10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mendengar “Haunted Psycho Notes” dari Kanekuro | Dari Kesehatan Mental ke Kesehatan yang Lain

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
June 17, 2021
inUlasan
Mendengar “Haunted Psycho Notes” dari Kanekuro | Dari Kesehatan Mental ke Kesehatan yang Lain

Kanekuro | Foto Dok Kanekuro

Kanekuro adalah sebuah band bergendre post punk/dark surf. Band ini beranggotakan empat orang truna-truni (dibaca; muda-mudi). Di antaranya ada Andre Tovan sebagai vokal, Gesta di gitar, Hendra Ginting di bass, dan Rio di Drum. Muda-muda ini berdomisili di kota Denpasar, sudah diketahui bahwa Denpasar sebagai ibu kota Bali menjadi pusat sebagai segala bentuk apa pun termasuk pemasaran band.

Kanekuro termasuk sebuah band yang bisa dikatakan membawa warna baru dalam skena band di Denpasar bahkan Bali. Beberapa waktu lalu band ini sempat merilis single keduanya berjudul, “Haunted Psycho Notes”. Dirilis berbarengan dengan musik video di kanal YouTube Skullism Records yang sekaligus menjadi label musik untuk band Kanekuro. Disutradarai oleh Ayu Dian Ningrat. DOP dan Editor oleh Dharma Krisnahardi a.k.a Omen.

Isu Kesehatan Mental

Tapi sebelum sampai di isi, mari telisik sedikit bagaimana sebuah karya selalu berdampingan dengan keresahan-keresahan sang penciptanya. Semisal pada karya single kedua Kanekuro, sang vokalis Andre Tovan mengatakan bagaimana dia tertarik oleh isu kesehatan mental. Isu yang sangat dekat dengan lingkaran dan kehidupan anak muda.

Kanekuro dalam bayangan saya adalah sebuah band yang memang ingin menyentuh ruang-ruang kecil lingkaran tongkrongan di kalangan umurnya. Sebab beberapa lagu-lagu sebelumnya memang tidak terlihat bagaimana Andre sebagai pentolan dalam band Kanekuro, tidak memiliki semacam kecendrungan ingin mendramatisir terlalu berlebih soal tradisi atau budaya tempat tinggalnya sendiri.

Andre malah memilih sedikit keluar dari ranah itu, tapi tidak benar-benar keluar. Masihlah isu yang dibawakan berada pada jalur terpinggir dalam keseharian realitas tempat tinggalnya di Bali. Akhirnya isu itu bersifat lebih luas dan memiliki kesepakatan kolektif yang skalanya lebih luas juga.

Kanekuro termasuk band yang progressive masuk ke panggung-panggung di Denpasar, saya termasuk aktif juga menyaksikan Kanekuro. Saya berusaha mencoba menggunakan perspektif sebagai pendengar dan penikmat musik. Sehingga saat ingin mengulas-pun saya rasa tidak memiliki hak sama sekali berbicara soal gendre atau kualitas segi musik mereka. Sebab jujur saja saya tidak memiliki ketajaman dalam hal itu, saya merasa memiliki kuping yang bersih sebagai pendengar musik. Ya, walaupun naifnya kalimat itu saya katakan hanya untuk menutupi ketidaktahuan saya soal musik.

Akhirnya saya memilih untuk menepi, dan mengambil dimensi lain dalam “Haunted Psycho Notes”. Bahwa saya sangat percaya sebuah karya dapat dibedah dengan lapisan kesekian.

Bagaimana ketika Andre mengambil isu kesehatan mental sebagai dasar fokus dalam karya terbaru bersama bandnya. Yang artinya isu itu hidup dan ada dalam keseharian menjadi hal yang lumrah sekaligus tabu. Ketika saya mencoba mendekati isu itu dan mencari lebih dalam lagi, ternyata kesehatan mental memiliki segala jenis cabang bentuk penyakitnya. Tapi akarnya adalah kesehatan mental itu sendiri. Pengkatagorian yang dibuat oleh ahli kejiwaan mental (psikiater) ternyata juga harus detail dan membaca ulang bagaimana latar belakang dari si pengidap penyakit itu.

Penyakit mental menjadi hal yang rancu pada satu sisi, sebab pada gejala awalnya tidak memberikan tanda-tanda pada fisik. Kadangkala, ini yang menjadikan bagaimana gejala awal orang dengan pengidap gangguan mental dianggap biasa saja, apalagi ditambah ketertutupan pengidap itu sendiri.

Sering menyendiri, membebani diri sendiri dengan pikiran berlebih, sedikit berbicara, pandangan jauh, perasaan yang berubah-ubah adalah segala contoh awal gejala salah satu penyakit mental.

Tapi kemudian bagaimana langkah sebagai pengidap dan orang yang mengetahui mengambil sikap? Sebab pada realitasnya masyarakat masih menganggap jika datang ke psikiater adalah orang yang sudah memiliki gangguan kejiwaan yang sudah akut. Padahal sejatinya belum sampai pada tahap itu, stigma-stigma masyarakat ini yang akhirnya mempengaruhi pengidap semakin parah.

Dan sayangnya lagi bagaimana orang terdekat juga memiliki stigma berlebihan. Padahal tanpa diketahui bahwa gejala-gejala awal itu malah terlahir dari lingkungan kolektif terkecil. Semisal keluarganya dan lingkungan sekitar, yang kemudian disilangkan oleh keadaan yang sedang mengendap dalam dirinya seperti masalah pekerjaan, akademik, religi bahkan percintaan. Persilangan-persilangan tekanan itu yang kemudian memberikan dampak pada kesehatan mental.

Andre pernah mengatakan, “Bahwa di budaya barat sana sesuatu hal yang seperti ini sudah menjadi gaya hidup yang ‘keren’ di kalangan remaja.” Memang, budaya menjadi tolok ukur dalam menilai seberapa krusialnya isu kesehatan mental.

Di negara maju sana kelainan mental dianggap “keren” terlebih misalnya jika pengidapnya adalah idola. Seperti Syd Barret vokalis dari band Pink Floyd, Kurt Cobain – Nirvana, Ian Curtis – Joy Division dan musisi lainnya. Stigma itu menjadikan pemikiran budaya negara maju membentuk sebuah standar kekerenan tersendiri, begitu menurut Andre.

Kalau dipikir-pikir iya juga sih, bagaimana orang di negara maju sana individual itu sudah sangat jelas terlihat. Beda dengan di budaya kita, yang masih perlu adanya kolektifitas bermasyarakat. Saya malah terbayang, ndak ada tuh orang di negara maju kalau lewat depan orang rame nundukin badan sambil bilang “punten”. Sendiri-sendiri aja sudah “ci ci, cang cang”, ruang-ruang ketika sendiri itu yang memicu melunjaknya gangguan mental yang diamini sendiri.

Lirik yang Memang Menghantui

Sepertinya terlalu jauh ngarul-ngidul dari “Haunted Psycho Notes”. Tapi ya memang begitulah sejatinya, kalau dilihat dari judul dan lirik memang sangat haunted (menghantui).

Bahkan saya setelah mendengarkan materi dan sempat ngobrol cerita-cerita sama Andre saya malah terhantui oleh diri sendiri, sebab ada gejala-gejala kecil itu melekat pada saya. Bahkan saya meyakini hal itu ada dalam setiap orang, bagaimana dihantui oleh tekanan sosial sendiri, faktor lingkungan bahkan konteks religius pribadi. Yang memberikan efek agak menakutkan ketika dipikirkan ulang, saya sampai harus memaksakan diri mengalihkannya ke hal lain.

Saya rasa Kanekuro berhasil mengangkat isu itu ke permukaan, bagaimana Kanekuro mengemas itu menjadi sebuah gambaran repetitive yang menakutkan dan terus terulang di telinga secara musikal dan visual. Dengan suara vokal yang mengambang jauh, bass yang kental jauh terdengar, gitar yang nyaring dan ketukan drum yang kuat, seperti memerintahkan tubuh untuk menunduk dan menuruti kemauan pikiran. Walaupun melakukan hal yang sarkas sekalipun kepada tubuh, itu digambarkan oleh Kanekuro menggunakan narasi-narasi seperti potongan tangan, kresek hitam besar berisikan mayat, lalu itu dikonsumsi. Dan teks sarkas lainnya.

Itu adalah hal yang berada pada ruang awang-awang seseorang ketika menghayal terlalu jauh tentang seseorang yang mungkin tidak ia sukai. Biasanya, dia akan berpikir menjadi segala cara untuk mewujudkan hal yang ada dalam pikirannya. Sekali lagi, meskipun itu dalam bentukan yang sarkas dan sangat jauh dari kenyataan.

Kemudian hal yang juga menjadi perhatian dan pertanyaannya, pada waktu bagaimana dan moment seperti apa tempat yang tepat mendengarkan single terbaru dari Kanekuro berjudul “Haunted Psycho Notes” ini? Hahahaa.

Masih tidak terbayang bagaimana dan obrolan apa yang ada dalam tiap proses kreatif band ini. Kalau didengar musik semacam ini walaupun baru dan menarik di telinga, sejatinya sangat jauh pada keseharian telinga orang Bali.

Apakah band ini memang membangun karakter pendengarnya begitu saja, dileburkan begitu saja ke publik? Dan membiarkan hal itu tersaring dengan sendirinya? Atau memang akhirnya pembacaan tentang audiens itu menjadi hal yang harus dipisahkan dari karakter band itu sendiri.

Proses Kreatif dan Catatan-catatan

Saya melihat bahwa band itu tidak bisa muncul ke permukaan dengan begitu saja. Audiens itu juga butuh narasi kecil tentang hal di balik band itu sendiri. Walaupun kesannya terlihat begitu gawat, ya kenyataannya memang begitu. Apalagi, katakanlah, ketika dianggap membawa warna baru dalam skena musik. Narasi-narasi dan ke mana arah band itu harus dibangun seiringan, harus memang ada orang dalam hal itu. Siapa yang merekam dan mencatat bagaimana tiap proses yang telah dilalui salah satu band.

Catatan itu menjadi penting untuk mendatangkan massa dan pendengar yang baru, tulisan dan catatan semacam menjadi jalan pintas pendengar baru untuk menyusul ketertinggalan kepada orang yang sudah lama mengikuti dan merekam jejak sebuah band.

Ya kalau hanya bicara lewat karya saja sih bisa dan sah-sah saja, tapi itu hanya memberikan angin lalu bagi pendengarnya. Tidak ada dialegtika yang terbangun. Saya sangat percaya bahwa tulisan dan catatan menjadi ruang yang sangat pribadi antara yang punya karya dan pendengarnya.

Lewat tulisan dan catatan pendengar menjadi merasa dekat dengan band itu, sebab dia bisa membaca sekilas tentang dapur band yang sedang “membuatnya resah”.

Sikap sebuah band akhirnya memang harus dipaksa untuk dibangun secara professional dari segala apapun. Apalagi ketika sudah bekerja dengan label, yang artinya ruang lingkup band tersebut semakin luas. Itu akan mendatangkan para pendengar yang baru. Dan akan ada pendegar tidak sengaja mendengar bebunyian yang aneh baginya. Tugas sebuah band adalah menjaga antusias dan rasa penasaran pendengarnya.

Mungkin ya segitu saja sih, dari tadi saya nyeloteh seolah sudah paling paham dunia kesehatan mental terus sok menjadi penasehat dalam sebuah kelompok musik. Padahal tadi katanya hanya pendengar dan penikmat musik yang berkuping bersih.

Ya, tapi itulah, bagi saya menghargai dan benar antusias terhadap sebuah band sepertinya menulis adalah cara memberikan feedback kepada band itu sendiri. Gimanain men, aku ndak bisa apa.

Kanggoin ulasan ala-ala curhatan aja. Siapa tau ada yang disetujui, bisa menjadi bahan bakar baru dalam berproses ke depannya. Kalau tidak ada, ya tidak juga bisa dipaksakan.

Jika teman-temab berkenan berikut saya sertakan link video musik Kanekuro – Haunted Psycho Notes, sangat cocok untuk disaksikan terutama untuk kaula muda yang jenuh dengan musik yang begitu-begitu saja. Salam. [T]

Tags: Kanekurokesehatankesehatan jiwamusik
Previous Post

Wa Cening dari Les | Ketekunan & Kesetiaan Sejak Belia pada “Lengis Tanusan”

Next Post

Gli Azzurri dan Jhumpa Lahiri

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Gli Azzurri dan Jhumpa Lahiri

Gli Azzurri dan Jhumpa Lahiri

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co