16 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tanpa Wisatawan, Ritual Nyepi (Kembali) Hanya Dipertontonkan kepada Dewata

Gede SuardanabyGede Suardana
March 13, 2021
inEsai
Tanpa Wisatawan, Ritual Nyepi (Kembali) Hanya Dipertontonkan kepada Dewata

Gde Suardana

Nyepi Tahun Caka 1943 di tengah pandemi menjadi momen baik untuk melakukan refleksi terhadap perjalanan manusa Bali. Menengok sejenak ke belakang untuk melihat jejak langkah kita, mana yang lurus dan yang mana keliru.

Salah satu sudut refleksi yang menarik adalah laku manusia Bali terhadap budaya seiring gemerlap industri pariwisata.

Kini, saat pariwisata kita mati suri, waktunya kita berjalan kembali ke masa lalu, di mana budaya Bali belum dijamah industri pariwisata. Kita bisa melihat kembali bagaimana laku tetua dan leluhur memperlakukan budaya.

Pertanyaan yang patut kita ajukan adalah, apakah laku kita terhadap budaya lebih baik dari tetua dan leluhur?

Modifikasi Budaya Sakral

Bali memiliki beragam budaya sakral. Kita lakoni secara turun temurun. Budaya itu diciptakan para tetua. Dicipta dari wujud rasa cinta dan syukur kepada dewata. Sadarkah, bahwa kita yang mewarisi budaya itu dan kita kemudian yang bisa merusaknya?

Peneliti kebudayaan Bali McKein (1974) menyebutkan bahwa seiring perkembangan pariwisata, terjadi pergeseran dalam pertunjukan budaya Bali.

Dari segi penonton, terdapat tiga penonton pertunjukan berbasis budaya Bali. Yaitu, para penonton dari alam nisaka (dewata, betara-betari, leluhur), warga yang memiliki upakara, dan wisatawan.

Sebelum industri pariwisata mengepung Bali, pertunjukan ritual sakral, seperti Calon Arang, Tari Legong, Tari Sang Hyang Dedari pada saat upacara agama (odalan) di pura, penontonnya  adalah dari alam dewa-dewa, widiadari-widiadari, dan para leluhur.

Mereka  tidak terlihat kasat mata.  Kehadirannya dirasakan (orang Bali menggangap mereka sebagai makluk dari surga). Kehadirannya dengan segala manifestasinya, diundang dan diharap-harapkan dan dialami dalam banyak pertunjukan ritual sakral di Bali.

Misalnya saja, ketika upacara yang dilakukan untuk memuliakan makluk halus yang baik serta mengusir yang jahat, mungkin akan terjadi peristiwa kesurupan. Jika ada orang mengalami kesurupan, maka kejadian tersebut dianggap sebagai pertanda bahwa batara telah berkenan turun ke dunia manusia. Guna menyatakan kehadirannya yang biasanya tidak nampak itu, maka roh halus itu, mungkin akan meminta sajian makanan dan minuman atau persembahan khusus.

McKean (1974) menyatakan bahwa alam luhur atau alam gaib itu merupakan motivasi dan rasion d’etre yang sangat menentukan bagi penonton lainnya, maka penonton yang lain pun hadir. Penonton itu merupakan orang-orang desa hadir baik pada setiap odalan maupun pada upacara-upacara lain, memenuhi tempat sekitar pertunjukan (arena). Semakin ramai penonton, semakin tinggi penilaian orang Bali terhadap upacara itu.

Kategori ketiga dari tontotan terjadi pda pertunjukan yang mengikutsertakan orang asing atau wisatawan menjadi penonton. Kehadiran mereka sangat diharapkan, didorong dan disambut, selama mereka masih memperlihatkan cara-cara yang dipandang hormat oleh umum baik dari segi pakaian maupun kata-kata.

Penonton ritual sakral bertambah sejak jaman kolonial, di mana turisme telah berkembang di Bali. Terutama di daerah Badung, Ubud, Sanur, dan Kuta.

Di daerah wisata itu kegiatan pertunjukan disediakan untuk wisatawan di samping kegiatan upacara yang telah umum, seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan, potong gigi, dan melasti menjelang Hari Raya Nyepi yang merupakan semacam tontotan.

Berkembang pula tontonan yang dijadwalkan, seperti pertunjukan tari Barong dan Rangda, Legong, Sanghyang Dedari, hingga yang paling popular tari Kecak atau Mongkey Dance.

Salah satu di antara transaksi-transaksi yang penting bagi orang Bali sudah jelas, yaitu segi ekonomi berapakah penghasilan pada malam pertunjukan itu. Wisatawan membayar untuk diperkenankan memasuki alam mitos orang Bali, menjadi penonton serta mengalami seni budayanya itu. Dalam pertunjukan khusus yang diadakan untuk para tamu asing itu, penonton alam halus dan penonton lokal akan menduduki tempat kedua, meskipun dibuat sesajen-sesajen.

Kehadiran penonton wisatawan dalam pertunjukan yang digelar reguler sebagai bentuk komodifikasi yang dilakukan masyarakat Bali terhadap budaya sakral.

Dalam perkembangannya industri pariwisata yang semakin besar, kegiatan modifikasi semakin membesar dan tak terkontrol.  Manusia Bali kini tak sadar bahwa aktivitas itu telah memudarkan kesakralan budaya Bali. Sebuah budaya yang disegani  dan dikagumi dunia pun  mulai memudar.

Motif pertunjukan semakin mengalami pergeseran. Dari tujuannya utamanya adalah dipersembahkan kepada dewata untuk mendapatkan kemakmuran bergeser disajikan kepada turis untuk mendapatkan dalar.

Kini, pandemi Covid-19 seakan membawa kembali Bali ke masa lalu. Tidak ada lagi wisatawan yang menikmati Bali. Hilir mudik di berbagai objek wisata. Menikmati matahari terbit dan tenggelam. Atau berpesta di kawasan Kuta.

Selama satu tahun, pandemi berlalu, hampir tidak turis mancanegara yang berkunjung ke Bali. Data BPS menyebutkan, jumlah turis yang datang ke Bali sejak April-Desember 2020 hanya sebanyak 808 orang. Bandingkan saja dengan tahun 2019, di tahun yang sama bisa mencapai 5-6 juta turis. Bali pun tidak akan melihat  lagi turis ke Bali selama tahun 2021. Bali telah ditutup dari kedatangan turis asing hingga 2022.

Tidak hadirnya turis, maka Bali seolah kembali ke masa dulu ketika belum ada turis. Saat ini, kita mulai merasakan pertunjukan sakral Bali tanpa kehadiran turis mancanegara. Tidak ada lagi turis yang memotret mengabadikan ritual sakral di sepanjang jalan desa.

Sadarkah kita, bahwa kita  kembali melakukan ritual yang ditonton oleh para dewata, betara-betari, leluhur, mahluk halus dan warga yang menggelar ritual itu.

Semoga perayaan Nyepi di tengah pandemi ini memberikan kesadaran kepada manusia Bali untuk memperlakukan budayanya seperti tetua dan leluhur. Segala bentuk ritual kembali dipersembahkan secara tulus kepada dewata untuk memohon perlindungan dan keselamatan manusia Bali dari wabah global ini bukan demi gemerincing dolar.

Astungkara! [T]

Tags: Hari Raya NyepiPariwisataupacara
Previous Post

Hindu Inklusif Nusantara, Paham Eksklusif & Potensi Benturannya

Next Post

Nyepi | Percakapan dari Sebuah Kafe

Gede Suardana

Gede Suardana

Mantan wartawan, kini akademisi Undiknas Denpasar

Next Post
Nyepi | Percakapan dari Sebuah Kafe

Nyepi | Percakapan dari Sebuah Kafe

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co