2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mendedah Harapan dalam “Sublimasi Rasa” | Tentang Novel Karya Teddy C Putra

Iin ValentinebyIin Valentine
July 29, 2021
inUlasan
Mendedah Harapan dalam “Sublimasi Rasa” | Tentang Novel Karya Teddy C Putra

Novel Sublimasi Rasa karya Teddy C Putra

  • Judul : Sumblimasi Rasa (Novel Pertama dari Dwilogi Rasa)
  • Penulis : Teddy C. Putra
  • Penerbit : Mahima Institute Indonesia
  • ISBN : 978-623-7220-86-2
  • Tebal : xiii + 144 halaman
  • Cetakan pertama : Juni 2021
  • Harga : Rp. 65.000
  • Kontak : 0819-9901-3012 atau 0811-393-6363

____

Sekitar lima tahun lalu saya mengenal Teddy C. Putra. Lebih tepatnya “terpaksa” mengenal karena masa KKN mempertemukan kami dalam satu kelompok. Bersama dua belas kawan lainnya, kami jalani rutinitas selama sebulan lebih di satu posko. Tentu tak mudah untuk menyelaraskan empat belas kepala. Argumen-argumen kecil hingga tegangan yang agak tinggi kerap terjadi. Namun Teddy adalah salah satu yang paling tenang menyikapi.

Saat itu saya mengenal Teddy layaknya mahasiswa biasa yang lurus-lurus saja, yang sepertinya akan menyikapi apa pun yang terjadi padanya atau di sekitarnya, dengan reaksi biasa saja. Tak berlebihan. Kadang hampir tidak bisa dibedakan antara sedang sebal atau tidak, antusias atau tidak. Jarang sekali saya lihat dia dalam versi ekspresif dan menggebu. Tak seperti kawan lainnya. Tak juga seperti image mahasiswa Teknik yang saya bayangkan begitu sangar. Teddy adalah gambaran terbalik dari itu. Teddy yang tak boros kata itu bisa menempatkan dirinya dan mengambil peran ketika dibutuhkan. Misal ketika sedang rapat koordinasi dengan seluruh anggota kelompok KKN, Teddy akan menjadi pemberi pertimbangan ketika kami tak menemukan titik terang.

Namun, di balik sosoknya yang kala itu saya pikir tidak terlalu istimewa, justru malah menjadi awal kenapa saya ingin tetap berinteraksi dengannya. Sejauh yang saya perhatikan, Teddy adalah seorang teman bicara yang baik, walau kami tak mengobrol setiap saat. Diam-diam, ia juga seorang pembelajar yang tekun. Pernah di sebuah kesempatan saat saya masih aktif nge-blog dari posko KKN atau sedang membaca buku di sana, Teddy terlihat tertarik pada aktivitas itu. Mulailah kami mengobrol tentang buku-buku hingga bertukar cerita tentang rutinitas masing-masing sebelum dipertemukan saat KKN.

Berbagai komunitas dan organisasi dia ikuti. Selepas KKN, saya perhatikan dia tetap konsisten melakukannya. Sampai saat ini, ia aktif membangun jejaring di banyak skena, misal stand up comedy, bergabung di organisasi Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), hingga menjadi koordinator komunitas literasi bernama Nalar Mahasiswa dan Pemuda Bali (Narmada Bali). Ide-ide dan pemikirannya kerap saya baca pula melalui media jurnalisme warga di Bali, seperti Tatkala.co dan BaleBengong.id.

Namun, tak sempat saya bayangkan bahwa buku pertamanya adalah buku fiksi bergenre drama. Sebab, tulisan Teddy yang kerap saya baca adalah opini yang menyoroti isu lingkungan, sosial, dan politik dan literasi. Ketika ia sempat membocorkan sedikit tentang rencana rilis buku ini, saya pikir yang ia maksud adalah kumpulan dari opini-opini yang ia tulis di media. Ternyata sebuah kisah dengan seperangkat dilema yang sering kali dihadapi anak muda seusia kami.

Melalui Sublimasi Rasa, pembaca disuguhkan sebuah cerita cinta sepasang kekasih yang akrab dengan keseharian kita. Sehingga, membaca novel karya Teddy ini, tidak perlu sampai mengerutkan dahi akibat berpikir terlalu keras. Kisah dalam novel ini diracik dengan sedemikian rupa sehingga kita –atau setidaknya saya– merasa tergelitik oleh romansa yang dibangun Teddy. Rasa cinta yang digambarkan Teddy pada novel ini kadang terasa dalam, kadang juga terkesan malu-malu. Teddy cenderung menggiring emosi pembacanya dengan sangat pelan. Kadang di beberapa bagian, ia seperti terbata-bata dalam mendeskripsikan sesuatu, sehingga kita akan temui beberapa kali pengulangan. Misal ketika mendeskripsikan suasana dan waktu, dia begitu terpaku pada laku matahari dan bulan, sehingga agak terjebak di sana.

Namun Teddy berhasil menyajikan kisah yang mudah dicerna, tetapi tidak sembarangan. Melalui untaian cerita yang dijalin olehnya, kita bisa lihat upaya Teddy dalam menuangkan pikiran-pikiran kritisnya dalam bahasa yang tidak ndakik-ndakik.

“Kalau ditanya contoh, aku langsung kepikiran sama proyek yang masih belum berjalan secara fisik, tapi secara regulasi sudah berjalan. Proyek reklamasi laut di sisi selatan pulau Bali. Sudah banyak penolakan yang bermunculan, tapi apa pemerintah mendengar penolakan itu?” Nata membalas pertanyaan lawan bicaranya dengan pertanyaan.

Begitu sepenggal dialog dari Nata, tokoh utama laki-laki yang diciptakan Teddy. Sebagai pemuda Bali yang melihat sisi lain pulau ini, Teddy tak berusaha memungkiri bahwa selain Bali yang kita lihat eksotismenya melalui papan-papan iklan berukuran besar, Bali yang katanya Pulau Surga ini juga menyimpan polemik. Aktivisme dan nilai-nilai keberpihakannya dalam novel ini ditunjukkan dengan tidak berapi-api. Tidak ditampilkan dengan tangan yang selalu mengepal, tetapi lebih jadi obrolan santai. Ini adalah salah satu bentuk buah pemikirannya yang ia matangkan beriringan dengan keterlibatannya pada isu itu dan komunitas yang memberi pengaruh di sekelilingnya.

Kemudian puncaknya, ketika Tya, tokoh utama perempuan, merespon Nata.

“Pasti dengar kok, cuma pura-pura tidak lihat ke arah penolakannya. Diabaikan deh,” kembali gelak tawa meledak di antara mereka.

Bagaimana kedua tokoh akhirnya bisa mendedah topik itu dengan santai dan bahkan gelak tawa terhadap sesuatu yang pada dasarnya tidak diharapkan? Inilah ironinya. Getir itu terasa tanpa Teddy harus menekankan dengan berdarah-darah. Bisa jadi, respon Tya dimunculkan sebab pengabaian oleh pemerintah itu telah terjadi berkali-kali, sehingga tak lagi memunculkan keheranan bahkan mengarah ke hal yang sudah biasa terjadi.

Membaca novel setebal 98 halaman ini, seperti mengarungi alam pemikiran Teddy. Saya rasa karya ini sangat lekat dengan dirinya. Bisa kita cermati dalam penggambaran tokoh Nata. Disengaja atau tidak, narasi-narasi tentang Nata dan lakunya yang diwujudkan melalui dialog adalah pantulan dari penulisnya. Nata yang gemar berorganisasi, pembaca buku, dan gaya dialognya, sangat lekat dengan diri Teddy. Namun bukan sebuah narsisme. Melalui narator yang mengambil peran banyak pada novel ini, kita dituntun untuk turut mengenalinya dengan perlahan. Suatu waktu kita akan melihat bagaimana ia yang kikuk dan canggung. Di waktu lainnya, kita akan lihat pula bagaimana ia yang tenang dan tak jarang menahan diri.

Kemunculan tokoh-tokoh yang digambarkan pada novel ini tak dipaksakan. Semua pada porsinya. Teddy juga berhasil membuat Tya di cerita ini sebagai tokoh yang egois. Yang menarik, kesimpulan ini saya dapat bukan karena tokoh lawannya yang meberi cap demikian, tapi lagi-lagi melalui laku tokoh yang bersangkutan.

“Hari ini seharusnya jadi hari yang menyenangkan buatku, tapi setelah mendengar kabar ini, hari yang harusnya menyenangkan menjadi tidak lagi. Terima kasih sudah merusak hariku Nat,” ucap Tya dingin.

“Sebegitu tidak pentingnya aku sampai-sampai Nata tidak memprioritaskan aku?”

Seperti pada penggalan dialog di atas. Teddy berhasil membuat karakter Tya yang tidak siap untuk berkompromi dan beradaptasi ketika apa yang ia harapkan tak bisa terwujud. Banyak hal yang mengejutkan dapat terjadi dalam hidup pun dalam hubungan jarak jauh yang dijalani Tya bersama Nata dalam novel ini. Kejelian Teddy menangkap potensi konflik dalam hubungan semacam ini membuat ceritanya begitu relate dengan pembaca. Walaupun secara personal saya tidak pernah mengalami atau ada di posisi itu, saya tetap bisa merasakan bahwa memang begitulah konflik-konflik yang kerap kali muncul sebagai godaan hubungan yang terbatas jarak.

Namun sebenarnya tak sulit membaca arah cerita pada buku pertama dari Dwilogi Rasa ini. Sebab, kita dituntun dengan sajak pengantar sebagai kisi-kisi apa yang akan terjadi selanjutnya.

Percuma pula untuk disesali

Kopi tetap kuseruput meski tak enak lagi

Ada satu permintaanku kini,

Bisakah kita ulangi besok pagi?

Jangan lupa hadirkan kehangatanmu kembali

Satu sisi Teddy seperti sengaja membuat kita menebak, tapi tetap dibuat pasrah dan mengikuti saja alur yang telah ia buat. Bocoran-bocoran kecil seperti ini tetap menjaga rasa ingin tahu pembacanya hingga mereka akan menemukan jawabannya sendiri. Dalam pelik konflik yang terjadi antara Nata dan Tya di novel ini, harapan, menjadi sebuah kata kunci.

Teddy mencoba mengajak kita tetap optimis sekaligus waspada. Harapan, pasti kita bayangkan dalam versi terbaik dan ideal bagi kita. Tapi ia berusaha mengingatkan bahwa ada elemen-elemen lain yang bisa saja mewujudkan harapan itu sesuai apa mau kita, atau bahkan menghancurkannya begitu saja, menyublim hingga tak lagi bisa kita lihat dan bayangkan. Sehingga, harapan itu juga harus diiringi dengan upaya-upaya. Upaya untuk mewujudkannya, juga upaya untuk mencari jalan lain ketika satu harapan itu tak berjalan seperti apa yang kita rencanakan di kepala, dan upaya untuk menerima jika harapan itu memang bukan untuk menjadi kenyataan kita. Maka jika harapan kau semai, pupuk ia dengan kesungguhan dan kesiapan.

Harapan baginya adalah jalan untuk menghidupkan semangat hidup seorang manusia di tengah berbagai cobaan dalam hidup, tetapi seorang manusia pun harus pandai-pandai menjaga jarak dengan satu hal abstrak yang bernama harapan ini. Karena di momen yang tidak kita duga, harapan dapat menghempaskan manusia ke jurang terdalam dan menciptakan ruang-ruang ingatan mengerikan yang tak bisa dilupakan.

Selamat, sahabatku!

Denpasar, 2021

Tags: BukucintaLiterasinovelnovel remajasastra
Previous Post

Taman Asri Jalanan Bersih| Berterimakasihlah kepada Pak Regen dan Kawan-kawan

Next Post

Ketut Robi | Menata Sampah di Atas Pick-Up pun Perlu Keahlian

Iin Valentine

Iin Valentine

Sedang belajar teater. Suka buku, musik, dan foto. Tinggal di Denpasar

Next Post
Ketut Robi | Menata Sampah di Atas Pick-Up pun Perlu Keahlian

Ketut Robi | Menata Sampah di Atas Pick-Up pun Perlu Keahlian

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co