Catatan Harian Sugi Lanus, 30 Desember 2021
___
I GOESTI POETOE DJLANTIK adalah raja Buleleng terakhir yang menjadi pencinta literasi Bali, kolektor lontar, dan penulis-penterjemah beberapa buku di era kolonial Bali.
I GOESTI POETOE DJLANTIK (I Gusti Putu Djlantik) adalah putera I Gusti Ngurah Ktut Djlantik yang diasingkan pada tahun 1929. Ketika orang tuanya diasingkan tersebut ia diangkat Pemerintah Belanda menjadi pucuk pimpinan setingkat bupati Buleleng, kemudian ada tahun 1938 diangkat menjadi Raja Buleleng, dengan gelar Anak Agoeng Poetoe Djlantik. Ia membangunkan kembali Jro Gede (sekarang lebih populer dengan istilah Puri Agung) Buleleng.
Kecintaannya pada literasi Bali (lontar-lontar Bali dan kegiatan kajian Bali) membuatnya bersemangat bersama dengan Belanda mendidirikan Perpustakaan Lontar, Gedung Kirtya, di bagian depan halaman purinya pada tahun Juni 1928. Bersama sastrawan dan bersama pedanda-pedanda, ia menjadi kurator yang terlibat secara aktif mengumpulkan lontar-lontar dari Bali dan Lombok yang kini menjadi koleksi GEDONG KIRTYA.
Tercatat ia juga memiliki koleksi pribadi berupa lontar-lontar yang daftarnya termuat dengan judul LIJST VAN LONTAR-HANDSCHRIFTEN IN DE BIBLIOTHEEK VAN I. G. POETOE DJLANTIK TE SINGARADJA dalam ‘Oudheidkundig Verslag over het tweede kwartaal 1921’. [Lihat 3 halaman foto terlampir]. Menurut informasi beberapa pihak, lontar-lontar koleksi I GOESTI POETOE DJLANTIK atau dikenal dengan istilah KOLEKSI PURI GOBRAJA, sebanyak 212 judul, telah diakusisi oleh Universitas Udayana, pada era Prof. Dr. Nyoman Sutawan sebagai rektor (sekitar tahun 1993—1997). Kini disimpan di PERPUSTAKAAN LONTAR UNIVERSITAS UDAYANA.
I GOESTI POETOE DJLANTIK diperkirakan lahir sekitar tahun 1880 di Singaraja, Buleleng (Bali Utara), Hindia Belanda. Ia merupakan putra dari I Gusti Ngurah Ktut Djlantik, mempunyai 3 istri —1) G A Ny. Rai dari Penataran, 2) Jero Mekele Rengga dari Br. Dangin Peken, 3). G A Nyoman Resi dari Puri Kanginan— meninggal tahun 1944 di Singaraja. Ia merupakan generasi ke-6 dari pendiri kerajaan Buleleng, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti (1599-1680) dan raja ke-7 Kerajaan Buleleng. Ia memerintah dari tahun 1929-1944 dan dikenal kooperatif dengan pemerintah Belanda.
Dari catatan keluarga I GOESTI POETOE DJLANTIK disebutkan memiliki 11 anak.
1. I Gusti Ayu Ngurah Puja, 1903- 1955, ibu: no.1; menikah dengan I Gusti Bagus Jelantik – Bangkang
2. I Gusti Ayu Ngurah 1905- 1960, ibu no.1; menikah dengan Pedanda Gde Ngenjung – Griya Batan Cempaka
3. I Gusti Ayu Jelantik Ringring 1908- 1948, ibu no.1; menikah dengan I Gusti Bagus Jelantik Teja – Bangkang
4. I Gusti Ayu Subadra 1900-1985, ibu: no.2; menikah dengan I Gusti Nyoman Berata- Cakranegara Lombok
5. I Gusti Ayu Made Oka, 1903-1993; ibu: no.2; menikah dengan I Gusti Bagus Weda Tarka, puri Kanginan
6. I Gusti Nyoman Panji Tisna 1908-1978, ibu: no.2; . raja Buleleng 1944-1947.
7. I Gusti Ketut Jelantik, 1911-1969, ibu no.2; raja Buleleng 1947-1949; menikah dengan Anak Agung Isteri Putra Ubud Gianyar
8. I Gusti Gde Jelantik, 1914-1982.; menikah dengan 1. Jero Sumanasa – Suwug, 2. I G A Oma – puri Kanginan.
9. I Gusti Ayu Mas Regep,1913-1930, ibu: no:3, meninggal masih muda.
10. I Gusti Bagus Made Agung, 1916 – 1990, ibu:no:3; ; menikah dengan 1. Agung Isteri – Gianyar, 2. I Gusti Ayu Citra.
11. I Gusti Bagus/ Nyoman Partha, 1918- 1987, ibu No:3; Imenikah dengan 1. I G A Bawa – Penataran, 2. I G A Swami – Penataran.
Ketika wafatnya I GOESTI POETOE DJLANTI (Anak Agung Putu Djlantik) pada tahun 1944, putra I Gusti Nyoman Pandji Tisna diangkat menjadi raja dengan gelar Anak Agung Pandji Tisna. Pandji Tisna seperti melanjutkan darah kecintaan ayahnya menggeluti literasi dan dikenal luas secara nacional sebagai pengarang karya-karya yang diterbitan oleh Balai Pustaka dań Poedjangga Baroe di Jakarta. Karya-karya tersohor Panji Tisna, berupa novel yaitu: I Made Widiadi (Kembali kepada Tuhan) (1955), I Swasta Setahun di Bedahulu (1938), Sukreni Gadis Bali (1936) — ada informasi karya ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Bali. [T]