per tanggal 11 Februari).
Selanjutnya ia buat kehebohan dunia maya lewat berbagai aktivitasnya di Mandalika. Berlari sambil bertelanjang dada di atas bukit kecil di tengah sirkuit yang aspalnya diklaim terbaik di dunia. Serta asik serumput air kelapa muda sembari olah raga ringan di tepi pantai tempatnya menginap. “Jatuh cinta dengan Lombok,” ujar Marc di akunnya.
Tak kalah heboh sambutan para penggila balap terhadap para idolanya. Lihat saja aksi kocak Enea Bastianini yang takjub melihat kelelawar terbang di dalam kamarnya. “Arrivo in Indonesia e trovo batman in camera (Saya tiba di Indonesia dan menemukan batman di kamar saya),” unggah Enea di insta story @bestia23.
Lihat juga deh unggahan pembalap Spanyol Maverick Vinales di akun instagram. Begitu tina di Lombok ia langsung menyap penggemarnya. “We are in Lombok. Great to be in Indonesia,” sapa dia di akun @maverick12official. Esoknya Ia melanjutkan aktivitas berolah raga push up di pasir putih berlatar pantai indah dan bebukitan di belakangnya.
Pembalap lainnya yang takjub dengan keindahan dan aktivitas masyarakat Lombok adalah Aleix Espargaro. Ia begitu terkesan melihat empat orang anak kecil berseragam sekolah merah putih yang berjalan kaki pulang sekolah. Mengabadikan tumpukan kelapa dan kios bahan bakar premiun di pinggir jalan. Ia kagum dengan keunikan dan alaminya Lombok.
“Selamat pagi Indonesia. What a beautiful island is Lombok, wild and nature,” serunya kagum di akun @aleixespargaro.
Kekagumannya tidak berhenti di situ. Ia pun tak kalah takjub dengan aksi emak-emak yang membonceng empat orang anak kecil berseragam sekolah dengan sepeda motor. “The power of emak-emak,” tulisnya. Lucu bukan.
Namun, sebagai seorang pembalap profesional ia tentunya tahu standar keselamatan. Ia mengingatkan pengikutnya tidak meniru aksi emak-emak Lombok ini. “The power of emak-emak motogp version!. Don’t try at home, only at Indonesia,” ingatnya.
Begitulah kehebohan para pembalap di dunia maya. Tentu saja mengundang perhatian besar dari jutaan pengikutnya di seluruh dunia. Bisa dibayangkan dalam hitungan dua hari saja, seluruh dunia mengenal kata Lombok dan mengetahui keindahan dan keunikan Mandalika, Lombok.
Kehebohan ini belum mencapai puncak karena kedatangan ke sirkut Motogp Pertamina Mandalika, Lombok baru sebatas tes jelang kompetisi balap motor terbesar di dunia. Bisa kembali dibayangkan bagaimana kehebohan dunia menyambut mereka saat adu kecepatan di Lombok.
Top of Mind
Tulisan ini tentunya tidak akan membahas detail aksi hasil tes balap dari masing-masing tim. Namun mencoba melihatnya dari perspektif branding pariwisata Bali.
Keriuhan di dunia maya tentang Lombok, tentu berdampak signifikan terhadap pulau gadis cantik Mandalika Lombok.
Lombok. Kata ini sontak menjadi kata yang paling sering diucapkan orang-orang di Indonesia dan seluruh dunia. Yang tidak suka balap motogp pun akan menonton, mendengar, dan membaca kata Lombok berkali-kali. Lombok mereka serap melalui media sosial, seperti unggahan di instagram, youtube, facebook, dan tiktok.
Dalam waktu singkat kata Lombok menjadi kata yang jika diurutkan maka akan berada paling atas. Dalam waktu sekejap pula, kata Lombok menggeser Bali di otak manusia Indonesia dan dunia.
Jika ditanya saat ini, pulau apa yang ada kenal di Indonesia, mungkin saja para turis mancanegara dan nusantara akan menjawab pertama kali Lombok. Setelah itu barulah mereka mengucapkan kata Bali.
Dari sudut pandang branding, maka Lombok telah mendisrupsi Bali. Pulau kecil di timur Bali ini telah menggeser Bali dari urutan teratas yang ada di benak (otak) wisatawan. Lombok telah memuncaki Top of Mind-nya benak wisatawan. Bali setelahnya.
Top of mind itu adalah sebuah kata yang mewakili benda, merek, produk yang berada pada urutan teratas di benak manusia. Manusia setiap hari terpapar ribuan kata, merek, benda, logo, produk, tagline melalui, misalnya entah di jalan raya, televisi, baliho, minimarket, mall, pasar, bahkan telepon pintar. Namun dari ribuan dari satu kategori, otak manusia hanya mampu mengingat maksimal tujuh kata. Nah, tujuh urutan inilah yang disebut sebagai “top of mind”.
Sederhana saja, secaa umum, jika kita diminta menyebut merek mie yang ada di Indonesia, maka mie merek Indomie ada paling pertama kita ucapkan. Setelah itu barulah menyebutkan Sarimi, Mie Sedaap, Supermi. Mie-mie lainnya tidak bisa kita ingat dengan segera. Nah, Indomie inilah yang di sebit sebagai Top of Mind dalam kategori mie.
Begitu juga Lombok. Ia berada pada top of mind orang-orang seluruh dunia saat ini. Menggusur Bali. Jika kita sebutkan dalam kategori pulau di Indonesia.
Branding Bali Kadaluwarsa!
Judul tulisan ini memang saya buat provokatif. Tujuannya agar kita sadar bahwa jika tak berbuat sesuatu maka branding Bali sebagai pulai terindah di Indonesia (dunia) bakal lenyap. Digeser oleh Lombok. Lenyap dari benak (otak) wisatawan.
Bayangkan saja, baru singgah untuk tes motogp saja, aktivitas para pembalap telah mengangkat Lombok berada pada top of mind. Bagaimana jika gelaran seri kedua motogp bulan Maret 2022. Lombok bakal lebih dikenal lagi seantero dunia. Akan lebih dahsyat lagi gaungnya jika gelaran motogp di Mandalika Lombok terjadi kontroversi.
Jika diingat-ingat, pola dikenalnya Lombok dan Bali serupa tapi tak sama. Serupanya, Lombok dan Bali dikenalkan ke dunia oleh orang asing. Lombok dikenalkan oleh para pembalap top dunia semacam Marq Marquez.
Sementara Bali dahulu kala dikenalkan ke dunia oleh para peneliti, antropolog, dan pelukis mancanegara, semacam Walter Spies asal Jerman. Ia bersama I Wayan Limbak memperkenalkan Tari Kecak dari hasil komodifikasi Tari Sang Hyang pada tahun 1930-an.
Mereka lah yang berjasa besar memperkenalkan Bali sebagai pulau surga, pukau seribu pura, pulau para dewata. Pulau kecil yang indah, unik, dan natural. Pulau yang budaya dna alam sangat memikat hati wisatawan mancanegar. Dunia pun tahu dan jutaan wisatawan asing berduyun-duyun berkunjung ke Bali. Bali kenalkan melalui buku, hasil riset, dan lukisan.
Itu dulu. Begitu dihantam pandemi Covid-19, Bali menjadi sepi. Sepanjang 2020, turis asing yang ke Bali hanya satu juta orang. Tahun 2021, nyaris nol wisatawan asing ke Bali. Tahun 2022, wisatawan asing yang ke Bali hanya sebanyak 12 orang dari Jepang.
Bedanya, Marc Marquez dkk memperkenalkan Lombok dengan cara dan melalui dunia digital. Unggahan di insta story tentang keindahan dan keunikan Lombok menjalar ke seluruh benak orang melalui telepon pintar. Lombok dikenal sebagai pulau yang indah, unik, dan natural.
Kembali ke topik Branding Bali jelang memasuki senja kala.
Sebelum 2020, Bali masih dikenal dunia. Bali ada di top of mind wisatawan asing. Bahkan aktor pemeran film Rambo memilih Bali sebagai destinasi utama saat ia disodorkan pilihan akan berkunjung ke pulau-pulau indah di dunia.
Itu saat branding Bali masih kuat. Bali pulau surga. Branding Bali yang dibuatkan oleh para pelukis dan peneliti Walter Spies dkk.
Hanya saja brand itu memiliki kadaluwarsanya. Brand sebuah produk akan memudar seiring berubahnya perilaku konsumen. Era disrupsi digital, pandemi, dan milenial mempercepat sebuah brand kadaluwarsa. Tengok saja brand-brand besar dunia bertumbangan di masa pandemi ini.
Branding Bali pun terancam akan mengalami hal hang sama. Branding Bali sebagai pulau surga berpotensi akan memudar. Jika ini terjadi maka Bali akan tertinggal jauh dari destinasi wisata dunia lainnya. Bahkan, bisa jadi, Bali bisa disalip oleh Lombok. Itu akan menjadi nyata jika branding Bali mengalami kadaluwarsa.
Kecemasan ini ada alasannya. Dua tahun masa pandemi, Bali tak banyak lagi menjadi topik hangat dunia. Tidak diperbincangkan para turis. Sementara Lombok digunjingkan dunia. Persepsi Lombok sebagai pulau yang indah dan naturak akan tercipta melakui efek domino aktivitas para pembalap top dunia.
Jika kita, penduduk Bali tidak berbuat lebih untuk menjaga branding Bali (yang hasil warisan orang asing), memperkuat branding Bali, maka Bali akan tergusur dari top of mind wisatawan. Begitu hilang dari benak wisatawan maka akan sulit untuk mendapatkan momentum mengkatrol branding Bali kembali.
Bali yang telah terpuruk akibat ambruknya pariwisata sebagai pondasi ekonomi akan sangat sulit untuk dibangkitkan kembali.
Waspada!! [T]