12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Juara yang Tak Dirindukan | Kisah Miris Film Pemenang Festival Internasional

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
October 4, 2021
inEsai
Juara yang Tak Dirindukan | Kisah Miris Film Pemenang Festival Internasional

Poster Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Foto: Palari Films)

Hampir setahun lebih bioskop-bioskop kita merindukan penonton. Pandemi ini membuat acara keramaian, apalagi di ruangan tertutup menjadi pilihan pertama yang mesti dilarang. Dan saya bisa menduga juga akan menjadi kegiatan terakhir yang akan diperbolehkan seiring makin melandainya kasus baru Covid-19 di negeri ini.

Adanya aplikasi  berbayar semisal  Netflix, sedikit mengobati  dahaga penggemar  film, untuk bisa menikmati film terbaru produksi  Hollywood  utamnya, dan beberapa serial Korea dan Jepang yang cukup booming akhir- akhir ini.

Terlepas dari situasi ini, prestasi dua film karya anak negeri  ini di kancah festival film internasional sayup terdengar. Diawali oleh film Seperti  Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) yang disutradarai Edwin mendapat  tropi Golden Leopard di Locarno Film festival di Swiss pertengahan Agustus lalu. Dan  film berjudul  Yuni, karya Kamila Andini yang mendapat penghargaan dalam Toronto International  Film Festival pertengahan September kemarin.

Ini terjadi di tengah  sunyinya perhatian dari khalayak terhadap film, alih alih pemerintah, apalagi bila dibandingkan dengan  sambutan terhadap medali emas ganda putri badminton saat olimpiade kemarin.

Sedangkan boleh dibilang festival film ini adalah olimpiade untuk film, karena pesertanya pun  berasal dari  seluruh dunia, termasuk sang rajanya film, yang punya Holywood, Amerika Serikat. Saya mungkin akan sedikit membahasnya nanti, tapi saya ingin lebih fokus ke satu pemenang, Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (SD RHDT) yang diadaptasi dari novel dengan judul serupa karya penulis kita yang sedang bersinar Eka Kurniawan.

Novel ini meraih Prince Claus Lauretae tahun 2018. Karya Eka Kurniawan yang lain adalah duo novel berjudul Cantik Itu luka dan Lelaki harimau. Dan kumpulan cerpen-nya berjudul  Corat-Coret di Tolilet.

Saya pertama mengenal  nama ini saat Ben Anderson seorang Indonesianis terkemuka begitu terpukau pada novel karya Eka Kurniawan dan ingin mengenalkannya pada penerbit luar negeri untuk diterbitkan dalam bahasa Inggris. Kalau seorang Ben Anderson mengatakan novel ini bagus, berarti tak ada alasan saya untuk tak membacanya, begitu pikir saya.

Tapi sayang keinginan itu hanya terpendam di hati saja, saya sering kecewa saat buku yang di-endorse oleh tokoh idola saya ternyata tak memenuhi harapan. Saya mulai dengan membaca kumpulan cerpennya Corat-coret di toilet sekian tahun yang lalu, dan tak ada hal menarik yang melekat di otak saya hingga saya lupakan keinginan untuk membaca karya Eka Kurniawan yang lain.

Dan akhirnya terdengar kabar bahwa salah satu novelnya difilmkan sampai mendapat penghargaan di Festival Film Internasional, dan saya tak punya alasan lagi untuk tak membeli novel yang akan kita bahas ini.

Novel ini bercerita tentang orang tak wajar, dan berlatar negeri antah berantah, dan tema yang diangkat secara keseluruhan dari novel ini pun adalah suatu yang hal yang langka, kalau boleh dibilang sedikit vugar yaitu kelamin. Tetapi setelah disimak, direnungkan kembali  yang kita baca, terasa sekali tokoh-tokohnya, lingkungan kehidupan dan negeri yang mereka tinggali terasa akrab dengan benak kita.

Sampul novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

Caranya melukiskan persoalan dengan kelamin pun terdengar sangat akrab, seperti kita mendengar guyonan sehari-hari tanpa terseret ke hal yang terdengar  cabul. Beberapa kejadian maupun situasi di tanah air kita, yang dipasangkan di novel ini mengingatkan saya pada novel  Pramudya Ananta Toer dan Romo Mangun Wijaya. Suatu peristiwa atau opini yang menurut saya bukanlah suatu asumsi dangkal, tapi merupakan hasil penalaran kritis atas sebuah informasi yang diterima. Dan itu membuat sebuah gegar sejarah sebentar di kepala saya, karena benar-benar sesuatu yang baru, yang tak saya dapatkan di buku buku resmi maupun media nasional yang selama ini saya konsumsi.

Taruhan para sopir di perbatasan kota di tempat yang sepi, dengan mengadu mereka yang tertangkap saat pelaksanaan DOM di beberapa wilayah di tanah air oleh pihak militer kita, bisa kita sandingkan dengan informasi  tentang tak diakuinya peran kepahlawanan Pangeran Diponegoro di lingkungan keraton Mataram sendiri dalam novel Burung burung Manyar Romo Mangun.

Juga dengan informasi tentang peran Tirto Adhi Soediro dan dokter  Wahidin di awal era pergerakan nasional pada novel  karya Pram. Informasi baru yang perlu kita renungkan, untuk memberi sudut pandang lain dari yang kita miliki terhadap suatu peristiwa yang menentukan nasib bangsa kemudian.

Teknik bercerita maju mundur, dengan metode flashback dan menyisipkan cerita masa lalu di tengah kejadian saat ini, jamak kita temui di novel  karya penulis lain. Satu yang cukup mengganggu saya, cerita tentang tokoh Pak Tua tanpa perasaan yang dengan kejam menyiksa tokoh utama saat masih di penjara. Tak cukup banyak dieksplorasi latar belakangnya sampai dia bisa sekejam  dan sedingin itu, bagian ini saya tunggu sampai halaman terakhir dan tetap tak saya temukan titik temunya.

Secara umum, novel ini cukup bagus hingga bisa membuat saya tertantang untuk segera menyudahinya. Terlepas dari jumlah halaman yang masuk akal untuk waktu saya yang terasa makin sempit ini. Keasyikan membacanya bisa disamakan dengan saat saya membaca tetralogi Buru-nya Pram dan duo Saman Larung karya Ayu Utami.

Kembali ke film pemenang festival  film internasional. Banyak novel yang telah difilmkan, novel Laskar pelangi, Negeri 5 Menara dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan yang saya ingat masyarakat cukup antusias menyambut film-film tersebut. Meskipun jujur saja saya tak sempat menonton satupun film tersebut. Tapi saat sebuah film sampai memenangi festival internasional, meskipun tak segemerlap Piala Oscar, semestinyalah kita, apalagi pemerintah  memberikan sedikit apresiasi terhadap karya anak bangsa tersebut.

Mungkin yang membedakan film ini dengan film yang saya sebut lebih dulu, adalah sisi komersialnya. Film yang bisa dijual, yang menarik minat lebih banyak orang pastilah mendapat perhatian lebih dari khayalak..Susah membayangkan  film komersil  semisal DKI Reborn, atau sinetron Ikatan Cinta (kesayangan istri saya) misalnya, bisa diterima penonton luar negeri, dengan tema lokal begitu.

 Dan saat sebuah film seperti SD RHDT dan Yuni  terbukti menang di festival Internasional, itu artinya film tersebut secara ide dan teknik pembuatan film telah dianggap sejajar bahkan mendapat pengakuan di tingkat dunia. 

Saat pemenang olimpiade olahraga mendapat atensi luar biasa dari masyarakat dan terutama pemerintah maupun politisi negeri ini. Sepantasnyalah  produser maupun sutradara ke-2 film itu mendapat perlakuan yang serupa.  Kita mesti  berkaca dari pengalaman dunia hiburan selama ini.

Bertahun tahun televisi kita dijajajah film, telenovela buatan asing. Dari Amerika, Mexico, Brazil dilanjutkan hari hari ini dari Jepang dan terutama Korea Selatan, dengan demam BTS- nya. Saat kita merasa tak mampu bersaing dengan mereka menghasilkan karya karya sejenis, maka kita mesti pintar membuat karya dengan sudut lain seperti film-film festival seperti ini.

Dengan menjuarai festival film seperti ini, saya rasa tak seketika kedua  film itu akan menjadi  box office di seluruh dunia. Tapi setidaknya mata dunia akan tertuju kepada kita, bahwa bangsa kita juga kaya bakat bakat potensial di bidang film, bahwa negeri kita juga mempunyai sisi lain yang bisa dibanggakan, biar tak dikenal sebagai bangsa yang paling korup, negeri dengan kebakaran hutan, pengabaian lingkungan  yang utama, dan segala sesuatu  bernada negatif yang selama ini kita terima.

Selain rasa syukur atas juaranya mereka, satu yang tak bisa dipungkiri adalah kurangnya kesempatan kita, orang awam seperti saya untuk bisa menikmati  film film tersebut. Biasanya film kelas festival begini, tak bertahan lama di layar bioskop nasional (itupun kalau bioskopnya dibuka nanti).

Film-film seperti ini, termasuk film dokumenter Sexy Killer yang sempat heboh beberapa tahun  lalu itu biasanya hanya beredar di antara komunitas-komunitas tertentu yang memang konsen pada bidangnya. Tugas pelaku perfilman tanah air dan terutama pemerintah-lah mengusahakan agar karya-karya yang terbukti bagus ini bisa lebih dinikmati oleh lebih banyak kalangan masyarakat.

Dan siapa tahu, tahun depan Pak Menteri Nadiem Makarim mempunyai ide untuk menyelenggarakan nonton bareng film-film berkualitas karya anak bangsa , misalnya, untuk menyaingi  film lawas yang biasa diputar di akhir bulan September setiap tahunnya. Kalau hal itu terjadi, saya merasa ini adalah salah satu hadiah terindah menuju usia emas kemerdekaan nasional, sebagai  jembatan emas menuju Indonesia yang lebih  berbudaya. Astungkara.

Tags: Eka Kurniawanfilmnovelsastra
Previous Post

Open Border | Art Camp 2021 Wianta Foundation di Desa Apuan, Tabanan

Next Post

Tanah Subur dan Air Bersih: Dua Infrastruktur yang Luput Dari Perhatian

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Tanah Subur dan Air Bersih: Dua Infrastruktur yang Luput Dari Perhatian

Tanah Subur dan Air Bersih: Dua Infrastruktur yang Luput Dari Perhatian

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co