— Catatan Harian Sugi Lanus, 2 April 2021
Ada apa dengan upacara pernikahan Bali menendang serabut kelapa?
Kelapa dikenal sebagai Śrīphala श्रीफल dalam bahasa Sanskerta, berarti “buah Tuhan”. Kelapa dalam ritual Hindu digunakan untuk melambangkan atau representasi simbolik Tuhan.
Jika kita buka kelapa, ada tiga titik di atas batok kelapa, ini disebutkan sebagai mewakili tiga Dewa dalam tiga serangkai Hindu, Tri Murti, dan secara khusus lambang Śiva.
Tiga titik pada kelapa dikatakan menyerupai tiga mata Śiva. Karena alasan inilah kelapa dianggap begitu sakral dan digunakan secara luas dalam ritual Hindu.
Serat atau serabut kelapa mewakili keinginan atau keinginan egois. Batok kelapa yang keras mewakili ego atau kebanggaan pada diri sendiri. Serabut luar kelapa kemudian ditendang atau dihancurkan selama ritual pernikahan Hindu Bali, menunjukkan pelucutan kembali keinginan dan menghancurkan ego seseorang untuk memungkinkan perasaan dan pikiran batin baiknya mengalir — diwakili oleh air kelapa dan isi putih kelapa di dalamnya terbuka dan airnya mengalir bebas.
Karena itu, Tanjung Sambuk (menendang sabut kepala) — menendang ego dan keinginan masing-masing diri, baik pengantin pria dan wanita, keduanya mesti menendang serabut ego untuk bisa dipersatukan dalam menempuh perjalanan rumah tangga. [T]