Workshop nasional “Nulis Bareng Pak Dhe—Angkatan 3” pada hari ke 3 hari Senin, 29 Maret 2021 sesi pertama menghadirkan Wahyu Juli Hastuti. Pemateri yang juga guru dan penulis ini memulai presentasinya yang berjudul “Karya Tulis Ilmiah Buku” tersebut dengan memperkenalkan pengertian karya ilmiah. Sebagaimana dipaparkan pada powerpoint slide-nya karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Menurutnya, tujuan pembuatan karya tulis ilmiah adalah untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam obyek tulisan.
Penelitian dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dimulai dengan adanya penyimpangan. Melengkapi pernyataan ini Wahyu Juli Hastuti mengutip Stonner (1982) yang mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Dalam melakukan penelitian untuk karya tulis ilmiah terdapat 2 syarat yang mesti dipenuhi oleh peneliti atau penulis. Pertama, merupakan masalah penting. Peneliti hendaknya meneliti hal-hal yang merupakan masalah yang memang benar-benar penting. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah meneliti atau menulis masalah-masalah yang merupakan bidang keilmuan si peneliti. Kedua, tidak melanggar etika. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privasi, publikasi harus dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan, dalam pengambilan maupun pengolahan data.
Selanjutnya, Wahyu Juli Hastuti menjelaskan pengertian masalah. Masalah adalah suatu pernyataan yang mempersoalkan keberadaan suatu variabel atau mempersoalkan hubungan antar variabel pada suatu fenomena. Ia juga mengutip pernyataan Suryabrata (1994: 60) yang menyebutkan masalah merupakan kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be).
Menurutnya, terdapat 5 jenis syarat masalah dalam penelitian. Pertama, menarik. Meneliti masalah yang menarik ini akan memberikan motivasi untuk melakukan penelitian dengan serius. Kedua, Bermanfaat. Manfaat bagi masyarakat dalam skala besar maupun kecil (kampus, sekolah, kelurahan, dsb.). Ketiga, hal yang baru. Masalah yang diteliti sebaiknya menawarkan solusi baru yang apabila dibandingkan dengan solusi yang lainnya akan menjadi lebih efektif, murah, cepat, dan sebagainya. Selain itu, meskipun tidak baru, setidaknya masalah yang diteliti tersebut memberikan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada sebelumnya. Keempat, dapat diuji (diukur). Masalah penelitian beserta variabel-variabelnya merupakan sesuatu yang bisa diuji secara empiris. Untuk penelitian korelasi, korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter. Kelima, dapat dilaksanakan. Masalah yang diangkat dalam penelitian hendaknya terkait hal-hal yang dapat dilakukan peneliti seperti terkait dengan kepakaran atau keahlian peneliti, kemudahan untuk mendapatkan data, serta ketersediaan waktu dan dana yang cukup. Jadi, hindari melakukan penelitian terhadap hal-hal yang tidak memungkinkan atau research impossible.
Untuk menjadikan hasil penelitian ke dalam bentuk karya tulis ilmiah berupa buku, si penulis hendaknya memahami dan melakukan urutan-urutan struktur sebuah karya tulis. Adapun urutan struktur karya tulis tersebut adalah judul, abstrak, pendahuluan pada Bab I, kajian pustaka pada Bab II, metode pada Bab III, Hasil dan Pembahasan pada Bab IV, simpulan pada Bab V, serta diikuti daftar pustaka.
Terkait abstrak, narasumber yang bertugas di SMK Negeri 1 Bontang ini mencontohkan format sebuah abstrak yang baik. Sebagaimana bisa dilihat pada slide-nya, judul sebuah hasil penelitian ditulis paling atas menggunakan huruf kapital semua: “REDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP REAKSI REDOKS MELALUI MODEL ECIRR”. Selanjutnya, di bawah judul tersebut ia mencantumkan nama penulis serta diikuti dengan nama dan alamat institusi tempat tugas penulis beserta alamat e-mail-nya. Pada abstraknya, terdapat dua jenis bahasa yang digunakan, yakni: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Dalam menulis abstrak, sedikitnya terdapat tiga hal yang harus ada. Ketiga hal tersebuat adalah latar belakang penelitian terkait mengapa sebuah penelitian dilakukan, metode penelitian apa yang diterapkan dan bagaimana penerapannya, serta hasil penelitian terkait apa yang ditemukan pada penelitian tersebut. Untuk memberikan “bayangan” penulisan abstrak kepada peserta workshop, ia menampilan abstrak hasil penelitiannya dalam bahasa Inggris “Implementation of a ECIRR Model that could remediate students’ misconception on Redo’s reactions” serta padanannya dalam bahasa Indonesia. Pada abstrak ia menuliskan subyek penelitian, kelas, dan nama sekolah, rancangan penelitian, instrumen yang dipakai three-tier diagnostic test untuk menemukan miskonsepsi siswa, teknik analisis data, deskriptif kualitatif, dan inferensial, serta yang tidak kalah penting adalah temuan bahwa pembelajaran menggunakan model ECIRR berhasil mengurangi miskonsepsi subyek penelitian dalam mengetahui konsep dan meningkatkan prestasi pembelajaran secara signifikan.
Selanjutnya, Wahyu Juli Hastuti memaparkan tentang pendahuluan pada sebuah karya tulis ilmiah. Pada Bab I adalah ‘Pendahuluan’. Pendahuluan setidaknya memuat tiga hal, yakni: latar belakang masalah, rumusan masalah, serta tujuan penelitian. Terkait dengan keterpaduan masing-masing hal tersebut, ia menjelaskan kalimat terakhir pada sebuah paragraf satu hendaknya berhubungan dengan kalimat pertama pada awal kalimat pada paragraf berikutnya.
Wahyu Juli Hastuti juga menyebutkan terdapat 3 jenis metode penelitian. Ketiga jenis metode tersebut adalah metode penelitian berdasarkan tujuan, metode penelitian berdasarkan tingkat kealamiahan, serta metode penelitian berdasarkan pendekatan. Lebih jauh dipaparkan penelitian berdasarkan tujuan adalah penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian jenis ini dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.
Selanjutnya, berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dibedakan menjadi dua. Yang pertama metode penelitian eksperimen, yakni metode penelitian yang sangat tidak alamiah karena tempat penelitian di lab dalam kondisi yang terkontrol sehingga tidak terdapat pengaruh dari luar. Dan yang kedua, metode survei, yakni metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data misalkan dengan mengedarkan kuesioner, tes wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).
Berdasarkan pendekatannya, metode penelitian dibedakan menjadi dua, yakni: yang pertama, metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian jenis ini berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Yang kedua, adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif ini adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Setelah memperkenalkan struktur karya tulis ilmiah seperti di atas, ia menjelaskan sesuatu yang paling ditunggu-tunggu oleh peserta workshop, yakni: cara mengubah Karya Tulis Ilmiah (KTI) menjadi sebuah buku. Dalam menuangkan sebuah KTI menjadi buku, lanjutnya, ada beberapa bagian yang harus dipotong maupun ada bagian yang perlu ditambahkan. Menurutnya, bagian-bagian yang harus dipotong meliputi tinjauan pustaka, metodologi, kutipan, tabel, referensi serta lampiran. Sebaliknya, bagian-bagian yang perlu ditambahkan adalah latar belakang masalah untuk mengarahkan dan mempersiapkan pembaca ”menyantap” tulisan hasil penelitian si peneliti, bahan data baru untuk memfokuskan kembali pada penelitian tersebut serta dilanjutkan dengan kesimpulan yang menarik benang merah dari semua penjelasan menjadi satu kesatuan yang koheren dan memuaskan.
Menanggapi pertanyaan saya apakah artikel-artikel yang pernah dimuat di media massa seperti koran bisa “diubah” ke dalam bentuk buku, Wahyu Juli Hastuti mengatakan “bisa” asalkan kumpulan artikel-artikel tersebut memiliki tema yang “berdekatan” dalam arti terdapat korelasi antara artikel yang satu dengan yang lainnya. Salah satu pertanyaan menarik dari peserta lainnya adalah apakah bukan merupakan plagiasi apabila “membukukan” karya tulis ilmiah (KTI) kita menjadi sebuah buku, Wahyu Juli Hastuti menjawab bahwa hal tersebut tidak masalah sepanjang pada buku terdapat perbedaan gaya pengungkapan, pemotongan bagian kutipan tulisan orang lain pada kajian pustaka, serta “memperlembut” bahasa dari bahasa ilmiah pada KTI menjadi bahasa yang lebih popular. Setelah Wahyu Juli Hasuti menjawab semua pertanyaan peserta, tibalah saatnya Suwari selaku moderator menutup sesi pertama tersebut. Setelah mengikuti sesi ini, saya pun merasa semakin “berilmu” sebab mendapatkan pengetahuan yang sangat bermanfaat. [T]