17 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Corak Estetika Mistik Dalam Kumpulan Naskah Drama Mamula

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali ModernbyLomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern
January 6, 2022
inEsai
Corak Estetika Mistik Dalam Kumpulan Naskah Drama Mamula

Oleh: Wulan Dewi Saraswati

Acap kali naskah drama hanya dimaknai sebagai bagian dari pementasan, bukan satu-kesatuan kesusastraan. Terlebih bila menyangkut naskah drama modern yang berbahasa Bali. Masih minim keterlibatan naskah drama Bali modern dijadikan sebuah alasan pentas. Cetusan skema baru naskah drama sangat perlu, terlebih pada iklim sastra Bali modern. Harapan bisa disematkan terhadap kemunculan kumpulan naskah drama Bali modern bertajuk Mamula karya I Dewa Gde Agung Windhu Darmaja, I Wayan Sumahardika, dan Gusti Made Aryana. Naskah yang terhimpun adalah karya para pemenang sayembara penulisan naskah drama Bali modern Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan diterbitkan pada tahun 2017. Tiga naskah tersebut mengandung corak mistik khas Bali yang dikreasikan secara estetis oleh penulis.

Kumpulan naskah drama Mamula penting untuk diangkat mengingat masih belum banyak apresiasi berupa ulasan juga kritikan terhadap naskah drama Bali modern. Nampaknya ragam apresiasi terhadap naskah drama Bali masih minim mengingat geliat aktif para penulis naskah Bali modern yang tidak begitu dinamis. Sejalan dengan ungkapan Benny Yohanes (2017) yang penting bukanlah menciptakan sesuatu, membuat sesuatu secara teknis, melainkan sesuatu harus dilahirkan.

Kelahiran estetika pemanggungan drama di Bali sudah mulai dinamis. Namun, riset keilmuan ulasan atau kritik naskah masih perlu digencarkan. Upaya pencatatan evolusi-evolusi kreatif penulis naskah drama perlu dilakukan sebagai pengarsipan terhadap produk kebudayaan dan estafet seniman Bali. Selain itu diperlukan daya kritis untuk memberi ruang tafsir baru terhadap geliat pertunjukan drama Bali modern, bukan hanya sebagai bentuk penilaian yang beroposisi.  

Berkaca pada relasi-relasi tersebut, maka dalam tulisan ini akan dibahas dengan antusias mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkelidan mengenai (1) bagaimana estetika teknik dan gaya penulis dalam tema yang didominasi oleh mistik khas Bali? (2) bagaimana penulis mengangkat isu sosial masyarakat Bali sebagai upaya pencerahan rasional? (3) bagaimana penulis mampu menuliskan bahasa tuturan berbahasa Bali ke dalam naskah drama? Berikut akan diurai terkait ruang imajinatif dan interpretasi dalam kumpulan naskah Mamula.

Tebaran Kreasi Mistik

Tema-tema yang dihadirkan dalam kumpulan naskah drama Mamula dominan mengangkat ritual domestik yang mistik. Naskah Mamula berpijak pada isu sosial sampah plastik. I Dewa Gede Agung Windhu Darmaja menulis evolusi tumbuhan menjadi pohon plastik. Dikisahkan pohon plastik tersebut bermanfaat sehingga mengundang beberapa ‘orang sakti’ menelusuri bagaimana sejatinya hal mistik tersebut terjadi. Meski sedikit tanggung, naskah ini mampu menyerupai gaya realisme magis. Penulis berupaya membuat daya ungkap ekologi yang mistik. Hal tersebut bisa dilihat pada dialog berikut,

Artawa: (mekesiab bingung) me ne punyan apa ane mentik jani me? adi langsung mentik punyane?

Men Badra: Ih ne punyan plastik adane. Adi bisa saget mentik punyan plastik

Artawa: men punyan plastik ento kenken asane?

Men Badra: punyan plastik ento tusing dadi ajeng tu, plastik ento nyanan dadi adep (hal.14)

Dalam dialog terdapat kata ‘mentik’ yang berarti tumbuh. Frasa ‘plastik yang tumbuh’ adalah ungkap kreasi mistik yang coba ditawarkan penulis. Penulis mampu memompa bangunan metafisik rupa dan bayang menjadi bahasa yang surealis. Gaya penceritaan mistis lainnya terdapat pada naskah Kajumput Kala karya I Wayan Sumahardika. 

Raja: Napi kone kirang nike, Jero?

Pan Bagler: dn)&!)_onw)&!**_!efwed!)()(*!w fwib

Putri: wefu *!)^@&()!bwefne (*^!&))@&))@&)wmo

Pan Bager: Ooohh.. Niki, Baang Ida Ratu Putri kone mekurenan ngajak Wayan Pasek, Tu. Wayan Pasek Nika boye je nak jaba blegeran nika. Wayan Pasek nika kone putran Raja Diraja Gamang. (hal.41)

Penggunaan elemen simbol-simbol sangat cerdas untuk menyatakan bahasa yang tak memiliki arti atau bahasa yang dibuat-buat oleh tokoh. Kreasi mistik dihadirkan humoris ketika Pan Bagler memberi taktik jitu kepada Putri agar bisa menikahi Wayan Pasek. Praktik ini juga didominasi belief system di masyarakat Bali yang melakukan budaya metuunan atau bertanya ke alam niskala tentang kekurangan-kekurangan. Maka demi kesembuhan, biasanya akan dilaksanakan sesuai titah dari alam niskala tersebut. Hal itu juga terlihat pada naskah Lawat Padidi karya Gusti Made Aryana.

Sinom 

Sujatnnya ada nyamar, silib tan tangehang gummi, ento ane maguripang, sarwa ne ada di gumi, nanging keweh mamedasin, wireh sepi suwung samun, tanpa rawat tanpa matra, sulit saksat, mamedasin, lesing kangkung, kadi geni jroning sela (hal.51)

Mistifikasi yang terlihat pada kutipan di atas adalah lagu yang kadang digunakan sebagai mantra. Keyakinan yang dianut tokoh agar mencapai cita-citanya sebagai dalang. Corak mistik yang terlihat begitu sublim sehingga terlihat pengaruh ritual domestik yang kerap dilakukan masyarakat Bali. Mulai dari ritual metuunan, mitos,hingga menjadi lagu. Hal tersebut membuktikan bahwa konsep-konsep sakral nyatanya mampu secara kreatif dimanifestasikan ke dalam naskah drama modern Bali.

Pencerahan Rasional

Ketiga naskah drama ini adalah akselerasi literasi yang akan membuka sudut pencerahan. Ada tiga cakupan relasi sosial yang mempengaruhi rasionalitas yakni relasi manusia terhadap alam, relasi manusia terhadap manusia, serta relasi manusia terhadap pencipta. Pada naskah Lawat Padidi karya Gusti Made Aryana, manusia disadarkan dengan ritual bersyukur kepada pencipta.

Lelayungan raga kusuma

Sanghyang candra taranggana pinaka 

dipa memadangi rikalaning wengi (hal.54)

Diksi bahasa Bali halus menandakan relasi antara manusia dengan sesuatu energi yang lebih besar dan lebih dihormati. Dalam naskah drama ini pembaca akan tercerahkan dengan kehadiran penghormatan terhadap energi yang lebih supra dibanding manusia. Seperti pernyataan Benny Yohanes (2017:218) bahwa penampakan semacam ini adalah saat penulis mencapai tahap transendensi, saat itulah penulis memperoleh dan mengalami taksunya.

Pada naskah Kajumput Kala  karya I Wayan Sumahardika, relasi manusia dengan manusia terasa. Kesadaran mencintai diletakkan lebih tinggi daripada mempertahankan kasta. Putri dari seorang keturunan bangsawan ingin menikahi kekasihnya yang tidak memiliki jabatan apapun. Kesenjangan sosial ini tak jarang memicu konflik. Maka secara implisit dapat terlihat pada dialog berikut.

Putri: Ampurayang tiang, Bli. Tiang ten sanggup hidup yen beli ngalahin tiang. Ngadenang suba tiang ngalahin beli ke puri, Bli. (hal.29) 

Pembangunan watak Putri juga terlihat sangat spesifik bahwa dengan tegas Putri menolak untuk meninggalkan kekasihnya. Relasinya dengan manusia lain lebih besar daripada relasinya dengan status sosialnya. Dialog tersebut mempunyai pertalian dengan naskah Mamula  Kala  karya I Dewa Gede Agung Windhu Darmaja yang mencerminkan relasi manusia dengan alam.

Artawa: niki sane mewasta karma phala Jro, Jro eling napi sane kabuat Jro duang dasa tiban sane lintang? Jero sampun loba nagih ngadep makejang tanah tegalan. Tanah punika jro tumbas mudah kal anggen jro mamula plastik. (hal.21) 

Aksi relasi semacam ini adalah unsur dramatik yang akan memandu empati para pembaca. Hal itu terlihat saat tanah dan lingkungan berperan penting dalam hukum karma. Penyikapan relasi-relasi ini akan memberi pencerahan secara rasional bahwa manusia mempunyai efek dan peran penting dalam pembentukan realitas.

Corak Tuturan Tertulis 

Dalam glorifikasi ide-ide, kematangan kontemplasi sangat diperlukan guna memicu kesadaran baru dalam ragam konteks tuturan. Meski beberapa konteks situasi memang perlu menggunakan bahasa Bali halus, ketiga naskah drama Bali modern ini didominasi proses tuturan dengan bahasa Bali madya. Gaya bahasa pergaulan itu membuat suasana dalam dialog-dialog menjadi lebih dekat dengan lingkup sosialnya. Contoh pada naskah drama Mamula karya I Dewa Gede Agung Windhu Darmaja,

Purnaya: apa tuni ngomong to?

Duaja: oh awake masih ningeh munyi to?

Purnaya: oh awake masih ningeh? Berarti ne bhatara ane ngeraos  (hal.6)

Pada dialog ini kultur tuturan menjadi efisien karena meletakan unsur-unsur yang akrab didengar dalam percakapan sosial. Sehingga peran Purnaya dan Duaja sudah kentara bahwa mereka berelasi karib. Sedikit berbeda dengan I Wayan Sumahardika dalam naskah Kajumput Kala,

Prajurit 1: Aduh.. Ratu.. sampunang Ratu..

Prajurit 2: Aduh.. kena PHK be awake jani.. (hal.28)

                         …….

Pan Bagler: Ampurayang titiang, Ratu… Titiang niki balean saking timur tengah.. Wenten dingeh tiang Ida Ratu Putri sungkan.

Raja: Inggih jero.. nang jalanang jani…Kengken carane ngubadin panak tiange niki jero (hal.39) 

Pilihan kata ‘PHK’ pada dialog ini sangat di luar konteks kerajaan pada saat itu. Terlebih belum ada padanan kata di bahasa Bali terhadap kata ‘PHK’. Kemunculan kata ini dapat menjadi jembatan antara tuturan bahasa Bali modern dengan konteks kebahasaan lampau zaman kerajaan. Dialog yang menghalus juga terdapat pada pemakaian kata ‘titiang’. Hal ini membuktikan bahwa penulis naskah drama Bali modern haruslah paham dengan konteks, sehingga posisi sosial lawan tutur bisa terlihat jelas. 

Beberapa pilihan telah diupayakan penulis untuk memahami warna bahasa Bali yang akan mempengaruhi jalannya peristiwa. Namun, Gusti Made Aryana pada naskah Lawat Pedidi masih memilih menggunakan bahasa Indonesia pada bagian naratif meski dialog-dialognya sudah mempergunakan bahasa Bali. 

Narasi

Sesungguhnya bila jaman kali datang,

hanya kekayaan yang dihargai,

tidak perlu dikatakan lagi orang yang saleh (hal.44) 

Pemilihan penggunaan bahasa masih menjadi kendala yang perlu dicermati oleh pegiat sastra Bali modern khususnya naskah drama. Dalam hal ini, penggunaan bahasa Indonesia di bagian naratif tidak mempengaruhi terjadinya multikulturalisme. Justru berpotensi menjatuhkan struktur bangunan dramaturgi naskah. 

Harapan Tetap Harus Disematkan

Berbagi pembahasan telah diurai sebagai bahan interpretasi kritis mengenai struktur bangunan naskah. Jarak sosial, esensi kebijakan tradisional, serta kontemplasi artistik juga berhasil dibangun. Kepekaan daya ungkap telah diupayakan oleh ketiga penulis ini. Corak relasi sosial, budaya, dan pembangunan watak menjadi skema karakter yang khas. Ikatan spiritual yang kuat serta nilai-nilai religius telah mampu dikreasikan.

Proses induksi dari peristiwa sosial ke dalam naskah membutuhkan kerja estetis yang tidak mudah. Hingga beberapa tantangan-tantangan perlu dijawab oleh para penulis utamanya mengenai sikap berbahasa. Penulis masih perlu mencermati lebih detail idiom Bali yang bisa dialihkan dalam bentuk teatrikal. Hal ini bisa dipandang sebagai cara yang produktif untuk mengurai elemen-elemen Bali. Harapan tetap disematkan, naskah-naskah yang muncul diharapkan dapat membuka lagi batas-batas kearifan lokal. Kelak naskah drama Bali modern tidak hanya dipandang sebagai aksesoris sebuah pementasan. Perlu ada kesadaran bahwa berakar pada naskah drama inilah akan mampu membuka alih wahana pertunjukan yang lebih dinamis. [T]


Previous Post

Redi Putra Yasa, Siswa SMA di Tejakula: Beternak Kele-Kele untuk Biaya Sekolah

Next Post

Kisah Mistis Dalam “Antologi Ling” Karya I Komang Alit Juliartha

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern 2021 diselenggarakan oleh www.suarasakingbali.com untuk memeriahkan HUT-nya yang kelima

Next Post
Kisah Mistis Dalam “Antologi Ling” Karya I Komang Alit Juliartha

Kisah Mistis Dalam "Antologi Ling" Karya I Komang Alit Juliartha

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more

Suatu Kajian Sumber-Sumber PAD Menurut UU No. 1 Tahun 2022

by Suradi Al Karim
May 16, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

TULISAN ini akan menarasikan tentang pentingnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Karena  PAD adalah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co