30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Interkonektivitas | Dari Lukisan “All Being are Connected”

Doni Sugiarto WijayabyDoni Sugiarto Wijaya
March 31, 2021
inEsai
Interkonektivitas | Dari Lukisan “All Being are Connected”

Lukisan berjudul All being are connected karya buatan I Made Surya Subratha

Sekitar pertengahan Desember 2020   Kulidan Kitchen menyediakan tempat untuk mengadakan pameran seni bertema Membentang Ruang. Pameran kali ini bersifat tunggal yaitu semua karya seni yang ditampilkan adalah buatan I Made Surya Subratha dan dibuka oleh Bapak Popo Danes pada tanggal 18 Desember 2020 dan diulas oleh I Gede Jaya Putra dan Vincent Chandra melalui tulisan mereka berdua. Pameran itu berlangsung hingga 8 Januari 2021. Dari beberapa karyanya ada satu yang menarik. Lukisan itu berjudul All being are connected.  

Karya tersebut berukuran 475 cm dengan lebar 54 cm. Dari pengakuan sang seniman, I Made Surya Subrata, objek dalam karya seninya berupa manusia, hewan dan tumbuhan. Menggunakan tinta akrilik dan cat semprot di atas kanvas dengan warna hitam, merah, putih dan abu abu. Objek berwarna putih dilukis di atas bidang berwarna hitam. Seniman membuat lukisan ini sebagai bentuk ekspresi bahwa semua mahluk hidup saling terkait satu sama lain dan juga terkait dengan lingkungan dimana mereka berpijak. Bidang yang berwarna hitam dapat ditafsirkan sebagai tanah berhumus karena dalam konteks ekologi, tanah tersebut selalu berwarna gelap. Dalam objek berwarna putih terdapat warna merah darah dan abu abu yang boleh ditafsirkan sebagai dampak buruk yang dihadapi mahluk hidup akibat keterputusan dengan satu sama lain dan lingkungan alamnya. Warna merah darah melambangkan kondisi terluka. Sedangkan warna abu abu menunjukkan kesuraman yang dihadapinya.

Akibat Diskoneksi

Di balik pencemaran air, polusi udara dan tandusnya lahan hingga disebabkan oleh masalah yang sama yaitu diskoneksi. Tiga fenomena pertama terjadi karena lembaga yang ada hanya mementingkan satu faktor yaitu mendapatkan uang tanpa memikirkan efek terhadap lingkungan sehingga air, tanah dan udara hanya dianggap sebagai sumber daya yang dieksploitasi. Industri yang membuang limbah merupakan contoh dari gejala ini karena merasa dirinya terpisah dari sungai dan hanya menganggap sungai itu sesuatu yang terpisah sehingga dianggap kecil dampaknya.

Masalah keterputusan di alam ini adalah akar dari bencana ekologi. Keterputusan ini membuat manusia tidak peka dengan keberadaan dirinya yang saling terkait dengan mahluk hidup dan siklus alam seperti siklus hidrologi, siklus nitrogen, dan siklus karbon. Ketika tiga siklus tersebut rusak maka ancaman bermunculan bahkan peradaban manusia saat ini terancam akan hancur karena tiga siklus itu telah rusak di hampir semua tempat di bumi, bukan seperti dulu dimana hanya terjadi pada wilayah tertentu.

 Kemudian muncul isu yang jadi perhatian akibat dari diskoneksi yaitu pandemi Covid 19. Pandemi ini terjadi karena perusakan lingkungan yang membuat kelelawar dan satwa hutan bermigrasi ke pemukiman manusia dan memperbesar peluang penularan virus. Lalu virus itu menular dari manusia ke manusia. Penebangan hutan merupakan gejala diskoneksi manusia dengan alam yang hanya memikirkan keuntungan jangka pendek dan mengabaikan efek buruk jangka panjang.

Keterputusan ini dimulai dari sistem pengetahuan yang bersifat reduksionis dimana alam dipandang sebagai bagian yang terpisah pisah dan diangap serupa dengan mesin yang dimanipulasi sesuai keinginan manusia. Perubahan ekosistem alami jadi monokultur untuk mendapatkan produk industri seperti sawit yang memberikan pendapatan jangka pendek dengan mengorbankan integritas lingkungan seperti kejernihan air dan biota biota  lain di situ adalah dampak dari penerapan ini dimana lahan adalah mesin pencetak komoditas bukan sebagai penopang habitat untuk keragaman hayati yang tidak dijumpai di tempat lain di bumi, menjalankan siklus air , sumber makanan dan  bagian dari kearifan komunitas. Tanah, mikroba pada humus, hewan, sungai, tanaman dan komunitas yang tinggal di situ adalah suatu kesatuan yang saling terhubung.

Alam tidak bekerja seperti mesin dimana bila seseorang ingin mesinnya bekerja lebih berat dan lebih cepat, harus dimodifikasi bentuk dan ukurannnya. dan diperbesar kapasitasnya. Di lingkungan alam , sebagai contoh bila ekosistem bakau diubah jadi tambak dan pemukiman pesisir berskala besar, akan terjadi efek yang tidak diinginkan seperti pengikisan air laut ke daratan (abrasi)dan penyusupan air laut ke dalam tanah (intrusi). Kemudian, tambak dan pemukiman yang tidak memiliki fasilitas penyaluran dan pengolahan limbah yang memadai akan mencemari laut.  Lalu ada efek sosial dimana rakyat yang hidup dari bakau secara langsung maupun tidak langsung kehilangan mata pencahariannya. Perubahan ekosistem hutan bakau di  atas terjadi karena manusia memandang lingkungan hidup dari satu dimensi yaitu uang sehingga mengabaikan efek beruntun yang terjadi berikutnya.

Dalam masyarakat , prinsip interkonektivitas seperti alam dengan efek beruntun juga berlaku. Contohnya , kasus jembatan roboh akibat buruknya kontruksi menyebabkan kecelakaan yang menguras harta benda bahkan nyawa. Selain itu koneksi antar wilayah jadi terhambat yang mengakibatkan penyaluran barang dan jasa tidak tercapai. Ini menyebabkan perekonomian terganggu. Kemudian harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaiki atau bangun jembatan yang sama. Ini salah satu pemborosan akibat kelalaian dalam proses pengerjaan, rancangan yang kurang tepat, hingga korupsi anggaran pembangunan yang mana kualitas materialnya dipilih yang lebih rendah. Kasus jembatan roboh disebabkan diskoneksi antar manusia dimana si pekerja, kontraktor, arsitek dan pembuat kebijakan terdiskoneksi dengan sesama manusia sehingga hanya peduli dengan dirinya sendiri tidak pertimbangkan dampak yang terjadi pada orang banyak.

Koneksi Tak Terpisahkan dari Tiga Elemen

Jika kita berada di taman dekat danau yang jernih menikmati bunga yang banyak warna dan memancarkan keharuman sambil menyantap kopi dan teh serta memakan hidangan sore, akan terungkap bahwa semua itu terbentuk berkat kombinasi tiga elemen yang tak terpisahkan di planet bumi. Koneksi tiga elemen ini yang membuat kehidupan di bumi terus berlangsung dan menjadi dasar dari peradaban manusia. Tiga hal yang saling terkoneksi yaitu tanah yang hidup, air dan sinar matahari. Dari tanah yang kaya dengan materi organik dan mikroorganisme , rumput untuk makanan ternak, bunga dengan kecantikannya herba untuk obat-obatan dan sayuran, dan pohon untuk diambil buah serta kayunya sebagai bahan bangunan menjadi tempat berpijak baginya. Ia menjadi tempat untuk mendapatkan nutrisi seperti manusia memperoleh makanan.

Air merupakan elemen vital bagi semua mahluk hidup dan menentukan kelangsungan hidup manusia, hewan, tumbuhan dan organisme di tanah. Air merupakan elemen untuk mengolah nutrisi menjadi zat zat yang berguna. Lebih dari 50% tubuh mahluk hidup tersusun atas air dan setiap hari tubuh tersebut mengeluarkan air melalui organ ekskresi dan kulit agar suhu tubuh terjaga sehingga air merupakan unsur utama penyambung kehidupan. Air yang ada di daratan dan kita gunakan sehari hari dibentuk dari siklus hidrologi. Hujan adalah hasil koneksi antara air tawar, air laut dan sinar matahari yang membentuk siklus hidrologi. Bagi semua mahluk hidup di darat siklus hidrologi merupakan penghasil air tawar yang digunakan tiap hari. Air sebagai elemen paling penting bagi kehidupan diperoleh dari kombinasi siklus alam yaitu penguapan dari laut yang membentuk awan. Lalu awan tersebut bergerak ke daratan mengembun. Embun ini yang membentuk hujan dan membasahi daratan. Kemudian tanah yang kaya humus, materi organik dan keragaman tanaman di suatu tempat menjaga cadangan air yang jatuh dari langit atau mengalir menuruni pegunungan membuat sungai mengalir sepanjang tahun dan air tanah diperbaharui. Yang tidak mengalir terkumpul dalam suatu cekungan dan membentuk danau.

Saat kita perhatikan vitalnya hujan dalam membasahi daratan sehingga berwarna hijau dan di masa ketika mayoritas penduduk adalah bertani momen seperti ini yang paling ditunggu. Koneksi antara air dan tanah dibuktikan dengan kondisi air tawar yang ada. Tanah yang kaya humus dan banyak airnya lengket dan berwarna gelap. Sedangkan di tanah yang tandus air tawarnya cenderung menipis dan tidak diperbaharui. Ketika hutan gundul atau berubah jadi monokultur dengan satu jenis tanaman, air terkuras karena tanaman itu hanya mengonsumsinya saja. Lalu tanah tersebut jadi seperti debu dan mudah tererosi.

Tanah yang jadi tempat berpijak dan air sebagai pemberi kehidupan,  berikutnya adalah sinar matahari dimana elemen tersebut berperan sama pentingnya dengan dua elemen di atas. Tanaman di darat dan plankton di laut berfotosintesis memanfaatkan cahaya matahari menghasilkan nutrisi bagi mahluk lain. Tidak ada cahaya matahari membuat tanaman tidak dapat hidup.   Kombinasi dari tiga element ini menentukan kelangsungan hidup. Jika tidak ada air maka semua organisme akan mati. Jika matahari berhenti bersinar tidak ada nutrisi dan oksigen bahkan hampir tidak dapat bernafas karena makanan dan oksigen dihasilkan oleh tumbuhan dan plankton. Jika tanah itu rusak parah, hanya segelintir organisme yang hidup layak. Itulah sebabnya konektivitas tanah , air dan sinar matahari adalah sesuatu yang paling berharga bagi semua orang apapun keyakinan dan pemikiran yang dianutnya.

Membangun Kontektivitas Manusia dengan Alam dan Sesamanya

Merupakan hal yang sulit di zaman sekarang untuk mewujudkan itu dimana manusia sudah terasing dari satu sama lain. Kemudian terasing dari alam hingga tidak menyadari hal hal di atas. Teknologi memperparah keterasingan ini dimana manusia lebih dekat kepada yang jauh dan larut dalam dunia tidak penting seperti hiburan  dan fiksi hingga mengabaikan hal hal yang nyata dan vital bagi masyarakat dan planet bumi. Lingkungan modern dimana kita hidup cenderung mengecilkan kesadaran diri manusia terhadap elemen vital seperti tanah dan air tawar. Perhatikan degradasi tanah dan menipisnya air yang tidak disadari karena dipikir makanan dan air tersedia terus saat membayar.

Di Indonesia, ekosistem hutan, sawah, sungai, gunung, laut dan kota saling terkait satu sama lain. Kita yang tinggal di kota memakan ikan sarden dan tongkol yang berasal dari lautan. Beras dan jerami diperoleh dengan mengairi lahan dengan menggunakan air dari tanah, hujan dan sungai. Bahan baku kursi dan meja adalah tanaman hutan. Hutan di pegunungan menjadi sumber mata air penting jutaan penduduk di bawahnya bahkan di perkotaan.  Inilah bukti bahwa hidup kita tidak terlepas dari ekosistem alam.

Membangun konektivitas dimulai dari pergeseran paradigma yang bersifat terpisah pisah dimana telah dianut selama lima abad yang menyebabkan berbagai kerusakan ini karena hanya mengejar segelintir tujuan dengan mengabaikan efek yang terjadi berikutnya seperti kasus kebun sawit dengan paradigma holistik yang mana faktor faktor sosial, ekonomi, tanah, air, keragaman hayati dan komunitas menjadi pertimbangan dalam mendirikan suatu proyek.

Kedua, menyadari bahwa ekonomi yang paling esensial dari manusia dan mahluk hidup adalah ekonomi yang berbasis pada kombinasi matahari, tanah yang hidup dan air. Maksudnya sebagai berikut ini:

“Segala kehidupan di bumi itu ditopang oleh tanah, air dan matahari. Perekonomian manusia yang utama yaitu pangan , sandang dan papan bahkan rekreasi , pendidikan dan kesehatan berasal dari kombinasi tiga faktor itu secara langsung maupun tidak langsung. Padi dan ikan sarden yang menghasilkan beras, protein hewani, dan produk turunan seperti jerami yang digunakan untuk bahan kerajinan hidup berkat sinar matahari, air dan tanah. Padi memperoleh kehidupan dari kombinasi unsur hara tanah, pengairan dan sinar matahari. Dalam kasus ikan sarden, dia mendapat makanan dari plankton yang memanfaatkan nutrient dari dasar laut yang muncul ke permukaan dan mengolahnya dengan sinar matahari seperti tanaman padi.

Kemudian dalam aspek rekreasi dan pendidikan, kita mengamati produk seni rupa, tempat rekreasi, peralatan kesenian dan musik serta bangku dan meja tulis berasal dari kayu pepohonan yang tidak terpisahkan dengan kombinasi surya, tanah dan air. Beberapa spesies tanaman berkayu ini juga dimanfaatkan getah , nira, buah dan daunnya dan mungkin ada lagi manfaat yang muncul di kemudian hari. Lalu, jika kita berlibur ke taman nasional menikmati keindahan terumbu karang, satwa liar yang berukuran besar, bunga yang berwarna warni, dan air yang jernih semuanya ditopang oleh kombinasi tiga faktor utama. Bahkan di masa depan nanti dimana energi surya disemarakkan, seseorang yang merasa dirinya terpisah dari tiga faktor itu akan menyadari bahwa ia tidak akan hidup tanpa sinar matahari. Semua ini merupakan dasar dari perekonomian yang sejati bukan seperti sekarang dimana basisnya adalah uang fiat yang berbasis utang dicetak oleh bank sentral dan disahkan oleh pemerintah dan nilai uang itu dijadikan tolak ukur keberhasilan ekonomi bukan kelestarian konektivitas tiga faktor esensial”.

Ketiga, pengelolaan hutan, ekosistem air tawar, padang penggembalaan, pantai , lautan, perikanan, lahan pertanian, satwa liar , kualitas udara dan masyarakat secara holistik dan partisipatif. Semua hal di atas mulai dari hutan hingga masyarakat saling terhubung. Ketika salah pengelolaan hutan, dapat  muncul erosi yang menyebabkan keruhnya sungai dan bibir pantai. Kepunahan satwa liar amat rentan karena habitatnya hilang. Masyarakat menderita banjir, tanah longsor, kekeringan bahkan wabah penyakit.  Ingat bahwa semua hal di atas bersifat saling terhubung antar komponennya. Pengelolaan yang salah memicu efek beruntun yang tidak terduga.

Saat ini pembagian ilmu pengetahuan yang semakin terspesialisasi membuat komunikasi menjadi sulit sehingga sering muncul hal hal di atas. Ahli ekonomi menginginkan pertumbuhan PDB yang positif sehingga harus ditebang pohonnya. Lalu pakar kehutanan menginginkan hutan produksi industri dengan tujuan dapat kayu  N ton tiap hektar sekali panen. Ahli konservasi dan lingkungan menentangnya karena ingin melestarikan satwa liar dan biota yang mereka sayangi dan kadang kurang peduli dengan kehidupan komunitas lokal karena bukan bidangnya. Komunitas setempat dipandang sebelah mata oleh pakar ekonomi dan kehutanan karena hidupnya bukan berbasis industri  serta kurang diajak partisipasi untuk melestarikan satwa hutan karena tidak punya pengetahuan formal. Dalam hal ini masyarakat harus tahu dan sadar akan hal hal di atas. Penguatan kesadaran secara efektif dilakukan dengan partisipasi. Inilah hakekat utama dari demokrasi partisipatif. Jadi pengelolaan yang holistik adalah pengelolaan yang memperhatikan kondisi tanah, air (termasuk laut), keragaman hayati dan sistem sosial. Allan Savory , seorang penggembala ternak dan biolog satwa liar meringkas kontek holistik pengelolaan hal hal di atas sebagai berikut:

“Semua orang ingin keluarga yang stabil, kehidupan yang damai dan layak, rasa aman sambil punya kebebasan untuk menjalankan keyakinan spiritual. Makanan bernutrisi yang berkecukupan dan air bersih. Menikmati pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan hidup seimbang dengan waktu untuk keluarga, teman dan komunitas serta hiburan untuk budaya( kesenian ) dan tujuan lain yang mirip. Semuanya terjamin selama bergenerasi generasi yang akan datang , dengan berdasarkan pada kesuburan tanah dan keragaman hayati di daratan, sungai, danau dan lautan”. [T]

Tags: lingkunganSeni Rupa
Previous Post

Perempuan Bali | Sastra dan Mode Berpakaian

Next Post

“Rizoma” | Pameran Empat Perupa di Rumah Paros

Doni Sugiarto Wijaya

Doni Sugiarto Wijaya

Lulus Kuliah tahun 2017 dari Universitas Pendidikan Nasional jurusan ekonomi manajemen dengan IPK 3,54. Mendapat penghargaan Paramitha Satya Nugraha sebagai mahasiswa yang menulis skripsi dengan bahasa Inggris. Sejak tahun 2019 pertengahan bulan Oktober, Doni mulai belajar menulis di blog secara otodidak. Doni menulis untuk bersuara kepada publik mengenai isu isu lingkungan hidup, sosial dan satwa liar.

Next Post
“Rizoma” | Pameran Empat Perupa di Rumah Paros

“Rizoma” | Pameran Empat Perupa di Rumah Paros

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co