21 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gunung Argo Lasem dan Daun Pisang yang Bergerak Sendiri

A. Zulfa MuntafabyA. Zulfa Muntafa
June 22, 2021
inTualang
Gunung Argo Lasem dan Daun Pisang yang Bergerak Sendiri

Saat matahari mulai terik, kami kembali ke tenda untuk membuat sarapan.

Kami berdua sudah siap berangkat. Persiapan tenda, kompor, matras, dan lain-lain telah kami kemas di tas carrier milik Arifin; hanya tinggal menunggu satu teman kami, Irul. Rencananya kami bertiga akan menaiki Gunung Argo Lasem yang kebetulan juga berada di kota kami sendiri, di Jawa Tengah. Ketinggiannya sekitar 806 mdpl yang mana memang tidak terlalu tinggi, tapi lumayan untuk berlibur barang sebentar dari hiruk-pikuk aktivitas yang melelahkan.

Setelah Irul datang, kami segera bergegas dengan mengendarai dua motor, Irul solo rider dengan motor gede-nya sementara aku dibonceng Arifin menggunakan matic. Di antara kami bertiga, hanya Irul yang belum pernah naik gunung sama sekali sedangkan aku dan Arifin sudah beberapa kali bahkan sempat satu rombongan waktu di Gunung Prau. Sekarang hampir pukul tujuh malam.

Dari rumah Arifin, sebenarnya hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam hingga sampai di basecamp—karena memang tidak terlalu jauh—tapi saat di jalan kami mampir mencari beberapa barang pritilan dan sempat kebingungan menentukan jalur. Jadilah kami baru tiba di sana sekitar jam sembilan malam. Sampainya di basecamp, kami segera memarkirkan motor dan petugas di situ tiba-tiba saja berujar,

“Jam segini kok baru sampai, Mas?” tanyanya entah sekadar basa-basi atau memberi semacam ‘peringatan’.

“Iya, Mas, tadi sibuk,” jawab Irul sekenanya sambil memasang senyuman nanar.

Mas-mas petugas itu membalas dengan senyum tipis lalu menyodorkan kertas lalu berkata, “Ini karcis parkirnya, Mas.”

Sesudah membayar parkir, kami mampir di masjid desa itu yang kebetulan searah dengan jalur puncak untuk melaksanakan salat Isya’ sembari mengisi air di beberapa botol kosong yang sudah kami bawa sejak awal untuk persediaan di atas nanti.

Kira-kira pukul setengah sepuluh malam, pendakian pun dimulai. Kami berjalan santai dan tidak terlalu ngoyo sambil mengobrolkan hal-hal yang sebetulnya tidak penting—lagi pula hanya untuk mengisi kekosongan. Beruntungnya di sini masih ada sinyal walaupun sedikit sehingga kami sempatkan mendengarkan beberapa lagu agar tidak bosan. Sesekali kami berhenti sejenak beristirahat dan mengisap sebatang-dua batang rokok. Baru setelah dirasa cukup, kami melanjutkan pendakian.

Setelah menempuh kira-kira setengah perjalanan, kami kemudian melihat dua buah makam di tepi jalur pendakian. Kedua makam itu bersebelahan. Kenapa tiba-tiba ada kuburan? pikirku. Dari sini perasaanku mulai tidak enak. Rasanya aku sangat ingin mengeluh dan protes kenapa tidak diberitahu sejak awal kalau ada makam di sini.

Ditambah lagi tampak ayunan lusuh yang menggantung di pohon besar tepat di samping makam itu—yang tentu saja menambah suasananya jadi makin tidak mengenakkan. Namun aku berusaha berpikir positif dan berharap semoga tetap aman-aman saja; tidak terjadi sesuatu yang ‘mengerikan’.

Berpose di Gunung Argo

Kami lantas meneruskan pendakian hingga tidak terasa ternyata sudah sekitar jam dua belas malam dan jalur pendakian mulai curam, pertanda puncak sudah dekat. Jadi kami memutuskan untuk beristirahat agak lama, sekitar 15-20 menit, sembari ngudud dan bersenda-gurau kecil. Sesudahnya, kami kembali melanjutkan perjalanan dan akhirnya kami sampai di puncak sekitar pukul setengah satu dini hari. Dihitung-hitung, perjalanan dari basecamp hingga sampai di puncak menghabiskan waktu 3 jam.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kami pun segera mengambil beberapa gambar menggunakan ponsel kami masing-masing dibantu dengan senter milik Irul yang dibawanya. Maklum saja, malam-malam begini di puncak gunung tentu sangat minim cahaya. Selesai berfoto-foto, kami pun mendirikan tenda.

Kami hanya membawa satu tenda single layer yang sebenarnya untuk kapasitas dua orang tapi kami tempati bertiga. Tak apalah, lagi pula suhunya juga tidak terlalu dingin. Sesudah tendanya jadi, aku bertanya pada dua temanku itu,

“Mau pada buat kopi dulu apa langsung tidur?”

“Tidur aku, Zul. Lempok,” jawab Arifin.

“Kalau mau langsung tidur nggak apa-apa, Rif, aku tak ngopi dulu. Perutku juga lapar. Mau goreng-goreng nugget juga kayaknya seru,” sahut Irul.

Karena belum terlalu capek, aku pun ikut si Irul menyeduh kopi dan menggoreng beberapa potong nugget. Baru setelah kopi dan nugget selesai kami nikmati, segeralah kami tidur dengan niat bangun pagi untuk melihat sunrise.

Sekitar pukul lima pagi, kami bertiga sudah terjaga kemudian bersiap sembahyang Subuh lebih dulu. Baru setelah itu, kami mencari beberapa titik yang kami anggap bagus untuk berfoto-foto lagi. Tampak juga ada beberapa monyet yang bersembunyi di balik pohon-pohon. Dapatlah kami jepretan-jepretan yang lumayan.

Menuju puncak

Saat matahari mulai terik, kami kembali ke tenda untuk membuat sarapan. Sesudah jadi, kami nikmati hasil masakan kami sendiri sambil berbincang-bincang mengobrol ke sana ke mari; tidak jelas juntrungannya. Tapi suasana seperti inilah yang membuat kami betah di gunung. Tenang, damai, dan nyaman. Waktu tiba-tiba menunjukkan sekitar pukul setengah sembilan dan ternyata makanan kami masih tersisa namun tidak ada dari kami yang bersedia menghabiskan. Jadi kami berikan saja pada gerombolan monyet yang sepertinya memang menunggu sisa makanan kami.

Sebenarnya aku juga cukup kaget kalau di sini masih banyak monyet yang berkeliaran. Tapi tidak apa-apa juga. Mereka tidak mengganggu. Kami lalu mengemasi tenda dan membersihkan sampah-sampah. Seperti semboyan petualang, jangan meninggalkan apa pun kecuali jejak, jangan mengambil apa pun kecuali gambar, jangan membunuh apa pun kecuali waktu. Akhirnya kami pun turun.

Seperti saat naik, kami turun sambil mengobrolkan sesuatu yang receh dan mendengarkan lagu-lagu. Sesekali kami bertemu beberapa warga sana yang sedang mencari pakan untuk ternak mereka.

“Mari, Pak,” kataku ketika berpapasan.

“Iya, Mas, monggo,” jawab mereka dengan senyuman hangat dan khas.

Namun ketika sudah dekat dengan basecamp, Arifin tiba-tiba menegurku,

“Zul!” panggilnya dengan raut wajah serius.

Ada apa si Arifin kok tiba-tiba begitu? tanyaku dalam hati. Belum sempat aku menjawabnya, dia langsung menyodorkan pertanyaan,

“Kamu ingat saat kita terakhir istirahat di jalur yang hampir sampai puncak itu, Zul?”

“Iya. Kenapa, Rif?”

“Semalam itu ada pohon pisang di belakangmu. Daunnya itu bergerak-gerak sendiri lho, Zul, padahal tidak ada angin,” kata Arifin sambil mencontohkan gerakan daun itu dengan tangannya. “Pohon-pohon di sekitarnya juga diam semua,” sambungnya.

“Ah, serius kamu?” sanggahku agak tidak percaya.

“Iya, Zul. Aku semalam juga melihatnya,” sahut Irul menyela.

Seketika kami terdiam dan percakapan kami akhiri sampai situ saja sambil tetap berjalan turun. Berarti benar kata Arifin, gumamku dalam hati. Kata orang-orang, pohon pisang memang salah satu tempat yang disukai pocong. Kalau saja semalam si Arifin langsung memberitahu kami, pasti pendakiannya jadi berantakan. Untung saja dia baru bercerita ketika sudah hampir tiba di bawah. Alhamdulillah. [T]

Rembang,  April 2021.

Tags: Gunung ArgoJawa TengahMendaki Gunungpecinta alamperjalananpetualangan
Previous Post

Panggung Seni Tradisi | Okokan Nangluk Merana di Tanah Lot

Next Post

Misteri “Tapa Mentas” di Nusa Penida | Mitos atau Fakta?

A. Zulfa Muntafa

A. Zulfa Muntafa

Lahir pada 29 April tahun 2000 di Kemadu—Sulang, Rembang, Jawa Tengah. Beberapa karyanya sudah pernah dimuat di Kompas, tatkala.co, blog Ismaro Tuban, situs Cerpenmu.com, dan beberapa media digital lainnya. Saat ini, penulis berstatus sebagai mahasiswa di program studi Pendidikan Bahasa Arab UIN Walisongo Semarang.

Next Post
Misteri “Tapa Mentas” di Nusa Penida | Mitos atau Fakta?

Misteri “Tapa Mentas” di Nusa Penida | Mitos atau Fakta?

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor
Persona

I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor

“Nu medagang godoh?” KETIKA awal-awal pindah ke Denpasar, setiap pulang kampung, pertanyaan bernada mengejek itu kerap dilontarkan orang-orang kepada I...

by Dede Putra Wiguna
May 21, 2025
Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan
Panggung

Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan

CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025....

by Nyoman Budarsana
May 20, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co