30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mencari Mareta | Cerpen Agus Wiratama

Agus WiratamabyAgus Wiratama
August 14, 2021
inCerpen
Mencari Mareta | Cerpen Agus Wiratama

Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna

Seorang bayi telentang di kamar Elvis, kaki mungilnya menendang-nendang udara seolah-olah ingin melompat lalu lari dari ranjang. Tangisannya semakin nyaring di tengah malam, tangannya mengais-ngais, dan lampu kuning memperlihatkan wajah bayi itu: bercak hitam menempel pada pipinya. Elvis mengangkat bayi itu, mengelap bercak hitam, memperhatikan tahi lalat yang seperti kutu pada ujung hidung bayi. Elvis mengenal bayi itu: bayi laki-laki yang belum sempat ia beri nama.

Mulut bayi itu seperti karet: tiba-tiba terlihat lebar, diikuti suaranya yang melengking, seakan ingin membangunkan semua orang. Tapi, Elvis tak ingin seseorang pun mendengar tangisan bayi itu. Ia tak ingin mengganggu tidur tetangga, atau membuat mereka berpikir bahwa Elvis telah menculik bayi. Kejutan itu cukup membuat dadanya terasa berat. Ia tak dapat membayangkan bagaimana caranya bayi itu bisa di sana. Rumah Elvis memang sepi, tapi jendela dan pintu telah terkunci. Meskipun Mareta yang datang, ia mestinya tak akan bisa masuk.

Tiba-tiba sesuatu memecut kepalanya, Elvis meletakkan kembali bayi itu di ranjang. Ia tak lagi peduli pada tangisan bayi. Lalu, ia menyalakan semua lampu. “Jalang! Perempuan jalang!” gumam Elvis dengan gigi gemeretak, memang tak ada yang lebih sial ketimbang menerima kejutan sehabis kerja. Lalu, ia menggeledah seluruh ruangan. Rumah itu tiba-tiba riuh. Suara pantofel memukul lantai kayu seperti suara para tukang sedang bekerja. Dan, seluruh tempat tersembunyi: lemari, meja, kolong ranjang ia periksa. Rumah itu terasa menyimpan ancaman yang tak sepantasnya dilakukan oleh seorang istri.

Tapi, tak ada hal yang mencurigakan. Pintu masih utuh. Jendela masih terkunci. Elvis menuju ruang belakang. Di ruangan itu terdapat sebuah pintu mungil—sesungguhnya untuk anjing peliharaan. Pikirannya mulai menduga-duga, membayangkan istrinya diam-diam masuk melalui lubang itu, lalu meletakkan bayinya di kamar. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu terbentur. Elvis bergegas ke sana.

“Tak salah lagi!” katanya.

Ia mendapati pintu mungil bergoyang-goyang. Tapi, Anjingnya di sana mengibaskan ekor, menjulurkan lidah. Elvis mematung lalu menghela napas panjang.

“Bodoh!” kata Elvis.

Tentu saja anjing itu tak menunjukkan sesuatu. Anjing itu telah akrab dengan Mareta. Tetapi, sebuah sepatu tergeletak di depan anjing cokelat itu. Bercak lumpur menempel di tepi sepatu putih dengan ukuran kaki perempuan, kaki yang mungil, dan Elvis tahu ukuran kaki Mareta.

“Tak ada gunanya,” pikir Elvis.

Perasaan Elvis mulai mereda, sebab bila saja Mareta telah pergi, suatu waktu pasti akan kembali, itu pun kalau yang datang memang betul Mareta. Sementara itu, bayinya masih merengek; tapi Elvis tak punya pengalaman mengurus bayi, dan tak ada susu di rumahnya. Lagi pula, bayi itu pasti merindukan puting ibunya.

Pakaian kerja belum tanggal, pistol masih menempel pada pinggangnya. Ketika meraba benda itu Elvis berkata, “Kepala perempuan itu lebih baik disarangi peluru.” Tapi, Elvis akan bertemu masalah baru bila menarik pelatuk untuk sebuah kepala. Sejak istrinya mulai mengandung, Elvis ingin mencengkram leher perempuan itu. Leher panjang itu tentu akan tampak mengerikan bila dicengkeram, padahal leher itulah yang Elvis sukai, yang ia pikir tak dimiliki oleh perempuan mana pun: leher yang putih, cukup panjang untuk perempuan mungil.

Perempuan itu terlalu berlebihan, setiap malam ia berkata bahwa bayi dalam perutnya menendang-nendang. Mareta terganggu karena itu: ia muntah setiap kaki dalam perutnya menyepak, dan semakin buruk setelah perutnya membesar. Dari caranya muntah, Mareta seolah ingin mengeluarkan janin itu dengan cara apa saja. Bila memungkinkan, barangkali ia akan mengeluarkannya bersama muntahan.

Elvis hampir kehilangan bayinya suatu malam. Ketika itu ia masih bekerja, tapi ia pulang mendahului teman-temannya: Elvis merasa murung, suara-suara mendengung di telinganya, tapi matanya terasa sangat lelah. Ketika teman-temannya melihat Elvis begitu lemas, mereka memaksa Elvis untuk pulang. Tapi, Elvis berkata ia tak apa-apa, karena memang tak ada alasan semua itu terjadi. “Mungkin kau sakit,” kata temannya.

Akhirnya, Elvis pulang lebih dulu. Dan, ia menjumpai rumahnya dalam keadaan gelap. Pintu terkunci. Tak ada yang menjawab panggilannya. Pintu pun didobrak. Ia dapati darah menggenang di lantai. Dan, Mareta telah terkapar. Berkali-kali, dengan berbagai cara, Mareta mencoba mengeluarkan daging yang mengembang di perutnya itu. Karena itu, Elvis mengajak ibu mertuanya tinggal di sana untuk mengawasi Mareta dan kandungannya.

Bayi itu selamat. Elvis sempat melihat bayi itu di ruang bersalin rumah sakit. Elvis berkata dalam hati, “Betapa menyesalnya bayiku tinggal dalam perut perempuan yang ingin membunuhnya, lahir dari rahim seorang yang selalu mengumpatnya.” Tapi, bayi itu betul-betul mirip Mareta, hanya tahi lalat di ujung hidung yang Elvis wariskan. Matanya seperti mata kucing, alis dan rambut yang tebal, dan leher yang mirip leher ibunya: semua itu milik Mareta.

“Perempuan memang menyebalkan,” pikir Elvis. Ia tiba-tiba terkenang masa perempuan itu mengandung.

Gadis itu berbaring, selimut tergumpal di kakinya, ia memunggungi Elvis. Rambut panjangnya terburai pada punggung, melingkar seperti sarang burung dari bunga rumput. Perempuan itu lebih sulit ditaklukkan, lebih lincah daripada tupai di pelepah kelapa bagi pemburu. Menaklukkan perempuan itu layaknya masuk pada sebuah lorong melingkar dengan ribuan celah yang gelap. Bisik-bisik, perempuan itu menyampaikan maksudnya pada Elvis. Tentu, Elvis akan memenuhi apa pun keinginan istrinya, apalagi bila Mareta berkata, “Anakmu yang menginginkannya.”

“Kau keterlaluan!” kata ibu Mareta.

“Bayi ini menginginkannya,” jawab Mareta.

“Tak semestinya perempuan hamil meminta suaminya berburu!”

“Bukan salahku.”

“Semoga ia selamat.”

“Lelaki tangkas mesti selamat.”

“Juga bayimu!”

“Tentu saja.”

Elvis berjalan bersama anjingnya, sambil bersiul meniru suara burung, berharap hatinya tenang. Ia berdusta pada dirinya—cara seperti itu tak pernah ampuh menaklukkan cemas. Jalanan lenggang, tak ada seorang pun di sana. Sebagaimana biasanya, trotoar hanya hiasan kota. Senapan angin digantung pada punggungnya, sepatu botnya masih bersih, senter sesekali mengintip burung di balik cabang pohon perindang jalan. Dan tatapannya tiba-tiba terpaku pada sebuah rumah.

Anjingnya tiba-tiba menuju pagar rumah itu—pagar yang menjulang dengan sebuah rumah yang cukup besar dan terlihat hampir mirip dengan bukit. Elvis tahu rumah tua itu. Maka sembari anjingnya mengangkat sebelah kaki belakang, Elvis memastikan tak ada orang yang melihatnya. Jalanan memang sepi, tapi ia khawatir bila seseorang tiba-tiba menegurnya. Rumah itu cukup besar untuk dihuni tapi terlalu gelap untuk seseorang tinggal di sana. Orang-orang membicarakan rumah itu layaknya rumah penyihir yang harus dijauhi. Elvis mengisap rokoknya, tapi menyapu tatap ke sekeliling, tapi anjingnya terasa terlalu lama di sana.

“Ah… aku mulai gila, suara burung dara kini mendengung di telingaku,” keluhnya dalam hati.

Namun, suara burung itu tetap nyaring. Elvis memejam mata memastikan kebenaran suara burung itu. Telinganya yang mulai memudar membuatnya harus berhati-hati mencari sumber suara burung itu. Tiba-tiba pikiran Elvis berubah, ia memberanikan diri memanjat pagar, untuk memastikan pendengarannya. Ia mendongakkan kepala, dan matanya membesar, dan mulutnya terbuka perlahan: sepanjang halaman rumah itu dipenuhi burung dara. Elvis menggelengkan kepalanya seperti anjing mengibaskan bulunya yang basah.

“Kau memang gila seperti istrimu!” kata ibu Mareta setelah mendengar cerita Elvis.

“Ia tak memberi pilihan lain,” jawab Elvis.

“Seharusnya kau beritahu aku sebelum masakan itu ia makan.”

“Aku tahu apa yang akan kau lakukan.”

“Kuharap kalian baik-baik saja.”

“Tak akan ada orang yang membuatku tak baik-baik saja.”

“Kau tak tahu apa-apa.”

“Apa yang perlu kutahu?”

“Tak ada.”

“Tentu tak ada.”

“Kita sudah basah dan hanya bisa berharap,” jawab ibu Mareta.

Sejak itu, perut Mareta yang buncit tak pernah baik-baik saja. Ia sering merasa mual: mual yang berlebihan. Tak ada kutukan seperti yang diceritakan ibunya, tapi perangai Mareta menjadi menyebalkan. Mulutnya mulai lancang melempar sumpah atau kutukan pada bayi dalam perutnya. Dan ia berkata pada Elvis bahwa ia menyesali makhluk yang tiba-tiba bersarang dan bertambah besar di sana.

Elvis selalu berpegang pada kata-kata mertuanya: “Setiap perempuan hamil memang menyebalkan. Kau harus paham!”

Ah… seharusnya perempuan atau bayi itu tak perlu kembali. Mereka hanya akan membawa Elvis pada hal-hal yang sudah ia lupakan dengan payah. Kini, bayi itu datang diam-diam, dan diam-diam pula membawa Elvis pada masa lalu itu: pertama kali Elvis melihat pipi anaknya yang seperti roti mekar merah.

“Ia mestinya masih di sini,” kata Elvis tiba-tiba.

Kini, Elvis menggendong bayi itu, menggoyang-goyangkannya agar lebih tenang. Ia keliling rumah. Perasaan itu muncul lagi. Mungkin Mareta ingin menemuinya, hanya saja, ia tak punya nyali untuk minta maaf. Elvis menuju beranda rumah. Lampu jalanan begitu terang tapi semak-semak di seberang jalan nampak tetap gelap. Mata Elvis seperti kamera yang membidik gambar, memperhatikan sekeliling, lalu menuju tempat itu.

“Suara itu lagi,” kata Elvis. “Mareta mungkin telah menjadi gila,” lanjutnya. “Atau mungkin ini caranya minta maaf.”

Elvis tak lagi berhasrat mengejar. Mareta tahu betul posisi kamar, dan dia pasti paham cara kabur dari rumah itu. Karena itu, Elvis memutuskan keluar, ke seberang jalan, berdiri di depan semak-semak, di bawah pohon perindang jalan. Lampu jalanan yang terang tetap tak bisa menyinari Elvis dan bayinya. Beruntung, Elvis berhasil membuat bayi itu tidur, atau mungkin karena lelah sehingga bayi itu menyerah lalu diam.

Elvis leluasa melihat rumahnya. Dan, lampu kamarnya masih menyala, gorden telah disingkap, jendela terbuka. Tiba-tiba ia melihat bayangan orang bertopi di dalam kamar itu, tampaknya orang itu bingung. “Tepat, itu pasti Mareta,” kata Elvis. Ia segera lari ke sana, memperhatikan bayangan yang nampaknya sedang mencari sesuatu. Elvis berusaha membuat langkahnya tak bersuara. Tapi, satu kesalahannya adalah tidak melepas pantofel. Ketika menyentuh lantai kamar, suara sepatunya didengar oleh orang itu, sehingga orang itu tampak panik, beberapa benda berjatuhan di sana. Elvis mempercepat langkahnya. Tapi terdengar suara jendela terbentur. Lalu Elvis menuju beranda.

“Dia tidak terlalu cepat,” kata Elvis. Tetanaman di dekat jendela bergerak-gerak. Bergegas tangan kanan Elvis mengeluarkan pistol. Semak itu masih bergoyang-goyang, “Ia di sana,” kata Elvis dalam hati. Moncong pistol mengarah ke semak-semak itu. Perlahan-lahan ia mendekat. Lalu Elvis menyibak semak itu. “Sial. Tak selambat yang kubayangkan!” kata Elvis.

Yang ia jumpai hanya anjingnya yang kini sibuk mengoyak bangkai burung dara. “Tentu saja ini ide Mareta. Perempuan jadah!” ucap Elvis sekali lagi. “Hal yang sama ia lakukan ketika kabur dari ruang bersalin! Ah, perempuan itu memang gila!” [T]

___

BACA CERPEN LAIN

Selamat Malam Cinta | Cerpen IBW Widiasa Keniten
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi IBW Widiasa Keniten | Tombak Bermata Tiga

Next Post

Flores The Singing Island Festival: Memperkenalkan Flores Sebagai Pulau Bernyanyi

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Flores The Singing Island Festival: Memperkenalkan Flores Sebagai Pulau Bernyanyi

Flores The Singing Island Festival: Memperkenalkan Flores Sebagai Pulau Bernyanyi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co