3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sastra dan Pemimpin

Tjahjono WidijantobyTjahjono Widijanto
March 31, 2021
inEsai
Sastra dan Pemimpin

Foto ilustrasi tatkala.co

“Banyak keajaiban di dunia, tapi tak ada

 yang lebih ajaib selain manusia itu sendiri”

(Sophocles)


Keinginan untuk menjadi pemimpin entah menjadi presiden, gubernur, bupati, lurah,, ketua PSSI bahkan ketua RT merupakan sebuah kewajaran dari bagian upaya manusia meraih aktualisasi dan eksistensinya. Teks sastra jauh-jauh hari dengan tersirat menggambarkan bahwa ambisi menjadi pemimpin merupakan obsesi abadi dari manusia, namun sebaliknya sastra juga mengajarkan bahwa diperlukan sikap mawas diri dan memiliki kebesaran hati untuk menakar kemampuan diri, menakar “kebersihan” diri, etis bahkan moralitas sebelum seseorang berobsesi menjadi pemimpin.

Tersebutlah pada episode Aranya Kanda dalam kitab Ramayana, seorang wanita bernama Keikayi memimpikan anaknya, Barata, menjadi seorang raja besar. Maka ia menghasut raja untuk mengusir Rama yang menjadi putera mahkota yang juga kakak lain ibu dari Barata. Namun ketika Rama telah terusir, Barata menunjukkan kebesaran hatinya bahwa ia merasa tidak memiliki kecakapan memimpin seperti Rama. Ia menolak menjadi raja bahkan mencari Rama di hutan dan baru bersedia memimpin negara dengan status sebagai wakil sementara sampai Rama selesai menjalankan pengabdiannya di hutan. Pada titik ini Barata secara formal bukan atau gagal menjadi seorang pemimpin tertinggi tetapi pada hakekatnya ia memiliki kebesaran seorang pemimpin sejati.

Demikian juga dalam kisah klasik Mahabarata, yang semestinya pantas mendapat predikat seorang raja atau pemimpin sejati adalah Dewabrata atau Bhisma, kakek para Pandawa dan Kurawa yang justru menolak menjadi seorang raja dan mengorbankan haknya sebagai raja, mengorbankan segenap perasaan, jiwa dan nyawanya untuk Negara. Bisma bahkan rela berperang dalam sebuah peperangan yang ia tahu  tak dapat ia menangkan. Yang terjadi justru Bisma dengan ihlas melepaskan jabatannya, melepaskan jubah kestriyaanya, baju seragam pemimpinnya dan menggantikannya dengan jubah pendeta.

Pada Kitab Pararaton, pembaca juga disuguhi bagaimana liku-liku seorang preman yang kemudia berhasil menjadi  hero bernama Ken Arok yang mampu mendudukan dirinya sebagai penguasa (raja) dengan menghalalkan segala cara baik kekuatan fisik maupun kelicikan seorang politikus. Demikian juga dalam babad Tanah Jawi, Babad Mediun, Babad Gresik, Serat Sorandaka, Serat Ranggalawe, misalnya, dapat dilihat bagaimana berbagai upaya dilakukan manusia untuk mewujudkan obesesi dirinya sebagai pemimpin dan penguasa.

Pada contoh-contoh tersebut, teks sastra seringkali menyimpan kegeraman sekaligus pula menyediakan harapan-harapan. Dengan menyediakan harapan-harapan itu, teks sastra seakan-akan memberikan alternatif atas keterhimpitan, ketersesakan atau ketakpuasan, sekaligus pula menyediakan munculnya hero-hero baru yang mungkin hanya hidup pada alam ide. Pada abad romantik misalnya, novel Don Qouixote de La Manca (Don Kisot) karya Carvantes, memberi pembaca seorang pemimpin imajiner yang mungkin dapat hadir sebagai oase kerinduan masyarakat terhadap lahirnya seorang pemimpin, sekaligus pula dipakai untuk menyindir penguasa yang tidak mampu berlaku sebagai seorang pemimpin.

Karena sastra bukan merupakan kebenaran faktual semata-mata, teks sastra mampu menawarkan sebuah gambaran dunia ideal yang serba makmur, tentram, dan damai di bawah naungan pemimpin yang sangat ideal, justru ketika saat realitas sosial masyarakat berada dalam sistuasi yang frustasi dan kecewa terhadap kualitas pemimpinnya. Dengan demikian teks sastra seolah-olah dapat dijadikan obat penyegar meskipun bisa jadi harapan atau gambaran yang dimunculkan sekedar sebuah utopia belaka.

Sebagai contoh adalah beberapa teks sastra karya Ronggowarsita yang karena kecewa pada pemimpin dan kondisi realitas sosial politik yang terlampau reseptif menghadirkan mitos-mitos tentang datangnya zaman yang gemilang dengan pemimpinnya ‘Sang Ratu Adil’ yang sangat misterius dan dirahasiakan kemunculannya (satriya piningit). Satriya piningit atau Ratu Adil inilah yang dianggap akan mampu membawa masyarakat keluar dari zaman kalatida (zaman edan/kalabendu) menuju zaman keemasan (kalasabu).

Teks sastra juga mengingatkan bahwa memimpikan pemimpin sebagai sesuatu yang sangat diidealkan (dicitrakan) dalam angan-angan dalam realitasnya seringkali tidak seindah kenyataannya. Dalam naskah drama The Leader yang ditulis Ionesco dikisahkan sebuah masyarakat yang menanti-nantikan datangnya seorang pemimpin yang dicitrakan betapa adil, betapa tampan, betapa agung dan betapa idealnya pemimpin yang bakal datang itu. Lalu suatu saat setelah begitu panjang menanti datanglah sang pemimpin. Betapa tragis dan ironisnya sang pemimpin itu karena ia ternyata tidak berkepala!

Demikianlah sastra mengajarkan untuk mencari bahkan menjadi seorang pemimpin yang ideal sekaligus mengingatkan masyarakat untuk tak terlampau melambungkan harapan untuk mencitrakan sosok pemimpin. Sastra mengajarkan untuk “biasa-biasa” saja menyikapi fenomena kemunculan calon tokoh pemimpin, dengan demikian masyarakat tidak menjadi terlalu gampang kecewa dan frustasi dengan realitas pemimpin yang semula begitu diidolakan. Dan yang lebih penting, sastra memberikan pelajaran bahwa masing-masing di antara kita dapat menjadi seorang pemimpin tanpa harus memakai jubah pemimpin.

“Hamlet” karya legendaris William Shakespeare dengan monolognya yang mahsyur: ‘to be or not to be’ merupakan sebuah contoh teks sastra yang berhasil menghadirkan sosok manusia lengkap dengan segala konflik batinnya, proses, dan perubahan struktur kejiwaannya dalam upaya meraih eksistensinya. Shakespeare mampu tampil tak ubahnya seperti seorang psikolog yang mampu memahai jiwa manusia yang seringkali berada antara kegamangan dan kenekatan. Begitu bernilainya karya Shakespeare sehingga seorang anggota parlemen Inggris bernama John Ruskin jauh-jauh hari sebelum India lepas sebagai koloni Inggris berkata: “Shakespeare bagi Inggris jauh lebih penting daripada India. Inggris tanpa India tetap Inggris, tetapi Inggris tanpa Shakespeare Inggris akan kehilangan citranya!”

Di kurun waktu yang berbeda, pengarang Yunani, Sopochles, juga menjadi begitu mahsyur karena ia menciptakan tragedi Oedipus. Sebuah karya tragedi yang berdasarkan sebuah pandangan filosofis bahwa banyak keajaiban terjadi di dunia tetapi tak ada sesuatu yang lebih ajaib kecuali manusia. Berdasarkan penyataan filosofis itulah muncul tokoh-tokoh semacam Oedipus yang mencucuk kornea matanya sendiri sebagai sosok manusia yang selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan berikut segala konsekuensinya sebagai seorang pemimpin (penguasa).

Dalam konteks kekinian, gonjang-ganjing seputar pemilihanPSSI sebenarnya memberikan bahan renungan untuk sadar diri apakah seseorang merasa dirinya dalam cermin masyarakat sebagai Bisma, sebagai Oedipus yang mesti mencucuk matanya sendiri, sebagai pemimpin yang sebenarnya tak punya kepala, sebagai Don Kisot yang sok sakti sok pahlawan, atau bahkan seperti Cakil yang suka “pencilakan”. Dan itu juga berarti berpulang kembali pada PSSI sendiri, apakah ingin dipimpin oleh Bisma, Oedipus, Don Kisot, Buto Ijo, atau Cakil. Anda pilih siapa? [T]

Tags: pemimpinsastra
Previous Post

Bergerak dengan Luka ala “Nomadland”

Next Post

Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu | Cerpen Leo Tolstoy

Tjahjono Widijanto

Tjahjono Widijanto

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Menulis puisi, esai, dan cerpen di berbagai media nasional. Sudah menulis berbagai buku dan memenangkan berbagai penghargaan di bidang sastra

Next Post
Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu | Cerpen Leo Tolstoy

Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu | Cerpen Leo Tolstoy

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co