3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Melihat Sampradaya dan Makna di Sekitarnya

I Made ArgawabyI Made Argawa
October 21, 2021
inOpini
Melihat Sampradaya dan Makna di Sekitarnya

Foto ilustrasi tatkala.co | Mursal Buyung

Kata sampradaya pertama kali saya ketahui ketika duduk di bangku kuliah. Saat itu, saya kuliah di sebuah perguruan tinggi Hindu, di Denpasar. Sebelumnya soal-soal yang membahas keyakinan beragama atau yang berhubungan dengan jalan Tuhan, saya sering mendengar disebut “aliran”.

Pada saat kuliah saya tidak larut dengan kata sampradaya ini. Saya cair dengan kegiatan organisasi kampus dan kegiatan di tempat kost. Hmmmm

Cuma, beberapa tahun terakhir kata sampradaya hinggap lagi di telinga saya. Kali ini lebih ramai, apalagi ketika membuka Facebook dan grup WhatsApp. Pembahasannya soal perbedaan tata cara beragama Hindu, antara pengikut sampradaya dan masyarakat yang ingin mempertahankan tradisi Bali.

Kata sampradaya dikaitkan dengan pengikut Hare Krisna, Sai Baba dan lainnya. Saya tidak banyak mengikuti soal ini.

Pengertian kata sampradaya dijelaskan oleh Wikipedia merupakan “tradisi” atau “sistem religius”. Cuma Wikipedia adalah ensiklopedia multibahasa yang bebas dan terbuka. Siapa pun bisa memuat informasi di sana.

Pada website Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat penjelasan sampradaya adalah doktrin tradisional tentang pengetahuan.

Website koran harian Nusa Bali pada 17 Desember 2020 memuat berita soal sampradaya. Judulnya Sampradaya Non-Dresta Bali Dilarang Pakai Pura.

Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali menilai, sampradaya non-dresta Bali merupakan organisasi atau perkumpulan yang mengemban paham, ajaran, dan praktek ritual yang tata pelaksanaannya tidak sesuai dengan adat, tradisi, seni, dan budaya, serta kearifan lokal dresta Bali.

Saya belum paham sepenuhnya kata sampradaya itu apa. Eeh, sudah muncul frase lain, sampradaya non-dresta Bali. 

Saya coba telusuri arti kata sampradaya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring yang dikelola oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, hasilnya nihil. Pada KBBI.web.id, hasilnya sama. Pencarian saya alihkan di Tesaurus Bahasa Indonesia oleh Eko Endarmoko, hasilnya juga sama, kosong.

Kenapa saya lakukan ini, sederhana alasannya. Saya ingin menemukan sumber independen yang memuat arti atau penjelasan kata sampradaya.

Karena menurut Ariel Heryanto, Profesor untuk Studi Indonesia di Universitas Monash, Australia, bahasa bukan alat atau medium komunikasi yang netral. Bahasa menyusun, mengarahkan dan membatasi angan-angan dan pandangan yang berbahasa.

Michel Foucault dalam metodologi arkeologi pengetahuan juga melakukan penelusuran terhadap wacana. Hingga melacak relasinya terhadap kekuasaan.

Apakah kata sampradaya yang kita pahami saat ini netral? Atau ada relasi kepentingan untuk kekuasaan di belakangnya?

Berawal di Facebook

Pada Juni 2021 laporan saya tentang sampradaya dimuat di Majalah Tempo. Judulnya Bara di Kuil Krisna. Liputan ini menarik perhatian redaksi karena adanya upaya penutupan sepihak beberapa ashram (sampradaya) oleh kelompok masyarakat di Bali.

Saya sempat mewawancarai seorang pengurus di PHDI Bali. Narasumber ini menyebut, titik picu terjadinya penutupan sejumlah ashram di Bali karena pertengahan 2020 beredar video beberapa orang yang diduga mengajarkan ajaran Hare Krisna di sebuah sekolah menengah pertama dan viral di Facebook. Selain itu, ada pula pembagian buku tentang ajaran Hare Krisna.

Hingga keluar keputusan pencabutan pengayoman dari PHDI terhadap sampradaya. Keputusan itu tertuang pada surat bernomor 374/PHDI Pusat/VII/2021 tertanggal 30 Juli 2021 yang ditandatangani oleh Ketua Umum pengurus harian PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya.

Saya kira persoalan tuntas. Ternyata tidak.

Setelah pencabutan pengayoman itu, ada pengumuman pembentukan PHDI melalui Mahasabha Luar Biasa (MLB) yang digelar di Pura Samuan Tiga, Gianyar. Ketuanya juga seorang pensiunan tentara dengan pangkat jenderal, yakni Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia. Tema yang diusung masih sama, anti sampradaya. Cuma agak lebih spesifik, anti sampradaya asing.

Polemik yang berakar dari soal sampradaya berlanjut pada tuduhan ke ormas pemuda Hindu seperti Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) dan Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia serta PHDI terafiliasi dengan organisasi Visvha Hindu Parishad (VHP) yang dinilai sebagai organisasi teroris.

Viral tuduhan teroris di Facebook, Peradah pada Jumat, 15 Oktober 2021 lantas melaporkan hal itu ke Polda Bali.

Banal Di Media Sosial

Ribut-ribut soal sampradaya sangat jarang saya dengar di dunia nyata. Biasanya ini masuk bahan obrolan saya dengan rekan sesama jurnalis, ngobrol dengan orang PHDI atau rekan aktivis. Itu pun tidak ada obrolan serius, kadang diselingi dengan kelakar.

Di kalangan awam bahkan tidak terdengar bisik-bisik soal ini. Apa mereka tidak tertarik? Apa mereka tidak mengikuti soal ini di media sosialnya? Atau mungkin soal polemik sampradaya hanya menjadi isu di kalangan elit? Bisa jadi sih!

Jika melihat periode masalahnya, gonjang-ganjing sampradaya bergulir hangat di media sosial. Sejak pertengahan 2020 hingga adanya pelaporan ke Polda Bali oleh Peradah, semua mulai dari media sosial.

Sejatinya kita perlu waspada pada media sosial atau cyber space. Informasinya melimpah. Kadang kita tidak paham mana kabar yang benar atau kabar yang palsu.

Yasraf (2004) menyebutkan, hipermodernitas adalah totalitas kehidupan ketika setiap peristiwa dan obyek mengikuti garis edarnya sendiri dalam proses produksi dan reproduksi yang tanpa henti dan tiada interupsi.

Kecepatan produksi telah menciptakan dunia banalitas atau kehidupan yang dangkal dan mubazir.

Jadi, polemik sampradaya di media sosial dan segala dampaknya apakah benar persoalan Umat Hindu? atau ada pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dari polemik banal media sosial ini?

Kalau saran saya, laporan di Polda Bali silahkan selesaikan secara hukum. Jika tidak mau ribet, bisa debat intelektual terbuka soal organisasi jaringan teroris transnasional asal India.

Untuk dualisme PHDI, nggak apa lah. Lebih banyak kan lebih baik. Kalian bisa membagi tugas untuk pelayanan dan kepentingan Umat Hindu. Tapi, soal legitimasi, tetap pakai aturan main. [T]

Tags: hinduPHDIsampradaya
Previous Post

Tapel Gandong dari Desa Les, Hiburan Rakyat dari Zaman Jepang Hingga Zaman Milenial

Next Post

Festival Seni Bali Jani 2021: Dua Pekan, Seribu Seniman, 45 Mata Acara

I Made Argawa

I Made Argawa

Selalu berusaha santai di tengah dunia yang makin cepat

Next Post
Festival Seni Bali Jani 2021: Dua Pekan, Seribu Seniman, 45 Mata Acara

Festival Seni Bali Jani 2021: Dua Pekan, Seribu Seniman, 45 Mata Acara

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co