Sebanyak 16 peserta atau kelompok ikut ambil bagian dalam ajang Wimbakara (lomba) musikalisasi puisi Bali, Bulan Bahasa Bali IV di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center, Denpasar, Kamis (10/2/2022).
Pada hari pertama, menghadirkan 8 peserta dari 10 peserta yang terdaftar. Masing-masing peserta membawakan 2 buah puisi yang terdiri dari sebuah puisi wajib dan satu puisi bebas. Masing-masing peserta diberikan kebebasan untuk mengaransemen puisi, namun tidak menghilangkan makna yang ada dalam karya seni sastra itu.
Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta, sekaligus juga menjadi pengalaman yang indah, karena mereka harus mengaransemen puisi, sekaligus juga menerjemahkan makna-makna yang ada di dalam lewat seni musik. Garapan tak sekadar menjadi lagu, semacam lagu pop Bali, namun bisa menyebarkan inspirasi dan makna-makna kehidupan sesuai dengan makna yang terkandung dalam puisi.
Hampir semua peserta tampak kreatif mengaransemen puisi Bali. Mereka, juga piawai dalam menyajikan lewat seni musik. Puisi dan musik bukan sebagai tempelan dalam seni pertunjukan, melainkan menjadi satu sajian seni yang menarik. Suasana mengikuti isi dan tema dari puisi tersebut, yakni tentang pelestarian sumber-sumber air yang patut dijaga dan dilestarikan sesuai dengan tema Bulan Bahasa Bali VI yakni tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”.
Diantaranya, Kelompok Seketika tampil membawakan Ulun Danu sebagai puisi wajib menginterpretasikan suasana ketenangan alam, seperti Ulun Danu yang tenang, adem dan bahagia. Sementara untuk puisi bebas menampilkan Puisi Blabar Momo yang menggambarkan tentang banjir bandang, dan keriuhan bencana.
“Kami membawakan aransemen puisi yang diiringi suara gemericik air, dengan menggunakan batok kelapa. Sementara puisi Blabar Momo itu menampilkan beragam alat music, salah satunya kentungan music sebagai penanda tanda bahaya,” ucap Nina dan Nando dari Kelompok Seketika.
Lebih menarik, lanjutnya, ajang Bulan Bahasa Bali ini bagus sekali sebagai wadah untuk kreativitasd generasi muda. Apalagi, ini kegiatan langsung melibatkan anak-anak muda, sehingga bisa belajar mengekpresikan basaha Bali melalui seni yang sudah menjadi hoby. Musikalisasi puisi merupakan kegiatan seni yang dapat mengasah otak, ada aransemen dan sportif untuk meningkatkan kesenian di Bali,” ujar Nina dan Nando kompak.
Lain lagi, Teater Blabar SMA Negeri 4 Denpasar juga membawakan puisi wajib bertajuk Ulun Danu dan Puisi Kota Mandanu sebagai puisis bebas. Kelompok teater ini menggambarkan Ulun Danu sebagai sebuah gambaran memuja anugrah dari Tuhan dan Kota Mandanu sebagai cara mensyukuri berbagai sumber-sumber air yang mampu memberikan kehidupan.
Kelompok ini menampilkan aransemen puisi sesuai dengan makna puisi tersebut. “Kami memakai dua gitar, alat music untuk suara air dan kajon untuk mendukung suasana. Kami juga menata vocal seperti memberikan suara satu dan dua. Patinya juga mengatur hamming untuk memperhalus dan mengisi bagian-bagian kosong,” ucap Adel coordinator Teater Blabar.
Sedangkan Polsinity (Polnas Music Community) dari Politeknik Nasional Tanjung Bungkak Denpasar membawakan dua pusisi yaitu Ulun Danu, puisi wajib dan Titiang Dani sebagai puisi bebas. Puisi Titiang Dani itu diciptakan dan diaransemen oleh Polsinity sendiri. Pesan yang ingin disampaikan lewat dua puisi itu, yakni mengajak semua orang untuk menjaga sumber-sumber air yang ada.
“Danau-danau di Bali ini banyak yang sudah tercemar, bahkan dari 4 danau yang ada 3 danau sudah tercemar, sehingga perlu dijaga dan dirawat. Lewat puisi ini kami mengajak semua orang menjaga danau sebagai sumber air,” ucap Sang Nyoman Bagus Satyawira perwakilan Polsinity.
Lewat sajian seni ini, dirinya ingin semua masyarakat Bali membenahi dan menjaga danau agar tetap bersih. Karena itu, alat music yang dipakai 2 gitar dan kajon. Sementara vocal menjadi dominan, sehingga mengangkat vocal dengan melibatkan 4 pendukung, terdiri dari 3 wanita dan seorang pria.
“Kami merasa puas bisa tampil hari ini. Apapun hasilnya, yang pasti kami sangat senang bisa berpartisipasi. Bulan Bahasa Bali cocok untuk anak muda. Kami sangat berterima kasih kepada Dinas Kebudayaan yang memberikan wadah dan kesempatan, sehingga kami generasi muda bisa menunjukan kreativitas dalm sastra dan aksara Bali ini,” ungkapnya.
Sementara Kabid Sejarah dan Diokumentasi Disbud Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Bagawinata mengatakan, lomba musikalisasi pada perhelatan Bulan Bahasa Bali IV ini diikuti oleh 14 peserta, karena 2 peserta berhalangan. Walau lomba ini diikuti oleh umum, namun para peserta datang dari berbagai kalangan. Sebab, ada pula peserta dari tingkat umur anak SD.
“Lomba ini tidak membatasi umur. Hanya saja, di masa pandemi ini, semua peserta dan yang hadir wajib menerapkan protocol kesehatan yang cukup ketat. Semua peserta harus melakukan vaksin dan mewajibkan mereka untuk scan PeduliLindungi sebelum memasuki tempat lomba. Tempat duduk juga diatur, sehingga ada jaga jarak diantara peserta dan opisiel yang hadir,” ucapnya.
Masing-masing kelompok maksimal tampil 30 menit mulai dari persiapan pentas sampai pentas. Original arassemen diutamakan. Dalam wimbakara musikalisasi puisi Bali ini menghadirkan tiga dewan juri dari unsur akademisi I Komang Darmayuda S.Sn.,M.Si, sastrawan Drs I Made Suarsa, M.S. dan dari unsur praktisi Drs I Ketut Mandala Putra, M.Hum.
Ada lima kreteria dalam lomba ini yaitu originalitas aransemen, penghayatan puisi dalam lagu, kualitas vocal, harmonisasi puisi dengan musiknya, dan keutuhan penampilan.[T][Ado/*]