3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Cut Cat Cit” Teater Selem Putih: Kesedihan Burung, Kelucuan Manusia

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
October 26, 2021
inUlasan
“Cut Cat Cit” Teater Selem Putih: Kesedihan Burung, Kelucuan Manusia

Pementasan Cut Cat Cit, Teater Selem Putih di Festival Seni Bali Jani 2021

Putu Satria Kusuma, sebagai sutradara Teater Selem Putih, tampaknya tetap mempertahankan tabiat khasnya ketika menyutradarai pementasan berjudul Cut Cat Cit dalam ajang Adilango, Festival Seni Bali Jani III/2021 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Senin 25 Oktober 2021. Tabiat khas itu: satir, lucu, dan penuh pesan.

Cut Cat Cit bercerita tentang orang tua dan burung jalak putih.  Awalnya, orang tua itu memelihara burung jalakm putih yang ditangkapnya di Hutan Bali Barat. Lama-lama ia merasa bersalah  telah mengekang burung itu dalam sangkar.  Apalagi ia merasa burung itu tidak bisa bersuara bagus dan berkembang dengan baik di dalam sangkar.

Burung itu pun dikeluarkan dari sarangnya. Burung senang. Terbang bebas. Tapi kemudian kembali menemui orang tua itu. Burung mengaku tak bisa hidup di pohon di jalan-jalan karena pohon itu sudah ada burung. Lagipula hidup di kota sudah banyak polusi.

Burung bertanya, di hutan manakah dulu ia ditangkap? Ia ingin hidup di hutan itu.

Orangtua itu menunjukkan hutan asalnya. Burung kembali terbang tapi kembali menemui orang tua itu. Ia mengaku, pohon pohon hutan sudah banyak dicuri. Ia kehilangan pohonnya, tempat keluarganya tinggal.  Orangtua itu menjelaskan. Memang masih ada pencurian hutan. Tapi kesadaran mulai ditumbuhkan agar hutan dijaga karena sumber air dan kehidupan aneka satwa.

Burung sedih dan terbang tanpa arah. Ia ikut berumpul sesama burung lain di alam bebas. Mereka saling menyapa. Bercerita nasibnya dan nasib hutan yang masih dicuri dan dipenuhi sampah plastik. Burung Cut Cat Cit akhirnya bertemu burung betina. Mereka jatuh cinta. Kawin dan  hidup di hutan pinggir kota.

 Burung betina bertelur dan mengeraminya. Burung jantan memberi oleh-oleh makanan berupa ulat. Suatu kali si jantan tidak pulang. Si betina mencari. Burung jantan tertembak mati. Si betina sedih. Burung jantan mengatakan ada manusia membawa senapa angin menembaknya. Bukan untuk dimakan. Tapi hanya sebagai hobi.

Pementasan Cut Caqt Cit dari Teater Selem Putih di Festival Bali jani 2021

Betina sedih. Ia tak bisa hidup tanpa suami. Ia ingin ikut mati bersama suaminya. Ia pun terbang. Menemui manusia yang menembak itu. Burung betina marah dan minta ditembak agar ia mati bersama jantannya. Si penembak ketakutan. Lari.

Datanglah kemudian arwah burung jantan. Ia minta terimalah hidup ini walau kejam. Berusaha menjadi yang terbaik mengisi hidup. Ia minta agar telurnya dierami dengan baik. Berikan cinta. Diharapkan kelak jika semua telur menetas jadi burung yang bersuara merdu agar kehidupan makin indah. Agar kesadaran manusia melestarikan alam dan hutan makin terbuka.

Burung dan Manusia

Sebagaimana ciri khas Putu Satria, ia senantiasa mengolah cerita-cerita sederhana yang mungkin banyak diperoleh dari berita-berita media massa. Tentang jalak bali di Hutan Bali Barat yang nyaris punah. Tentang penjarahan hutan yang belum sepenuhnya bisa diberantas. Tentang hobi manusia yang lucu: menembak burung di alam liar hanya sebagai hiburan semata.

Jenis-jenis hubungan manusia dan lingkungan dilukiskan lumayan lengkap dalam cerita, termasuk dalam dialog-dilog yang terjadi dalam pementasan Cut Cat Cit ini. Ada orang menangkap burung, ada orang menembak burung, ada orang menjarah hutan, ada orang menanam pohon.

Orang tua yang merasa bersalah, lalu melepaskan burungnya kea lam liar, dalam pementasan Teater Selem Putih ini seakan-akan menyindir acara-acara seremonial , semisal acara pelepasan burung dan penanaman pohon yang dilakukan pejabat dan kelompok-kelompok masyarakat.  

Orang hanya bisa melepaskan, tapi tak pernah berpikir bagaimana cara merawat burung di alam liar. Orang hanya berpikir bahwa melepaskan burung adalah perbuatan mulia, namun tak pernah berpikir bagaimana burung-burung berjuang hidup di alam liar.

Untuk mengelola cerita-cerita semacam itu, Putu Satria Kusuma sebagai penulis naskah tentu tak menemukan kesulitan yang berarti. Putu Satria punya cara sendiri untuk menyindir manusia dengan berbagai tabiatnya ketika berhadapan dengan masalah-masalah lingkungan, masalah tanah, dan masalah alam. Kepiawian itu ditunjukkan dalam lakon-lakon yang pernah digarap sebelumnya, semacam Cupak Tanah dan cerita-cerita yang berkaitan dengan Dewi Sri dan dunia pertanian.

Kesediihan burung yang bingung, baik di dalam sangkar maupun di alam liar, dilukiskan dengan lugas dan gamblang. Kelucuan manusia yang menangkap, melepas, merasa bersalah, menembak, lalu ketakutan, dilukiskan juga dengan lucu, penuh pesan, kadang tanpa tedeng aling-aling.  

Pembukaan dan Penutupan

Sudah cukup lama Putu Satria Kusuma tidak bermain sebagai aktor dalam drama-drama yang digarapnya. Namun dalam Cut Cat Cit ini Putu mengambil peran sebagai orang tua. Untuk itulah, pembukaan drama Cut Cat Cit menjadi sangat kuat, karena tak bisa dibantah bahwa aura Putu Satria sebagai aktor memang sangat kuat.

Dari pembukaan yang kuat itu, cerita kemudian mengalir dengan lancar ke berbagai konflik dan kepada klimak demi klimak. Dialog-dialog menarik muncul untuk menjelaskan harmoni dan disharmoni hubungan-hubungan antara manusia dan lingkungannya. Meski tak sekuat pada dialog orang tua yang dimainkan Putu sendiri, dialog-dialog yang disampaikan manusia dan burung di tengah-tengah permainan bisa dipahami dengan gamblang, justru karena hampir semua dialog itu sesungguhnya terjadi sebagai peristiwa-peristiwa biasa di dunia nyata.

Teater ini ditutup dengan satir yang menyengat. Setelah burung-burung bingung, bersedih, kemudian menerima keadaan diri sebagai burung, drama ditutup dengan seorang perempuan pedagang yang menawarkan topeng burung kepada wisatawan di obyek wisata. Topeng burung bisa saja dianggap sebagai keindahan Bali, keindahan seni-budaya Bali, yang “dijual” dalam dunia pariwisata, meski sesungguhnya keindahan alam dan seni-budaya tak pernah dirawat secara bersungguh-sungguh.  Itu mungkin satu lagi cerita tentang kelucuan manusia. [T]

Previous Post

Jelajah Pemanfaatan Rempah dalam Naskah Lontar

Next Post

Rempah dan Hasrat Keabadian | Belajar Rempah Bersama Sugi Lanus di Rumah Intaran

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Rempah dan Hasrat Keabadian | Belajar Rempah Bersama Sugi Lanus di Rumah Intaran

Rempah dan Hasrat Keabadian | Belajar Rempah Bersama Sugi Lanus di Rumah Intaran

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co