Dahulu kala ada sepasang suami istri tinggal di pinggiran danau. Suami istri tersebut mempunyai seorang anak laki-laki bernama Anung. Anung merupakan anak yang rajin. Anung selalu membantu kedua orang tuanya dalam mengolah lahan pertaniannya. Di samping rajin, Anung sangat menyayangi binatang. Setelah selesai membantu kedua orang tuanya, Anung pergi ke danau.
Suatu ketika Anung melihat seekor kodok yang kurus. Kodok itu terus memandangi Anung. Anung mendekati kodok tersebut dan membawanya pulang. Sesampai di rumah, Anung menaruh kodok tersebut di taruh dalam toples. Setiap hari Anung memberi makan lalat, nyamuk dan serangga lainnya. Anung berharap kodok tersebut betah tinggal di rumahnya.
Anung begitu terkejut ketika bangun pagi, kodoknya tidak ada di dalam toples. Anung mencari kodok itu di sekeliling rumahnya namun Anung tidak menemukan kodok itu. Tanpa pikir panjang, Anung pergi ke danau. Anung menelusuri pinggiran danau dengan harapan dia bertemu dengan kodoknya. Hampir seharian Anung mencari kodok itu sehingga Anung merasa ngantuk. Anung akhirnya tertidur pulas di pinggiran danau.
Melihat Anung tertidur, kawanan kodok mendekatinya dan bertanya-tanya mengapa ada manusia tidur di pinggir danau. Semakin lama jumlah kodok semakin banyak. Kodok-kodok tersebut mengelilingi Anung.
“Kita apakan anak ini?” tanya Kodok Gendut.
“Kita gotong saja, kasihan dia, nanti dimakan buaya.”
“Kita biarkan saja.”
“Begini saja, kita lapor pada raja kita.”
Begitu akan melapor pada raja, datanglah kodok yang pernah dipelihara oleh Anung. Kodok itu dipanggil Kodok Kurus.
“Jangan melapor dulu. Raja kita lagi sibuk ngurus kodok-kodok yang berkelahi tadi malam. Dan jangan khawatir, teman-teman, anak inilah yang menangkapku beberapa hari yang lalu.” kata Kodok Kurus.
Mendengar pengakuan kodok itu, kodok yang lain menjawab dengan serentak.
“Kita tangkap anak ini, kita tangkap, tangkap, tangkap!”
Suasana di pinggir danau menjadi riuh karena bunyi kodok sehingga Anung terbangun dari tidurnya. Dia sangat terkejut. Ada ribuan kodok mengelilinginya. Anung berusaha lari tetapi kodok yang pernah dipeliharanya mendekati Anung.
“Jangan takut, kodok-kodok ini adalah temanku.”
“Kamu ke sini mau mencariku bukan?”
Anung mengangguk.
“Mengapa kau mencariku?”
“Aku merasa kesepian di rumah tanpamu.” sahut Anung.
“Aku pulang karena aku rindu pada orang tuaku dan teman-temanku.”
“Aku merasa kesepian di rumahmu. Aku ingin bernyanyi tetapi tidak ada yang menemani.”
“Sekarang apa maumu?”
“Aku ingin membawamu ke rumahku,” sahut Anung.
“Aku mau dengan syarat kamu harus tinggal bersamaku beberapa bulan untuk belajar bernyanyi.”
“Bagaimana caranya ?” tanya Anung.
Kodok itu segera pergi dan beberapa saat kodok tersebut membawa sebuah rompi. Rompi itu mirip kulit kodok.
“Kamu pakai rompi ini. Ini rompi ayahku.“
“Ayahku dulu sebagai tokoh yang dihormati.”
Anung segera memakai rompi pemberian si kodok. Tidak beberapa lama, Anung berubah menjadi seekor kodok. Anung melompat dengan lincah. Dia tampak gembira.
“Ayo Anung kita menghadap raja. Aku harus memperkenalkan kamu kepada raja kodok.
Anung dan kodok tersebut segera menghadap raja. Sesampai di istana, Anung heran. Istana kerajaan kodok begitu megah. Raja kodok sedang duduk dan didampingi oleh petinggi pejabat kerajaan.
“Siapa yang kau bawa?” tanya raja kepada Kodok Kurus.
“Ini teman saya, Paduka. Dia adalah manusia. Saya telah memberi rompi ayahku supaya dia bisa masuk ke kerajaan Paduka.”
“ O ya baik.” sahut Raja
“Siapa namamu?” tanya raja kepada Anung.
“Saya bernama Anung, Paduka.” sahut Anung
“Apa tujuan kamu ke sini, Anung? “ tanya raja.
“Saya ingin mengajak teman saya si Kodok Kurus agar tinggal bersama saya di rumah saya.” kata Anung.
“ Kodok Kurus, kamu bersedia tinggal di rumah Anung?” tanya raja.
“Saya bersedia, Paduka, tetapi dengan syarat Anung mau belajar menyanyi seperti masyarakat kodok.” kata Kodok Kurus
“Kamu bersedia, Anung?” tanya raja.
“Bersedia, Paduka.” kata Anung.
“Ajari dia bernyanyi, Kodok Kurus.” pinta raja.
Setelah mendapat izin dari raja, Kodok Kurus mengajak Anung untuk bertemu ibunya. Di sepanjang perjalanan, Anung terheran-heran melihat keindahan kerajaan kodok. Kerajaan kodok begitu indah. Pepohonan tumbuh subur dan menghijau. Air danau dan sungai sangat jernih.
Masyarakat kodok sangat ulet bekerja. Mereka saling membantu antar sesama. Mereka hidup rukun dan segala perselisihan diselesaikan dengan baik. Mereka sangat disiplin. Apabila ada diantara mereka terbukti melakukan kesalahan, setiap anggota masyarakat siap menerima hukuman. Mereka taat pada aturan yang telah disusun oleh pimpinan mereka.
Akhirnya Anung tiba di rumah temannya. Mereka disambut oleh ibu Kodok Kurus. Ibunya sangat senang Kodok Kurus mengajak temannya bermain ke rumahnya. Setiap malam Anung diajari bernyanyi. Tidak terasa Anung sudah dua bulan tinggal di kerajaan kodok. Anung sudah pintar bernyanyi. Suatu saat Anung teringat pada ibunya. Dia berkeinginan untuk kembali ke rumahnya. Anung minta izin kepada temannya.
“Aku akan kembali ke rumahku besok.”
“Kamu rindu kepada ibumu, Anung?” tanya Kodok Kurus.
“Ya aku rindu kepada ibuku. Ibuku pasti mencariku ke mana-mana.”
“Ya, begitu juga dengan aku. Aku juga rindu kepada ibuku ketika berada di rumahmu. Nah, sekarang silakan kamu pulang, Anung. Aku antar kamu sampai perbatasan kerajaan.”
Anung meminta izin untuk pulang kepada ibu Kodok Kurus. Anung dan temannya segera menuju perbatasan. Sesampainya di perbatasan Kodok Kurus meminta Anung untuk melepas rompi yang dipakainya. Seketika Anung berubah menjadi manusia.
“Kamu telah berubah wujud sebagai manusia.” kata Kodok Kurus.
“Kalau aku rindu bertemu kamu bagaimana caranya?” kata Anung.
“Kamu kan sudah pintar bernyanyi. Kamu datang ke danau dan nyanyikan lagu yang aku ajari. Aku dan teman-temanku akan menemui kamu,” sahut Kodok Kurus.
“Baik, aku sekarang menemui ibuku. Selamat tinggal sahabat.” Kata Anung.
Anung melanjutkan perjalanannya. Tidak beberapa lama, Anung sudah sampai di rumahnya. Ibunya sangat gembira melihat Anung sudah kembali. [T]
- Cerita/dongeng ini merupakan karya penulis. Penulisan cerita ini bertujuan untuk menambah khazanah dongeng. Kemampuan literasi anak perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu dengan cara menambah sumber bacaan berupa dongeng. Semoga dongeng ini bermanfaat bagi anak-anak kita tercinta.