31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Memahami Tuhan, Manusia, dan Keterikatan Dalam Tutur Damuhmukti

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
February 1, 2022
inUlasan
Memahami Tuhan, Manusia, dan Keterikatan Dalam Tutur Damuhmukti

Sampul buku Tutur Damuhmukti

  • Buku Tutur Damuhmukti karya Amanda Gamayani
  • Penerbit Mahima Institute Indonesia (2021)

Hindu di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari kemelakatannya terhadap nilai-nilai adiluhung tempatnya berpijak. Di setiap tempatnya berada, Hindu selalu memberi warna yang berbeda-beda, terkhusus tradisi lisan dan tulisannya. Meski dalam satu agama; tidak serta merta menyeragamkan tutur-tutur yang diwarisinya—meski muaranya selalu tersirat nilai-nilai yang serupa. 

Belakangan, tidak banyak anak muda menaruh minat pada hal-hal berbau agama—tidak banyak pula yang mau memeras ajaran-ajaran suci agama Hindu menjadi lebih sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Sepertinya Amanda Gamayani—seorang kawan yang juga sempat berada di sebuah organisasi kepemudaan dengan saya, melihat peluang tersebut. Veda, Slokantara, Sarasamuscaya, hingga Bhagavad Gita merupakan pustaka yang dijadikan sebagai acuan dalam proses kreatifnya. Karya pertama sekaligus debutnya sebagai penulis ia beri judul “Tutur Damuhmukti; Tujuh Kisah Manusia, Dewa dan Jagat Raya” yang diterbitkan oleh Mahima Institute Indonesia, sebuah penerbit independen di Bali Utara.

Buku setebal xv + 220 halaman ini juga dilengkapi 7 (tujuh) ilustrasi besutan Nicky So—juga seorang kawan dari penulis. Tidak hanya itu, buku ini juga dilengkapi dengan beberapa komentar pembaca terhadap karya perdana Amanda. Menariknya, pembacanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh spiritual, tokoh pemuda, hingga tokoh publik. Seperti yang tercantum dalam sub judul, buku ini berisikan tujuh kisah yang berangkat dari kitab suci, lontar, bahkan pengalaman spiritual penulis. Tujuh kisah tersebut di antaranya; Tutur Tiga Saudara, Perjalanan Jiwantarali, Berkah Sang Jagat, Mengunjungi Alam Setelah Kematian, Titipan Hidup Untuk Kematian, Tutur Tiga Waktu, dan Tongkat Rwa Bhineda.

Mempertanyakan Tuhan dan Keberadaan Manusia

Hidup sebagai warga negara yang meyakini keberadaan Tuhan sudah menjadi hal biasa bagi manusia yang hidup di Indonesia. Begitu beragam agama dan aliran kepercayaan yang hidup guyub di bawah payung Pancasila, salah satunya Hindu. Dalam Hindu, dipercaya penguasa hidup sekala niskala disebut sebagai Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau dalam buku ini penulis kerap menyebutkan Sang Hyang Jagat. Segala aspek kehidupan sudah diatur oleh-Nya, dan manusia hanya menjalani saja.

Dalam Hindu, Tuhan Yang Maha Esa sering disebut sebagai Brahman. Tuhan sebagai Brahman memang banyak disebutkan dalam kitab-kitab Vedanta atau Upanisad maupun kitab-kitab susastra Hindu lainnya. Meski berbeda penyebutan, hal tersebut pada dasarnya tidaklah salah dalam pandangan Hindu. Brahman sendiri memiliki pengertian meluap/mengembang, pengetahuan atau yang meresapi segala. Kata ini selalu berada dalam jenis kelamin (neutrum), hal ini menunjukkan bahwa Tuhan berada di luar konsep jenis kelamin laki-laki (masculin), dan wanita (feminin) dari segala sesuatu yang bersifat dualitas. Ia merupakan kebenaran sejati, kesadaran tertinggi, tidak dipengaruhi oleh perubahan sifat duniawi.

Sering kali dalam memudahkan pemusatan pikiran atau proses pemujaan, manusia “membuat” sendiri wujud Tuhannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan manusia dalam menjangkau-Nya. Tuhan dibuat memiliki ciri-ciri fisik, menggunakan atribut, memiliki sifat-sifat yang sejatinya tidak dimiliki oleh-Nya. Hal ini di wilayah teologi disebut sebagai Saguna Brahman (Personal God). Oleh karena itu wujud para dewa lebih dikonkritkan lagi dalam bentuk dua dimensi, yakni dimensi sekala dan niskala. Berangkat dari hal inilah penulis menyampaikan pesan-pesan dari berbagai pustaka suci Hindu dengan menggambarkan berbagai “manifestasi” Tuhan yang dapat dijangkau oleh manusia. Hal tersebut dapat dilihat pada bagian tersebut:

“Tersebutlah tiga orang bersaudara yang diutus Sang Dewa Langit turun ke Bumi Pasundan. Mereka bertiga adalah Pepelakan, Sato, dan Wong. Pepelakan dan Sato lahir bersama-sama. Beratus tahun lamanya, disusul kelahiran Wong yang paling bungsu. Persaudaraan mereka di Bumi Pasundan yang langgeng dan rukun terdengar hingga ke ujung semesta.” (Tutur Tiga Saudara, hal. 9).

Kehadiran dewa, lambang, atau segala bentuk simbol dijadikan sarana atau alat yang digunakan untuk mempermudah aplikasi metode pengetahuan tentang Tuhan Saguna Brahman. Memudahkan imaji pembaca dalam menjangkau tokoh yang sesungguhnya manifestasi Tuhan. Hal tersebut terlihat pada kutipan di atas, dimana Pepelakan, Sato, dan Wong dilekatkan dengan sifat-sifat yang juga dimiliki oleh manusia (lahir ke bumi dan memiliki wujud) yang dijadikan perantara penyampai pesan cerita. Hal serupa juga dapat dilihat pada bagian berikut ini:

“Sang Burung akhirnya menginjak Bumi. Ia lantas menjelma menjadi manusia biasa dengan perawakan laki-laki tampan dan bersahaja. Ia tergeletak di tengah padang hijau yang luas. Laki-laki tampan itu bernama Si Saka Bang. Laki-laki tampan itu tampak langsung berdiri. Ia menggunakan pakaian serba berwarna merah. Lalu, Sang Gadis menemukan laki-laki itu dan menghampirinya.” (Perjalanan Jiwantarali, hal. 34).

Pada awal cerita disebutkan bahwa laki-laki bernama Si Saka Bang merupakan jelmaan dari Burung Surga milik Dewa Surga Merah yang bernama Sang Saka Madawa. Turun ke bumi karena titah Hyang Maha Agung. Alih-alih menjadikan Sang Saka Madawa sebagai penyampai pesan, penulis memilih untuk menjadikan Sang Saka Madawa menjadi manusia yang dapat berinteraksi dengan Amanda (Gadis Sutra—Jiwantarali). Kesamaan wujud ini memudahkan pembaca untuk mencerna pesan yang ingin disampaikan, dan setidaknya tidak bertentangan dengan logika pembaca.

Dalam proses penyampaian pesan agama baik secara lisan maupun tulisan, menyederhanakan wujud Tuhan adalah cara yang tepat. Bukan berarti menistakan keberadaannya, tetapi hal tersebut justru menjadi jalan bagi manusia untuk lebih memahami ajaran-ajaran yang diturunkannya melalui begitu banyak kasusastraan. Dalam cerita ini, Tuhan tidak hanya digambarkan memiliki wujud layaknya mahluk hidup, tetapi juga lekat dengan sifat-sifat yang dimiliki manusia. Hal tersebut dapat dilihat di bagian berikut ini:

“Pada suatu hari, Si Saka Bang melihat Amanda sedang asyik bermain bola basket dengan laki-laki lain. Tiba-tiba Amanda terpeleset dan jatuh. Lalu seorang laki-laki mengendong Amanda yang baru saja terjatuh. Laki-laki lainnya membawakan air, kotak obat, dan tas Amanda. Kaki kiri Amanda segera diobati oleh kawan-kawan laki-lakinya sedangkan Si Saka Bang hanya diam dan tidak bergerak sedikitpun. Hati Si Saka Bang teriris-iris melihat Amanda disentuh oleh laki-laki lain. Ia melarikan dirinya dari kejadian itu.” (Perjalanan Jiwantarali, hal. 35).

Menyederhanakan wujud hingga melekatkan sifat-sifat manusia pada Tuhan bukan bermaksud untuk menistakan keberadaan-Nya. Dalam wujud teks, ini penting dilakukan untuk kepentingan keterbacaan maksud dan pesan oleh pembaca. Dengan memudahkan pembaca untuk menjangkau-Nya, tentu akan beriringan dengan mudahnya segala pesan, nilai, dan ajaran yang ingin disampaikan penulis lewat ceritanya. Bukankah ajaran agama harus disebarluaskan kepada umatnya, dan ajaran tersebut harus dipahami dengan mudah?

Bicara soal keterbacaan, ada hal yang mesti dilakukan oleh penulis ke depan. Membaca Tutur Damuhmukti, sekilas seperti membaca kitab suci yang disederhanakan. Meski sudah bisa dikatakan sederhana, namun bahasa yang digunakan di dalamnya masih lekat dengan ajaran satu agama, yakni Hindu. Tentu untuk membuat cerita ini terbaca oleh semua kalangan secara universal, Amanda mesti kembali meninjau pemilihan bahasa yang digunakan agar mudah dipahami oleh pembaca. Kecenderungan tersebut bisa dilihat pada Bab IX – Tongkat Rwa Bhineda dimana penulis cenderung memilih untuk menggunakan bahasa yang sulit dimengerti pembaca dalam menunjukkan arah mata angin. Purwa, Uttara, Madya, Pascima, Daksina, dll adalah pemilihan bahasa yang menurut saya masih bisa dicarikan padanan bahasanya. Alih-alih memudahkan, justru penulis menyulitkan pembaca dalam proses pembacaannya.

Bagi saya, buku ini adalah sebuah terobosan di kalangan anak muda. Semangat literasi agama yang sudah dimulai oleh Amanda harus dijaga dan disebarluaskan oleh anak muda lainnya (tentu selain saya, ya. Hehehe). Karena sejatinya agama dan sastra selalu berjalan beriringan untuk mencerahkan kehidupan umat manusia. Apa ada yang nggak setuju? Silakan tulis pendapatmu. [T]

Tags: Bukuresensi buku
Previous Post

Memaknai Mesayut Tipat di Tilem Kawulu dari Sisi Penganekaragaman Pangan

Next Post

Gubernur Koster: Dengan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Kita Bisa Paham Inti Kebudayaan Bali

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Gubernur Koster: Dengan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Kita Bisa Paham Inti Kebudayaan Bali

Gubernur Koster: Dengan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Kita Bisa Paham Inti Kebudayaan Bali

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co