11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mendedah Harapan dalam “Sublimasi Rasa” | Tentang Novel Karya Teddy C Putra

Iin ValentinebyIin Valentine
July 29, 2021
inUlasan
Mendedah Harapan dalam “Sublimasi Rasa” | Tentang Novel Karya Teddy C Putra

Novel Sublimasi Rasa karya Teddy C Putra

  • Judul : Sumblimasi Rasa (Novel Pertama dari Dwilogi Rasa)
  • Penulis : Teddy C. Putra
  • Penerbit : Mahima Institute Indonesia
  • ISBN : 978-623-7220-86-2
  • Tebal : xiii + 144 halaman
  • Cetakan pertama : Juni 2021
  • Harga : Rp. 65.000
  • Kontak : 0819-9901-3012 atau 0811-393-6363

____

Sekitar lima tahun lalu saya mengenal Teddy C. Putra. Lebih tepatnya “terpaksa” mengenal karena masa KKN mempertemukan kami dalam satu kelompok. Bersama dua belas kawan lainnya, kami jalani rutinitas selama sebulan lebih di satu posko. Tentu tak mudah untuk menyelaraskan empat belas kepala. Argumen-argumen kecil hingga tegangan yang agak tinggi kerap terjadi. Namun Teddy adalah salah satu yang paling tenang menyikapi.

Saat itu saya mengenal Teddy layaknya mahasiswa biasa yang lurus-lurus saja, yang sepertinya akan menyikapi apa pun yang terjadi padanya atau di sekitarnya, dengan reaksi biasa saja. Tak berlebihan. Kadang hampir tidak bisa dibedakan antara sedang sebal atau tidak, antusias atau tidak. Jarang sekali saya lihat dia dalam versi ekspresif dan menggebu. Tak seperti kawan lainnya. Tak juga seperti image mahasiswa Teknik yang saya bayangkan begitu sangar. Teddy adalah gambaran terbalik dari itu. Teddy yang tak boros kata itu bisa menempatkan dirinya dan mengambil peran ketika dibutuhkan. Misal ketika sedang rapat koordinasi dengan seluruh anggota kelompok KKN, Teddy akan menjadi pemberi pertimbangan ketika kami tak menemukan titik terang.

Namun, di balik sosoknya yang kala itu saya pikir tidak terlalu istimewa, justru malah menjadi awal kenapa saya ingin tetap berinteraksi dengannya. Sejauh yang saya perhatikan, Teddy adalah seorang teman bicara yang baik, walau kami tak mengobrol setiap saat. Diam-diam, ia juga seorang pembelajar yang tekun. Pernah di sebuah kesempatan saat saya masih aktif nge-blog dari posko KKN atau sedang membaca buku di sana, Teddy terlihat tertarik pada aktivitas itu. Mulailah kami mengobrol tentang buku-buku hingga bertukar cerita tentang rutinitas masing-masing sebelum dipertemukan saat KKN.

Berbagai komunitas dan organisasi dia ikuti. Selepas KKN, saya perhatikan dia tetap konsisten melakukannya. Sampai saat ini, ia aktif membangun jejaring di banyak skena, misal stand up comedy, bergabung di organisasi Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), hingga menjadi koordinator komunitas literasi bernama Nalar Mahasiswa dan Pemuda Bali (Narmada Bali). Ide-ide dan pemikirannya kerap saya baca pula melalui media jurnalisme warga di Bali, seperti Tatkala.co dan BaleBengong.id.

Namun, tak sempat saya bayangkan bahwa buku pertamanya adalah buku fiksi bergenre drama. Sebab, tulisan Teddy yang kerap saya baca adalah opini yang menyoroti isu lingkungan, sosial, dan politik dan literasi. Ketika ia sempat membocorkan sedikit tentang rencana rilis buku ini, saya pikir yang ia maksud adalah kumpulan dari opini-opini yang ia tulis di media. Ternyata sebuah kisah dengan seperangkat dilema yang sering kali dihadapi anak muda seusia kami.

Melalui Sublimasi Rasa, pembaca disuguhkan sebuah cerita cinta sepasang kekasih yang akrab dengan keseharian kita. Sehingga, membaca novel karya Teddy ini, tidak perlu sampai mengerutkan dahi akibat berpikir terlalu keras. Kisah dalam novel ini diracik dengan sedemikian rupa sehingga kita –atau setidaknya saya– merasa tergelitik oleh romansa yang dibangun Teddy. Rasa cinta yang digambarkan Teddy pada novel ini kadang terasa dalam, kadang juga terkesan malu-malu. Teddy cenderung menggiring emosi pembacanya dengan sangat pelan. Kadang di beberapa bagian, ia seperti terbata-bata dalam mendeskripsikan sesuatu, sehingga kita akan temui beberapa kali pengulangan. Misal ketika mendeskripsikan suasana dan waktu, dia begitu terpaku pada laku matahari dan bulan, sehingga agak terjebak di sana.

Namun Teddy berhasil menyajikan kisah yang mudah dicerna, tetapi tidak sembarangan. Melalui untaian cerita yang dijalin olehnya, kita bisa lihat upaya Teddy dalam menuangkan pikiran-pikiran kritisnya dalam bahasa yang tidak ndakik-ndakik.

“Kalau ditanya contoh, aku langsung kepikiran sama proyek yang masih belum berjalan secara fisik, tapi secara regulasi sudah berjalan. Proyek reklamasi laut di sisi selatan pulau Bali. Sudah banyak penolakan yang bermunculan, tapi apa pemerintah mendengar penolakan itu?” Nata membalas pertanyaan lawan bicaranya dengan pertanyaan.

Begitu sepenggal dialog dari Nata, tokoh utama laki-laki yang diciptakan Teddy. Sebagai pemuda Bali yang melihat sisi lain pulau ini, Teddy tak berusaha memungkiri bahwa selain Bali yang kita lihat eksotismenya melalui papan-papan iklan berukuran besar, Bali yang katanya Pulau Surga ini juga menyimpan polemik. Aktivisme dan nilai-nilai keberpihakannya dalam novel ini ditunjukkan dengan tidak berapi-api. Tidak ditampilkan dengan tangan yang selalu mengepal, tetapi lebih jadi obrolan santai. Ini adalah salah satu bentuk buah pemikirannya yang ia matangkan beriringan dengan keterlibatannya pada isu itu dan komunitas yang memberi pengaruh di sekelilingnya.

Kemudian puncaknya, ketika Tya, tokoh utama perempuan, merespon Nata.

“Pasti dengar kok, cuma pura-pura tidak lihat ke arah penolakannya. Diabaikan deh,” kembali gelak tawa meledak di antara mereka.

Bagaimana kedua tokoh akhirnya bisa mendedah topik itu dengan santai dan bahkan gelak tawa terhadap sesuatu yang pada dasarnya tidak diharapkan? Inilah ironinya. Getir itu terasa tanpa Teddy harus menekankan dengan berdarah-darah. Bisa jadi, respon Tya dimunculkan sebab pengabaian oleh pemerintah itu telah terjadi berkali-kali, sehingga tak lagi memunculkan keheranan bahkan mengarah ke hal yang sudah biasa terjadi.

Membaca novel setebal 98 halaman ini, seperti mengarungi alam pemikiran Teddy. Saya rasa karya ini sangat lekat dengan dirinya. Bisa kita cermati dalam penggambaran tokoh Nata. Disengaja atau tidak, narasi-narasi tentang Nata dan lakunya yang diwujudkan melalui dialog adalah pantulan dari penulisnya. Nata yang gemar berorganisasi, pembaca buku, dan gaya dialognya, sangat lekat dengan diri Teddy. Namun bukan sebuah narsisme. Melalui narator yang mengambil peran banyak pada novel ini, kita dituntun untuk turut mengenalinya dengan perlahan. Suatu waktu kita akan melihat bagaimana ia yang kikuk dan canggung. Di waktu lainnya, kita akan lihat pula bagaimana ia yang tenang dan tak jarang menahan diri.

Kemunculan tokoh-tokoh yang digambarkan pada novel ini tak dipaksakan. Semua pada porsinya. Teddy juga berhasil membuat Tya di cerita ini sebagai tokoh yang egois. Yang menarik, kesimpulan ini saya dapat bukan karena tokoh lawannya yang meberi cap demikian, tapi lagi-lagi melalui laku tokoh yang bersangkutan.

“Hari ini seharusnya jadi hari yang menyenangkan buatku, tapi setelah mendengar kabar ini, hari yang harusnya menyenangkan menjadi tidak lagi. Terima kasih sudah merusak hariku Nat,” ucap Tya dingin.

“Sebegitu tidak pentingnya aku sampai-sampai Nata tidak memprioritaskan aku?”

Seperti pada penggalan dialog di atas. Teddy berhasil membuat karakter Tya yang tidak siap untuk berkompromi dan beradaptasi ketika apa yang ia harapkan tak bisa terwujud. Banyak hal yang mengejutkan dapat terjadi dalam hidup pun dalam hubungan jarak jauh yang dijalani Tya bersama Nata dalam novel ini. Kejelian Teddy menangkap potensi konflik dalam hubungan semacam ini membuat ceritanya begitu relate dengan pembaca. Walaupun secara personal saya tidak pernah mengalami atau ada di posisi itu, saya tetap bisa merasakan bahwa memang begitulah konflik-konflik yang kerap kali muncul sebagai godaan hubungan yang terbatas jarak.

Namun sebenarnya tak sulit membaca arah cerita pada buku pertama dari Dwilogi Rasa ini. Sebab, kita dituntun dengan sajak pengantar sebagai kisi-kisi apa yang akan terjadi selanjutnya.

Percuma pula untuk disesali

Kopi tetap kuseruput meski tak enak lagi

Ada satu permintaanku kini,

Bisakah kita ulangi besok pagi?

Jangan lupa hadirkan kehangatanmu kembali

Satu sisi Teddy seperti sengaja membuat kita menebak, tapi tetap dibuat pasrah dan mengikuti saja alur yang telah ia buat. Bocoran-bocoran kecil seperti ini tetap menjaga rasa ingin tahu pembacanya hingga mereka akan menemukan jawabannya sendiri. Dalam pelik konflik yang terjadi antara Nata dan Tya di novel ini, harapan, menjadi sebuah kata kunci.

Teddy mencoba mengajak kita tetap optimis sekaligus waspada. Harapan, pasti kita bayangkan dalam versi terbaik dan ideal bagi kita. Tapi ia berusaha mengingatkan bahwa ada elemen-elemen lain yang bisa saja mewujudkan harapan itu sesuai apa mau kita, atau bahkan menghancurkannya begitu saja, menyublim hingga tak lagi bisa kita lihat dan bayangkan. Sehingga, harapan itu juga harus diiringi dengan upaya-upaya. Upaya untuk mewujudkannya, juga upaya untuk mencari jalan lain ketika satu harapan itu tak berjalan seperti apa yang kita rencanakan di kepala, dan upaya untuk menerima jika harapan itu memang bukan untuk menjadi kenyataan kita. Maka jika harapan kau semai, pupuk ia dengan kesungguhan dan kesiapan.

Harapan baginya adalah jalan untuk menghidupkan semangat hidup seorang manusia di tengah berbagai cobaan dalam hidup, tetapi seorang manusia pun harus pandai-pandai menjaga jarak dengan satu hal abstrak yang bernama harapan ini. Karena di momen yang tidak kita duga, harapan dapat menghempaskan manusia ke jurang terdalam dan menciptakan ruang-ruang ingatan mengerikan yang tak bisa dilupakan.

Selamat, sahabatku!

Denpasar, 2021

Tags: BukucintaLiterasinovelnovel remajasastra
Previous Post

Taman Asri Jalanan Bersih| Berterimakasihlah kepada Pak Regen dan Kawan-kawan

Next Post

Ketut Robi | Menata Sampah di Atas Pick-Up pun Perlu Keahlian

Iin Valentine

Iin Valentine

Sedang belajar teater. Suka buku, musik, dan foto. Tinggal di Denpasar

Next Post
Ketut Robi | Menata Sampah di Atas Pick-Up pun Perlu Keahlian

Ketut Robi | Menata Sampah di Atas Pick-Up pun Perlu Keahlian

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

    Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

    by Putu Gangga Pradipta
    May 11, 2025
    0
    Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

    PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

    Read more

    Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

    by Karisma Nur Fitria
    May 11, 2025
    0
    Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

    PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

    Read more

    Enggan Jadi Wartawan

    by Edi Santoso
    May 11, 2025
    0
    Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

    MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

    Read more
    Selengkapnya

    BERITA

    • All
    • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
      “Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

      “Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

      May 8, 2025
      Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

      Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

      May 7, 2025
      Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

      Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

      April 27, 2025
      Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

      Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

      April 23, 2025
      Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

      Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

      April 22, 2025
      Selengkapnya

      FEATURE

      • All
      • Feature
      • Khas
      • Tualang
      • Persona
      • Historia
      • Milenial
      • Kuliner
      • Pop
      • Gaya
      • Pameran
      • Panggung
        Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
        Pameran

        Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

        JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

        by Nyoman Budarsana
        May 11, 2025
        Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
        Pameran

        Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

        INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

        by Nyoman Budarsana
        May 10, 2025
        “Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
        Panggung

        “Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

        SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

        by Nyoman Budarsana
        May 6, 2025
        Selengkapnya

        FIKSI

        • All
        • Fiksi
        • Cerpen
        • Puisi
        • Dongeng
          Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

          Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

          May 11, 2025
          Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

          Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

          May 11, 2025
          Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

          Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

          May 11, 2025
          Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

          Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

          May 10, 2025
          Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

          Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

          May 10, 2025
          Selengkapnya

          LIPUTAN KHUSUS

          • All
          • Liputan Khusus
            Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
            Liputan Khusus

            Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

            SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

            by Jaswanto
            February 28, 2025
            Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
            Liputan Khusus

            Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

            SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

            by Made Adnyana Ole
            February 13, 2025
            Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
            Liputan Khusus

            Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

            BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

            by Jaswanto
            February 10, 2025
            Selengkapnya

            ENGLISH COLUMN

            • All
            • Essay
            • Fiction
            • Poetry
            • Features
              Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

              Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

              March 8, 2025
              Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

              Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

              November 30, 2024
              The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

              The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

              September 10, 2024
              The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

              The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

              July 21, 2024
              Bali, the Island of the Gods

              Bali, the Island of the Gods

              May 19, 2024

              TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

              • Penulis
              • Tentang & Redaksi
              • Kirim Naskah
              • Pedoman Media Siber
              • Kebijakan Privasi
              • Desclaimer

              Copyright © 2016-2024, tatkala.co

              Welcome Back!

              Login to your account below

              Forgotten Password?

              Retrieve your password

              Please enter your username or email address to reset your password.

              Log In
              No Result
              View All Result
              • Beranda
              • Feature
                • Khas
                • Tualang
                • Persona
                • Historia
                • Milenial
                • Kuliner
                • Pop
                • Gaya
                • Pameran
                • Panggung
              • Berita
                • Ekonomi
                • Pariwisata
                • Pemerintahan
                • Budaya
                • Hiburan
                • Politik
                • Hukum
                • Kesehatan
                • Olahraga
                • Pendidikan
                • Pertanian
                • Lingkungan
                • Liputan Khusus
              • Kritik & Opini
                • Esai
                • Opini
                • Ulas Buku
                • Ulas Film
                • Ulas Rupa
                • Ulas Pentas
                • Kritik Sastra
                • Kritik Seni
                • Bahasa
                • Ulas Musik
              • Fiksi
                • Cerpen
                • Puisi
                • Dongeng
              • English Column
                • Essay
                • Fiction
                • Poetry
                • Features
              • Penulis

              Copyright © 2016-2024, tatkala.co