3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tubuh-Tubuh Halte Sedang Menunggu Kereta | Pementasan Teater Limas di Festival Seni Bali Jani

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
November 1, 2021
inUlasan
Tubuh-Tubuh Halte Sedang Menunggu Kereta | Pementasan Teater Limas di Festival Seni Bali Jani

Teater Limas

“Miiiiih full sajan panggungne nok!” kata saya saat memasuki Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, pukul 16.00 Wita, pementasan Teater Limas – Kota Denpasar.

Perhatikan kata miiiiih dan nok pada kalimat saya di atas. Kedua kata tersebut menegaskan kalimat tengahnya. Mungkin begitulah cara fikir saya dalam menikmati pementasan Kereta Kencana – Eugene Ionesco terjemahan W.S Rendra yang disutradarai oleh Muda Wijaya. Sebab dua aktor Kakek dan Nenek dibantu oleh 18 orang yang berpakaian serba putih, wajahnya pun diwarna putih  dengan beberapa aksen hitam dibeberapa bagian.

18 orang itu ialah Miiiiih dan nok . hadir sebagai penegas, sepanjang pementasan yang berdurasi 50 menit itu.

Total 20 orang ada di panggung, dilengkapi dengan properti yang sama banyaknya. Sejumlah kain putih menjuntai dari atas ke bawah, tempat tidur dengan rangkaian bambu putih menjulang tinggi, kain putih menutupi lantai panggung serta rangkaian bilah bambu berwarna putih berbentuk jendela yang digantung di beberapa bagian atas pangggung. Dari jauh, saya melihat seperti lukisan abstrak yang bergerak secara bergantian. Dari beberapa pertunjukan yang saya tonton di Gedung Natya Mandala ISI – Denpasar,  baru Teater Limas saja yang sangat terobsesi memenuhi area panggung.

Terus terang saja dari awal sampai akhir saya kurang memperhatikan dua tokoh utama bercakap, saya lebih tertarik memperhatikan tubuh-tubuh 18 orang itu. sebut saja mereka tubuh penegas ya. Tubuh penegas tersebut memiliki peran penting dalam mengajewantahkan dialog pemeran utama. Mereka menjadi nafas, angin, burung, benda statis, benda bergerak dan lain sebagainya.

Dialog – dialog itu seolah diterjemahkan ulang menjadi komposisi gerak komunal, kadang berada di dalam teks, kadang mereka di luar teks, kadang menjadi peran pendukung, kadang menjadi peran yang tidak mendukung. Secara garis besar bisa saya katakan tubuh penegas ini merupakan satu upaya Muda Wijaya dalam menjaga atensi penonton. Saya harus jujur, pementasan Teater Limas dipenuhi penonton lho, kursi full, bahkan beberapa penonton duduk keleleran di lantai.

Mungkin satu alasannya karena Teater Limas ini ialah  teater sekolah. Hegemoninya teman sekolah mereka, teman sekelas, atau sanak keluarga. Tubuh penegas itu ialah laku populer yang mampu mengikat penonton, tidak bisa saya bayangkan jika naskah ini hanya dimainkan dua pemain saja seperti naskah aslinya. Mungkin akan tenggelam oleh ruang yang besar, tenaga mereka akan habis untuk menguasai penonton, paling buruk ditinggalkan penonton. Jikping….

Pada satu diskusi bersama Wayan Sumahardika, Sutradara Teater Kalangan kami membicarakan bagaimana kelompok teater, dengan berbagai konsentrasi isunya serta metode pilihan latihannya dapat berjalan karena ditemani aktor-aktor yang turut berkembang di lingkaran itu. Tubuh aktor ini berada pada jalur kereta, anggap saja teater itu gerbongnya. Nah tentu akan menjadi tidak maksimal jika pilihan aktor tidak sepadan dengan isu teater yang diusung, misalkan begini, isunya tentang sejarah demokrasi, namun tubuh aktornya masih SMP atau SD yang notabene pada taraf pemikiran belum menyentuh dan menyadari bagaimana demokrasi bekerja. Nah tubuh yang tidak padan ini bisa di sebut tubuh di luar jalur kereta.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah tubuh-tubuh anak teater Limas, disebut tubuh apa? yang setiap 3 tahun akan berganti dengan siswa baru, tubuh anyar lagi. dan memang begitulah adanya teater SMA atau SMP, peran organisasi menjadi lebih penting, dibandingkan nilau isu yang diusung. Oke. Saya beri nama tubuh mereka, tubuh-tubuh di halte bus. Mereka sedang menunggu bus, kemudian pergi saat bus tiba menjemput.

Namun apakah tubuh-tubuh tersebut tidak mapan, Nah disinilah kejelian Muda Wijaya sebagai sutradara, saya rasa ia berhasil menawar isu, menjadikannya gerak tubuh seharian sebagai modal dasarnya. Tanpa muluk-muluk untuk menjadikan tubuh mereka sebuah tarian mapan. Saya sendiri terus terang saja lebih tertarik bagaimana 18 orang itu bergerak, melihat mereka berinteraksi satu sama lain, menggerakkan tubuh dengan kesadaran anak SMA, kadang mereka tertawa saat saling bertemu wajah, kadang sangat serius – tapi sejurus kemudian menjadi riang.

Ulak-alik ini merupakan dasar utama untuk menyadari keberadaan tubuh mereka. Setelah kesadaran itu tumbuh, barulah mempelajari naskah dengan berbagai pirantinya. Tentu pilihan naskah juga menjadi penting ya, sebagaimana mereka mampu menopang naskah agar tampak secara utuh ketika dimainkan di atas panggung.

Teater Limas membawakan naskah Kereta Kencana, mengisahkan sepasang kekasih yang setia menjalani hidup, hingga hari tuanya. Nenek dan Kakek itu sedang menunggu Kereta Kencana datang, untuk menjemput mereka. Informasi ini samar-samar ia dapatkan lewat bisikan, mimpi dan keganjilan lainnya. Sambil menunggu kereta mereka bercengkrama, bermain layangan, merajuk, layaknya sepasang kekasih.

Dalam hemat saya, kereta kencana bisa kita maknai sebagai kematian. Kematian yang datang entah kapan, yang jelas kedatangannya selalu ditunggu. Ada manusia menunggu dengan gembira, ada dengan rasa bahagia, kecewa, takut, rapuh dan lain sebagainya. Kembali kita diingatkan pada pandemi yang berlangsung selama hampir 2 tahun ini, batas kematian dan nafas kehidupan hanya setipis benang sutra.

Namun jika kita menyelami kehidupan dengan penuh kebahagiaan,hal ini menjauhkan kita dari pikiran-pikiran yang kusut. Sehingga bagaimanapun masa depan, kita hadapi penuh syukur. Seperti tubuh-tubuh penegas yang saya bicarakan di atas, mereka ada untuk menjelaskan bahwa laku manusia berbagai macam arahnya, Laku ialah pikiran kita, yang kadang mendukung, kadang pula berselisih paham. [T]

Tags: Festival Seni Bali Janiseni pertunjukanTeater
Previous Post

Belajar Kehidupan dari Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021

Next Post

Ruang Presentasi Atas Segala Negosiasi | Catatan Jelang Pentas “Hero on the Way” Teater Kalangan

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post
Ruang Presentasi Atas Segala Negosiasi | Catatan Jelang Pentas “Hero on the Way” Teater Kalangan

Ruang Presentasi Atas Segala Negosiasi | Catatan Jelang Pentas “Hero on the Way” Teater Kalangan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co