10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hadapi Covid-19 dengan Secukupnya | Catatan Seorang Penyintas

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
August 9, 2021
inEsai
Hadapi Covid-19 dengan Secukupnya | Catatan Seorang Penyintas

Dari lantai dua rumah saya, tempat saya menjalani isolasi mandiri

Ya, Saya positif Sars-CoV2 agen penyebab COVID-19. Deretan huruf berwarna merah di bagian tengah formulir itu dari jauh sudah bisa terlihat jelas dan memastikan status saya saat ini sebagai seorang OTG/GR. Seseorang yang telah terkonfirmasi terinfeksi virus Sars-CoV2 namun dengan gejala minimal seperti yang saya rasakan saat ini, adapun sakit yang saya rasakan cuma demam di sore hari disertai batuk kering.

Akhirnya, semua akan covid pada waktunya, begitu canda seorang teman yang saya kabari kondisi saya. Tak ada kesan meledek di nada bicaranya. Sekedar penyemangat dan membuat saya sadar bahwa positif Covid-19 bukanlah akhir dari segalanya.

Saya termasuk terlambat memeriksakan diri, saya sudah merasa meriang hampir mulai 10 hari yang lalu. Saya sedikit mengabaikannya, karena saya sudah lama sekali tak pernah menderita sakit seperti ini, puluhan tahun mungkin. Saya menerapkan hidup sehat, makan dan tidur teratur di gunung. Olahraga seminggu dua kali di kota. Dengan gaya hidup seperti ini, saya benar benar lupa kapan terakhir minum obat karena influenza, puluhan tahun yang lalu saya pikir. Jadi saya anggap keluhan ini hanya karena kurang tidur, sehingga dibawa tidur nyenyak sehari saja pasti akan hilang dengan sendirinya.

Kamis pagi saya merasa sedikit pusing, sepulang dari kota Negara. Siangnya sepulang kantor sedikit memaksakan diri menyuntik pasien di rumahnya, karena yang bersangkutan tak bisa dibawa ke tempat praktek. Kamis malam langsung tepar, demam sampai pagi. Jumat pagi inisiatif tak ke kantor untuk beristirahat, dan siangnya ambil keputusan untuk pulang saja ke Negara, biar dapat istirahat total tanpa diganggu pasien yang hendak berobat. Di kemudian hari keputusan ini saya syukuri, karena dengan positif-nya saya, kemungkinan hari itu sudah ada virus di tubuh saya, dan kemungkinan terburuk bisa menulari pasien saya, mereka yang datang untuk sembuh, justru jadi sakit karena tertular.

Inisiatif untuk memeriksakan diri datang keesokan harinya. Saat terdengar kabar pasien yang sempat saya periksa di rumah akhirnya dibawa ke rumah sakit, kemudian terkonfirmasi positif Covid-19 hinggga akhirnya meninggal. Jadi saya yang sebelumnya pernah sekamar dengannya untuk memeriksa meski dalam hitungan menit, namun dalam kondisi tidak fit. Maka saya menjadi orang pertama yang mesti ditetapkan sebagai kontak erat dan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan swab antigen/PCR untuk memastikan status covid saya.

Inisiatif lainnya datang sore itu, tiba-tiba saja seorang teman sejawat chat mengabarkan dirinya positif, dengan kadar oksigen darah (saturasi) yang menurut saya cukup mengkhawatirkan. Spontan saya unggah kondisi lengkap yang bersangkutan di grup angkatan kedokteran kami. Dan seperti yang saya duga, teman-teman di kota yang sudah pernah mengalami, maupun yang lebih sering menangani kasus kasus Covid begini segera memaksa dia untuk segera mencari pertolongan, dan saya-lah ujung tombaknya biar dia segera dievakuasi ke RS.

Begitu sigapnya teman-teman saya, malam itu juga yang bersangkutan segera berangkat ke Denpasar, dan kalaupun kondisinya memburuk, sampai perlu dirawat di HCU. Satu ruang HCU sudah disiapkan atas namanya dan siap diisi kapan pun juga. Begitu mungkin manifestasi Jiwa Corza diantara sesama dokter, apalagi yang merasa pernah satu angkatan, 6-7 tahun bersama menempuh pendidikan kedokteran dengan segala suka dukanya.

Kembali ke kasus saya, akhirnya Senin pagi saya berangkat sendiri ke RS. Istri yang rencananya ikut swab, mendadak membatalkan diri. Tunggu hasilnya saya saja, kalau positif baru lanjut kami semua, begitu kilahnya. Dalam 1 jam, karena cuma swab Ag hasil langsung jadi dan positif.

Saat disarankan untuk lanjut periksa PCR, saya menolaknya, saya merasa sakit saat dicolok kedua hidung barusan, jadi saya trauma. Dan yang saya tahu, sensitivitas pemeriksaan swab AG sudah mendekati /hampir 90 % pemeriksaan swab PCR.

Sejenak saya tertegun, menikmati kesialan ini sejenak, coba  menyangkalnya sebentar lalu mulai menerimanya sebagai sebuah kenyataan. Saya duduk sebentar, memikirkan siapa-siapa yang mesti saya telpon untuk kabarkan kondisi saya, istri pasti, yang lain menyusul kemudian. Istri saya telpon, dia cukup terpukul tapi saya besarkan hatinya, dan suruh siapkan diri untuk segera dites juga bersama mertua dan anak-anak yang tinggal serumah.

Teman sekantor saya telpon, dan ternyata mereka juga ada inisiatif untuk swab bersama beberapa orang yang mengalami gejala dan akhirnya ada dua yang positif juga, “Hmm tambah banyak kerjaan nannti nih petugas surveilennya”, begitu pikir saya. Dalam perjalanan pulang saya coba merenung kembali, kira-kira dimana saya bisa terpapar virus ini ya, di kantor, di tempat praktek, di kota atau dimana?

Akhirnya saya simpulkan, kemungkinan besar saya dapatnya di praktek. Di Puskesmas saya jarang periksa pasien karena sudah ada dokter ke 2. Kunjungan pasien ke praktek bulan-bulan ini sangat meningkat, jadi kalau itu diperiksa acak, barangkali akan ditemukan satu atau lebih pasien dengan Covid-19. Kebetulan saat itu perlindungan diri saya kurang optimal dan kondisi badan saya sedang menurun. Jadi virus itu gampang masuk ke tubuh saya.

Saya ingat, akhir-akhir ini cukup sering pergi bolak-balik karena suatu urusan ke Tabanan, Singaraja, Negara. Lebih sering dari biasanya. Olahraga tenis sudah lebih sebulan tak bisa karena lapangan ditutup terkait PPKM. Jadi bisa dibayangkan kebugaran tubuh saya ini. Oya sebagai tanggung jawab sosial saya selaku anggota masyarakat yang melayani masyarakat desa disana, malamnya saya langsung menelpon ketua satgas desa saya. Saya menceritakan kronologis kejadian yang menimpa saya, dan berjanji akan bekerjasama terkait langkah langkah selanjutnya yang diambil desa dalam hal penanganan kasus penyebaran Covid-19 seperti ini.

Cukup sudah saya meratapi diri, hidup harus tetap berjalan, begitu tekad saya. Saat seorang teman menanyakan kebenaran status saya di sebuah grup pertemanan, saya jawab secara diplomatis. Saya punya kabar baik dan buruk kata saya. Kabar buruknya, saya terpapar, dan kabar baiknya, badan dan jiwa saya menolak kalah melawan virus ini, begitu saya menyemangati diri.

Saya mulai menghubungi teman-teman yang saya anggap lebih tahu tentang penanganan kasus Covid-19. Jujur saja, sebagai dokter lapangan, selama ini saya fokus ke pencegahan saja, pengobatan pasien kurang kita pelajari, karena kami anggap sudah ada orang yang lebih kompeten untuk hal itu. Masalah pertama yang kita hadapi adalah banjir informasi, begitu banyak info tentang penanganan covid-19 ini dan kita mesti pintar memilih moda penanganan yang dianjurkan tadi.

Metode menghirup uap hangat yang katanya efektif, justru membuat batuk saya bertambah parah. Satu yang saya pegang pada dasarnya terapi utama adalah terapi penunjang saja, pemakaian anti virus dan antibiotik hanya untuk mereka yang mengalami gejala penyerta yang dirasa berat saja.

Hari pertama saya isolasi mandiri di rumah, sendirian di lantai dua. Makan dan minum dilayani, kamar mandi menggunakan sendiri. Keluhan utama saya adalah batuk yang sangat mengganggu, tak henti-henti, sampai sakit perut karena batuk terus menerus. Obat yang diberikan di rumah sakit hanya berupa vitamin dan antibiotik satu dosis.

Hari berikutnya, semua harus berubah, istri dan dua anak ternyata positif juga. Segera yang belum terpapar diungsikan semua ke rumah mertua. Kami berempat saja di rumah ini, saya tetap di lantai dua sendiri, karena batuk tetap keras, takutnya sedang aktif virus ini. Kebutuhan sehari-hari didukung oleh mertua dan ipar. Pagi sore datang makanan mateng, ipar setiap saat datang untuk belikan obat dan cemilan. Cukup segitu saja kami merepotkan orang lain terkait isolasi yang kami lakukan secara mandiri. Tetangga samping dan belakang rumah mungkin tak tahu kalau kami sedang isoman, kebetulan sekali rumah kami ada di tengah persawahan, cuma ada satu rumah dan satu toko tetangga kami disana.

Gejala utama yang saya rasakan saat terpapar ini adalah demam naik turun, terutama di malam hari, menetap sampai hari ke 10 ini dan biasanya bisa diatasi cukup dengan parasetamol. Obat-obat lain sebagai penunjang adalah vitamin kombinasi yang mengandung vitamin C, vitamin D dan Zinc pada komposisi tertentu.

Gejala lainnya yang sangat mengganggu adalah batuk kering, yang sampai membuat perut sakit, dan bahkan tak bisa memejamkan mata barang sekejap-pun di hari hari awal terpapar. Obat asetilsistein yang cukup bagus, tak cukup membantu. Sampai akhirnya saya minta resep obat jenis tertentu (dilarang sama senior saya), tapi karena tak tahan saya coba minum. Dan terbukti hari berikutnya begitu minum itu, langsung bisa tidur. Tapi saat diminum lagi hari berikutnya, kepala pusing, terasa berputar dan mau muntah, akhirnya muntah. Ternyata itu adalah efek samping obat ini. Terpaksa akhirnya minum obat itu hanya kalau menjelang tidur, biar pusingnya bisa langsung dibawa tidur.

Selain keluhan tadi, hampir tak ada keluhan yang cukup berarti, penciuman masih normal sehingga makan minum apapun masih terasa enak. Istri dan anak hanya mengalami keluhan yang minimal, demam sebentar dan batuk minimal. Untuk mereka cukup obat penunjang dan antibiotik saja, si bungsu yang demam lebih lama, disarankan anti virus juga dalam dosis yang lebih kecil.

Dukungan pihak lain dalam situasi seperti kami saya rasa secukupnya saja. Keluarga terdekat yang selalu bisa dikontak setiap saat itu sudah lebih dari cukup biar kita tak terlalu merepotkan banyak pihak. Jaringan pertemanan medis saya, baik di puskesmas, dinas kesehatan maupun RSU sangat membantu saat diperlukan obat obat khusus yang biasanya susah untuk didapatkan. Bahkan ada obat obat tertentu yang susah dan mahal, bisa saya dapatkan dengan cuma-cuma atas pertolongan teman.

Mudah-mudahan kami segera bisa lepas dari virus ini, sehingga saya bisa beraktivitas kembali di tengah masyarakat. Karena saya menganggap kemarin dapatnya di praktek maka ke depan saya akan coba memperbaiki dan melengkapi sarana perlindungan diri di sana. Saya akan mulai dari penetapan jam praktek, biar saya bisa ada waktu persiapkan diri. Melengkapi tempat cuci tangan dan lebih banyak hand sanitizer. Menyiapkan masker untuk mereka yang tak pakai masker. Memasang lebih banyak lagi ventilasi udara di ruang praktek saya. Melakukan desinfeksi ruangan sehabis pelayanan pasien.

Mungkin seperti itu saja yang bisa saya bagi disini, terpapar Covid bukanlah akhir dari segalanya, Pante Rei, dan semuanya pasti akan berlalu.[T]

Tags: covid 19kesehatanpandemi
Previous Post

Sugantika Lekung | “Udah Gitu Aja!”

Next Post

Demam Gowes di Kota dan Gowes Sampai Demam di Pedesaan

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Demam Gowes di Kota dan Gowes Sampai Demam di Pedesaan

Demam Gowes di Kota dan Gowes Sampai Demam di Pedesaan

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co