2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Perbawa Pepohonan, “Purwa Jiwa” Hingga “Purna Jiwa”

Putu Suweka Oka SugihartabyPutu Suweka Oka Sugiharta
July 11, 2021
inOpini
Perbawa Pepohonan, “Purwa Jiwa” Hingga “Purna Jiwa”

Foto ilustrasi: Peed Aya dalam Pesta Kesenian Bali 2021 | Foto Dok Disbud Bali

  • Artikel ini Juara 1 dalam Lomba Penulisan Opini pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 2021

Dalam tata kehidupan Manusia Bali pepohonan seringkali dikaitkan dengan dunia pikiran (kayun). Barangkali karena pada pikiran terdapat begitu banyak citra yang menyerupai lebatnya vegetasi dalam hutan. Selain itu pikiran juga merupakan alat untuk mengidentifikasi dunia, dengan demikian tidaklah berlebihan jika kehidupan dinyatakan baru benar-benar paripurna apabila kayun berfungsi baik.

Sementara daun (don) pepohonandi Bali menyimbolkan tujuan-tujuan dari kehidupan. Dalam mitologi yang berkembang di Bali salah satu sumber mukjizat dilambangkan dengan juuk linglang. Mirip dengan kalpa-taru atau kalpa-vrksa dalam tradisi India yang juga ditafsirkan sebagai pohon hasrat. Pohon ini dilukiskan mampu memenuhi segala keinginan manusia, termasuk menghidupkan orang mati.

Dalam kesenian wayang yang berkembang di Jawa maupun Bali terdapat simbol berbentuk pohon bernama kayonan yang utamanya digunakan untuk mengawali atau mengakhiri suatu lakon. Penyimbolan ini tentu tidak sederhana, melainkan berasal dari penafsiran level tinggi. Insan hebat yang mengkonsepkan kayonan pastilah menyadari penuh bila dunia flora merupakan pendahulu sekaligus faktor penting yang dapat memicu akhir ekosfer.

 Apabila dugaan JLA Brandes sahih bahwa wayang kulit merupakan salah satu jenis peninggalan kebudayaan Indonesia asli, berarti pemuliaan pohon yang diwakili oleh kayonan juga merupakan tradisi yang sangat tua.

Bali memang bukan merupakan satu-satunya tempat yang memuliakan roh tumbuh-tumbuhan. Membanggakannya Bali menjadi salah satu tempat yang masih memberikan asuhan layak bagi hak-hak pepohonan, sebab pemuliaan tersebut merambah dimensi tata laku. Tentunya tempat yang memberikan penghormatan sepenuh hati semacam itu sudah tidak banyak lagi di muka bumi.

Hampir pada setiap tempat di Bali dapat dengan mudah ditemui pohon-pohon berbalutkan kain khusus, diperlengkapi dengan tempat pemujaan, serta dibanjiri persembahan dari hari ke hari. Dalam ajaran Hindu, agama yang dianut oleh mayoritas Manusia Bali memang terdapat keyakinan jika tumbuh-tumbuhan dipenuhi keterbatasan.

Tumbuh-tumbuhan hanya memiliki eka pramana (satu jenis kekuatan hidup), tidak seperti binatang yang memiliki dua kekuatan (dwi pramana) atau manusia yang memiliki tiga kekuatan (tri pramana). Meskipun semenjak belia Manusia Bali diajarkan tentang sifat ‘terbatas’ yang dimiliki dunia flora namun tidak menyurutkan ketekunan mereka untuk tetap melakukan pemuliaan.

Menjadi jelaslah bila ideologi yang dianut Manusia Bali telah melampaui tataran fisikal. Mereka tidak dengan ceroboh menganggap diri superior hanya karena merasa memiliki kekuatan hidup yang lebih lengkap. Bagi Orang Bali pramana cuma kekuatan hidup turunan karena masih memicu perbedaan-perbedaan.

Citra yang berbeda-beda sendiri hanyalah pengaruh dari azas-azas kebendaan (prakrti). Sebagaimana segmen Tuhan yang dinamai Jiwatman pada manusia dan Sthawara pada tumbuh-tumbuhan. Sedangkan dalam keberadaannya yang murni kekuatan-kekuatan hidup yang ada pada setiap makhluk dianggap berasal dari sumber tunggal.

Sesungguhnya ajaran filosofis tentang esensi daya hidup yang tunggal (purwa jiwa) merupakan sesuatu yang sangat rumit untuk diurai dan disebarluaskan di lingkungan awam. Menariknya di Bali ajaran tersebut telah membaku dalam rutinitas dan menyebar dengan masiv. Bahkan Orang Bali tiada pernah bergeming tatkala terus menerus menerima ejekan sebagai penyembah pohon. Tentunya keteguhan semacam itu tidak diperoleh dengan instan.

Keteguhan tersebut bisa jadi merupakan penanda sifat pemaaf dan tenggang rasa yang tertempa dengan matang. Jikalau latihan melihat pepohonan sebagai bagian yang tiada berbeda dari dirinya saja telah tuntas, pastinya menganggap manusia lain sebagai saudara jauh lebih mudah. Atas dasar homogenitas kekuatan hidup yang hakiki pula Manusia Bali tidak memandang pepohonan hanya sebagai komoditas yang bisa dieksploitasi sekehendak hati.

Dalam beberapa kasus Orang Bali demikian segan mengakui pepohonan bahkan yang ditanamnya sendiri sebagai miliknya. Pada beberapa kasus si penanam tiba-tiba mengambil jarak tegas dengan pohon yang ditanam dan dipelihara dengan kerja kerasnya semenjak benih. Penyebab pengambilan jarak lazimnya karena suatu pohon diyakini telah ditempati oleh kuasa-kuasa adikodrati. Umumnya pohon-pohon yang menimbulkan sensasi semacam itu sejenis pule, bingin, kepah, kepuh, kuda, dan semacamnya.

Dalam tuturan lokal di Bali pohon-pohon tersebut dikisahkan terlahir dari kreasi Dewa Siwa dan Shakti (kekuatannya). Kalaupun penebangan atau pemindahan akhirnya harus dilakukan maka mestilah mengikuti tatacara yang rumit seperti menyertakan sarana ritual dan pemimpin upacara yang mumpuni. Para tetua seringkali berpantang untuk menanam pepohonan keramat di areal pekarangan. Tentunya karena mereka tidak ingin mendapatkan masalah di kemudian hari. Pada kepercayaan Orang Bali masalah itu dilukiskan sebagai pemali.

Berbeda halnya jika pepohonan keramat tersebut tumbuh di luar pekarangan maka akan ditafsirkan sebagai berkat yang mesti disambut dengan sukacita. Pada keadaan demikian pula pepohonan dapat berkembang dengan maksimal tanpa banyak terganggu oleh aktivitas-aktivitas manusia. Bahkan Orang Bali memandang keberadaan pohon-pohon keramat sebagai indikator kemakmuran dan keamanan suatu wilayah.

Kisah-kisah tentang matinya pasar dan lumpuhnya ekonomi masyarakat pasca ditebangnya pohon beringin yang tumbuh disana tidak hanya tersiar dari satu tempat. Demikian pula meranggas atau matinya pohon beringin yang berada di dekat suatu pusat pemerintahan tradisional (puri) acapkali dijadikan pertanda jelang mangkatnya pemimpin-pemimpin yang dicintai rakyatnya.   

Pemahaman akan modal pokok kehidupan (purwa jiwa) dalam Masyarakat Bali yang bergantung pada pepohonan ternyata kompatibel dengan temuan-temuan sains, kendatipun cara pengungkapannya berbeda. Sains memandang jika pohon adalah penghasil oksigen yang merupakan kebutuhan manusia paling vital. Manusia normal hanya sanggup berpuasa napas sekitar satu menit. Apabila kekurangan oksigen maka manusia akan mengalami hipoksia yang dapat berlanjut pada kematian.

Dalam kondisi normal saja manusia membutuhkan sekitar 0,5  kg oksigen perhari. Sementara sebatang pohon mampu menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari. Berarti sebatang pohon mampu mencukupi kebutuhan oksigen setidaknya untuk dua orang. Oksigen yang memadai menyebabkan pembakaran gula pada sel dapat berjalan dengan baik. Para ahli menemukan bila pertemuan antara gula dan oksigen akan menghasilkan Adenosine Tri Phospate yang selanjutnya menjadi sumber kekuatan utama bagi kinerja sel.

Sementara sel sendiri merupakan awal sekaligus penjaga bentuk tubuh. Janin terbentuk ketika satu sel sperma berhasil menembus sel telur. Ketika pembuahan terjadi sel-sel tersebut dengan cepat membelah diri hingga berkembang mencapai triliunan pada manusia dewasa.Oksigen yang diperlukan manusia tidak saja dalam kuantitas namun juga kualitasnya. Pencemaran pada udara dapat pula menyebabkan penurunan kinerja tubuh. Dalam hal ini pepohonan mampu mengurangi pencemaran terutama dengan menyerap karbon dioksida (CO2).

Belakangan budaya pemuliaan pohon di Bali mulai didera regresi yang signifikan. Penyebabnya mulai dari yang bernuansa ideologis hingga praktis. Bali hanyalah pulau kecil kurang dari 6.000 kilometer persegi, tentu kepungan perubahan dari berbagai arah merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Sebagai pembanding, pada empat dasa warsa yang lampau proses kremasi dalam Masyarakat Bali masih memanfaatkan kayu bakar. Terdapat beberapa kayu penting dalam proses tersebut seperti jroti, dapdap wong, kemit, dan sebagainya.

Ketika itu Orang Bali masih demikian tekun menanam dan menjaga kayu-kayu tersebut sebab jelang kremasi masing-masing warga banjar dibebani urunan kayu. Tatkala kremasi digantikan kompor, jenis-jenis kayu ini kian sulit ditemui meskipun sejatinya masih dibutuhkan sebagai pelengkap ritual. Dalam doanya Orang Balipun jadi kian sering memohon permakluman atas kurangnya sarana upacara tersebut. Sayangnya mereka lupa menginsafi perbuatan-perbuatannya ketika mengeksploitasi pepohonan secara berlebihan.

Malahan pohon-pohon usia dini semakin masiv ditebang terutama untuk membeli hasil-hasil produksi kaum kapitalis yang menawarkan rekreasi semu seperti smartphone. Anak-anak muda lebih sering berdiam dalam kamarnya, asyik menonton pohon-pohon virtual yang hanya menjadi pelengkap tampilan e-sports. Sementara yang lainnya mengobati rasa rindunya kepada hutan dengan merawat bonsai tanaman langka dalam rumahnya yang dirasakan semakin sempit. Bisa jadi bonsai yang mereka tanam adalah jenis yang dahulu ditabukan oleh para tetuanya.     

Pada kaki Gunung Batur, Kintamani, suatu kawasan yang disebut-sebut menjadi tempat bermukimnya golongan penduduk Bali Pendahulu (Bali Mula) lazim dijumpai orang-orang yang dengan rendah hati menamai klannya dengan nama-nama pepohonan. Lagi-lagi mereka seolah-olah merasakan pepohonan sebagai sumber kelahiran sekaligus pengasuh segenap dirinya. Hal ini juga menandakan budaya menghormati pepohonan telah dimiliki oleh penghuni awal Pulau Bali. Tentu saja keputusan untuk memelihara pepohonan tinimbang merusaknya berakar dari proses belajar yang sangat panjang.

Selain itu di Bali hutan disebut-sebut menjadi tempat utama bagi persemayaman keangkeran (madurgama). Pada masa lampau hanya orang-orang berhati suci dan pelaku pengendalian dirilah yang diperkenankan untuk bermukim dalam hutan. Hal ini mengindikasikan adanya upaya serius untuk melindungi unsur-unsur berharga dalam hutan yang memicu keserakahan pada diri orang-orang yang tidak memiliki keteguhan pikiran.

Sementara orang-orang dengan pikiran terkendali yang diperkenankan memasuki hutan pastilah telah memiliki empati terhadap dunia flora. Terkait dengan empati kepada pepohonan termuat kisah dalam Lontar Taru Pramana ketika Mpu Kuturan mesti merendahkan hati, penuh kesantunan membangun dialog dengan beragam flora.

Apa yang dilakukan Mpu Kuturan memang masih diteruskan oleh Orang Bali melalui prosesi ngatag. Disana seolah terjadi dialog antara manusia dengan pepohonan. Sayangnya kini nuansa dialogis itu dominan bertahan dalam tataran ritual simbolik belaka. Buktinya sebagian besar ‘lawan bicara’ Mpu Kuturan dalam Lontar Taru Pramana sudah sangat sulit untuk ditemui.

Kiranya demikian mendesak dialog penuh empati dengan pepohonan untuk kembali dibudayakan. Melalui dialog semacam itu manusia menjadi urung untuk membinasakan pepohonan bila tak ingin turut binasa. Sebagaimana simbol pikiran dan pemenuhan segala keinginan yang tercermin dalam pohon-pohon mitologis.

Menariknya di Bali menyebar luas alur cerita yang memiliki kemiripan tentang orang-orang yang gagal mendapatkan juuk linglang. Dalam semua versi cerita penyebabnya disebutkan karena keserakahan. Versi-versi cerita itu sejatinya membawa pesan jika yang harus dipikirkan manusia ketika melihat pepohonan bukanlah memanfaatkannya sebagai alat penukar segala keinginan, melainkan menyadari bahwa segala kedamaian pikiran bersandar pada kelestarian dunia flora.

Apabila dunia flora punah tentu unsur vital untuk bertahan hidup (purwa jiwa) juga turut musnah. Pastinya ketika manusia memiliki keterkendalian pikiran laksana telah terpenuhi segala keinginannya. Bila telah didasari oleh pemahaman yang demikian, kesempurnaan hidup (purna jiwa) akan dapat dicapai. [T]

Tags: lingkunganPesta Kesenian BalipohonSeni
Previous Post

Narkoba, Kerajaan Neraka dengan Gerbang Surga

Next Post

Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [1]

Putu Suweka Oka Sugiharta

Putu Suweka Oka Sugiharta

Nama lengkapnya I Putu Suweka Oka Sugiharta, S.Pd.H.,M.Pd.,CH.,CHt. Lahir dan tinggal di Nongan, Rendang, Karangasem. Kini menjadi dosen dan terus melakukan kegiatan menulis di berbagai media

Next Post
Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [1]

Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [1]

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co