14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tradisi “Masambetan” di Nusa Penida di Ambang Punah

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
June 5, 2021
inOpini
Tradisi “Masambetan” di Nusa Penida di Ambang Punah

Jika saya menderita sakit panas (waktu kecil), orang tua saya tidak pernah terlalu cemas. Tidak seperti orang tua zaman sekarang. Sungguh. Kedua ortu saya tak pernah  panik mencarikan obat penurun panas apalagi mengantar saya ke medis. Mereka cukup mengajak saya masambetan (pengobatan tradisional) ke balian. Sorenya masambetan, tengah malam atau pagi harinya, panas langsung ambyar (turun). Saya pun dapat beraktivitas seperti semula.

Bukan sulap, bukan sihir. Anak-anak kampung di Nusa Penida, dekade 90-an ke bawah pasti merasakan jasa tukang sambet (balian) tersebut. Pasti pernah menggunakan jasa tukang sambet untuk menurunkan sakit panasnya—dan merasakan betapa dahsyatnya efek masambetan dalam menurunkan sakit panas.

Padahal, metode pengobatannya sangat sederhana. Cukup menggunakan sarana suna (bawang putih) dan jangu, yang dibawa oleh keluarga pasien. Kemudian, suna jangu dikunyah oleh sang balian sampai halus. Hasil kunyahan ini disimbuhkan (disemburkan) di atas kepala si pasien. Persisnya di atas ubun-ubun dan sekitarnya.

Selanjutnya, sang balian memegang kepala sang pasien sedikit kuat sambil memejamkan mata seperti berkonsentrasi penuh. Sementara, bibirnya berkomat-kamit mengucapkan mantra setengah berbisik.

Akhir mantra ditandai dengan gerakan memijat-mijat (oleh kedua tangan sang balian) hampir ke seluruh bagian kepala si pasien. Gerakan memijatnya bervariasi mulai dari tekanan halus/ ringan, sedang hingga berpower (cukup kuat). Prosesi memijat ini berlangsung dalam hitungan menit.

Jadi, tidak ada ritual memasukan sesuatu (obat) ke dalam tubuh si pasien. Misalnya meminum sejenis loloh atau ramuan yang lain. Sama sekali tidak ada. Dari pengalaman dan pengamatan saya, murni menggunakan teknik pengobatan luar yaitu kombinasi simbuh, mantra dan pijatan.

Namun, efeknya tidak diragukan lagi. Dalam hitungan beberapa jam, sakit panas langsung turun. “Ya, paling karena faktor sugestilah.” Awalnya, saya juga berpikir demikian. Lama-kelamaan, saya malah berpikir lain. Saya meyakini bahwa ada korelasi ilmiah (rasionalitas) antara metode mesambetan dalam menyembuhkan sakit panas.

Sayangnya, sampai sekarang saya belum menemukan korelasi ilmiah tersebut. Saya malah berpikir bahwa kasus ini cocoknya dikaji (PR) oleh kaum peneliti terutama dari kalangan pakar usadha, ahli saint, dan agama. Mereka pasti dapat menemukan titik temu antara kandungan suna jangu, energi mantra dan efek pemijatan di kepala dalam menurunkan sakit panas. 

Jika dilihat dari tekniknya, tradisi masambetan ini sangat aman karena tidak ada ritual atau prosesi yang aneh-aneh kepada pasien. Tidak ada prosesi memasukan sesuatu ke dalam tubuh si pasien. Tidak ada rangkaian proses yang mengancam atau membahayakan si pasien. Pun praktik dalam mengeksekusi pasien bersifat terbuka.

Biasanya, sang balian mengobati pasiennya di amben atau halaman rumah secara terbuka. Semua keluarga pasien yang hadir dapat menyaksikan secara penuh. Karena itulah, prosesi mesambetan biasanya pada sore hingga malam hari. Namun, ada juga beberapa keluarga pasien mendatangi sang balian pada pagi hari.

Di tempat saya, pekerjaan tukang sambet murni “mapitulung”. Sang balian sama sekali tidak mendapatkan penghasilan dari jasanya. Bayangkan, semua keluarga pasien yang datang berobat hanya membawa sarana simbuh saja. Tidak ada yang membawa canang sari apalagi sesari.

Meskipun murni pelayan sosial, keberadaannya cukup banyak. Hampir di setiap kompleks perumahan atau perkampungan di NP, ada saja orang yang bisa “nyambetin”. Mereka biasanya dari kalangan yang tahu sastra (baca-tulis), umumnya jero mangku. Namun, ada pula dari kalangan masyarakat biasa, bahkan dari kalangan orang yang sama sekali tidak mengenal sastra (di kampung saya disebut balian petengan).

Pengkaderannya juga tergolong cukup stabil. Artinya, tidak pernah sampai putus regenerasi. Ada saja generasi-generasi tumbuh sebagai penerus balian sambet ini. Saya tidak tahu persis bagaimana generasi balian sambet ini bertumbuh. Apakah ada kaitannya dengan faktor keturunan, perguruan, pawisik, otodidak atau kombinasi lebih dari satu faktor.

Yang jelas eksistensinya kuat di tengah masyarakat. Penggunaan jasanya oleh masyarakat sangat tinggi. Puncaknya sekitar akhir tahun 90-an. Padahal, praktik bidan, mantri/ perawat dan dokter sudah ada di NP—tetapi eksistensinya masih terbatas.

Tradisi Masambetan Kian Meredup

Memasuki tahun 2000-an, tradisi masambetan mulai meredup. Penggunaan jasa balian sambetan ini, semakin berkurang. Ego modernitas masyarakat NP mulai menggeliat. Metode tradisional mesambetan kian ditinggalkan pendukungnya. Mungkin dianggap kuno, kolot, premitif, syirik, klenik, kurang higienis, kurang praktis dan sejenisnya.

Karena itu, ketertarikan masyarakat terhadap tradisi mesambetan kian memudar. Ketika sakit panas, masyarakat lebih memilih pergi ke puskesmas, praktik mantri atau praktik dokter. Atau membeli obat penurun panas di warung-warung obat terdekat. Dari sinilah, awal mulanya praktik mesambetan semakin tak populer.

Redupnya pamor tradisi masambetan bertambah parah ketika puskesmas-puskesmas di NP terus mengalami revitalisasi dari pemerintah. Pemerintah terus mendorong pemodernan fasilitas medis, SDM, pelayanan, termasuk sistem dan lain sebagainya.

Revitalisasi dan pemodernan ini kian menggeser mindset masyarakat ke pengobatan modern. Segala jenis penyakit termasuk sakit panas di bawa ke medis. Masyarakat seolah-olah meragukan metode mesambetan. Sebaliknya, metode pengobatan medis semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Dominasi kepercayaan masyarakat ini terus mengalami progres positif seiring dengan stimulus revitalisasi puskesmas di NP. Belakangan, kian dipertajam lagi dengan keberadaan Rumah Sakit Pratama Gema Santi di NP. Rumah sakit yang berdiri pada penghujung tahun 2017 ini mendapat sambutan baik dari masyarakat NP.

Sebagai kecamatan kepulauan, keberadaan rumah sakit sudah lama menjadi impian masyarakat NP. Karena itu, eksistensi rumah sakit Pratama Gema Santi dianggap cukup representatif. Apalagi, kini rumah sakit Pratama sudah naik kasta menjadi RSUD Gema Santi Nusa Penida. Ke depan, tentu pencapaian ini akan menstimulus pemda Klungkung, Dinas Kesehatan dan pihak rumah sakit untuk menggapai tipe yang diidealkan.

Keberadaan puskesmas dan rumah sakit yang representatif tersebut setidaknya lebih menguatkan eksistensi pengobatan modern (medis) dan sekaligus kian memodernkan “pola pikir berobat” masyarakat NP.

Karena itu, tradisi mesambetan nyaris hilang dan dilupakan oleh pendukungnya. Walaupun beberapa generasi tua hingga sekarang masih menggunakan jasa masambetan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Ilmu pengobatan warisan leluhur ini tinggal menunggu waktu lenyap dari permukaan.

Tentu tidak lama. Sebab hingga kini, saya belum melihat ada upaya penyelamatan terhadap warisan leluhur ini. Penyelamatan bukan berarti ajeg mempertahankan kemurnian metodenya. Justru mesti ada tindakan pemodernan terhadap metode dan teknik mesambetan tersebut. Tekniknya mesti dikembangkan dan diadaptasikan sehingga dapat diterima oleh masyarakat modern sekarang.

Mungkin tukang sambet, masyarakat dan terutama desa adat di NP sudah memiliki pemikiran ke arah tersebut. Ah, Anda mungkin menganggap pemikiran ini lucu. Tak apalah. Akan tetapi, apa salahnya jika tradisi mesambetan tetap eksis berdampingan dengan metode pengobatan medis. Tentu akan menjadi variatif, bukan?

Masyarakat ditawarkan lebih dari satu opsi atau alternatif pengobatan. Namun, otoritas pilihan tetap ada di tangan masyarakat. Bukankah ini lebih baik? Dibandingkan membiarkan warisan mesambetan ini punah oleh pola pikir masyarakat modern NP yang sesungguhnya liberal. [T]

___

BACA artikel lain tentang Nusa Penida dari penulis Ketut Serawan

Di Nusa Penida, Ada Gadis Menikah dengan Halilintar
Tags: baliNusa Penidapengobatanpengobatan tradisional
Previous Post

Yennu Ariendra dalam “A-Z Sampai Tuntas” | Identitas dan Ekosistem dalam Skena yang Blur

Next Post

Laki Bali Turun Selera? | Tentang Udeng dan Lain-lain

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Laki Bali Turun Selera? | Tentang Udeng dan Lain-lain

Laki Bali Turun Selera? | Tentang Udeng dan Lain-lain

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co