Bagi masyarakat Bali khususnya, makanan bukanlah sekedar sajian di meja makan untuk pemenuhan gizi dan kebutuhan biologis. Tapi makanan adalah sesuatu yang kompleks dan bisa dinikmati dari segala rasa. Kita bisa melihat beragam aspek dari makanan ketika melihat lebih ke dalam dari apa yang dibuat dan dilakukan oleh orang Bali terhadap bahan makanan atau makanannya.
Beberapa hal tentang makanan yang kita bisa lihat di Bali:
- Makanan sebagai hasil karya seni yang dibuat dan disajikan dalam rangkaian-rangkaian yang indah dan umumnya dipakai untuk persembahan dalam upacara-upacara tertentu,
- Makanan adalah salah satu bentuk persembahan. Bentuk rasa syukur dan ucapan terimakasih atas karunia dan limpahan hasil bumi yang diwujudkan dari bahan makanan maupun makanan.
- Makanan adalah gambaran tentang kekerabatan. Pada hari-hara tertentu atau ketika ada hajatan, biasanya yang punya hajatan mempersembahkan makanan kepada keluarga, tetangga maupun kerabat mereka. Istilah yang digunakan untuk kegiatan ini adalah “Ngejot” yang artinya memberikan bingkisan dalam bentuk makanan kepada orang lain.
- Makanan adalah tradisi yang selalu diturunkan bagi generasi berikutnya. Dalam upacara tertentu ada penggunaan makanan yang diatur dalam suatu tatanan tertentu. Untuk memahami tatanan tersebut agar tetap terjaga keberlanjutannya antar generasi, tentunya harus diturunkan antar generasi. Pola pembelajaran ini lebih dalam bentuk etno paedagogik. Jadi masyarakat tidak mengajarkan secara khusus danformal melainkan dengan mengajarkan dengan mengajarkan dalam kegiatan tradisi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat itu.
- Makanan menggambarkan hak dan kewajiban. Pada tingkatan tertentu bentuk-bentuk makanan yang disajikan menggambarkan hak dan kewajiban seseorang di dalam masyarakat. Seperti misalnya pada kelompok/anggota masyarakat yang melaksanakan tugas tertentu/melaksanakan kewajiban tertentu, bagi mereka akan diberikan imbalan dalam bentuk makanan yang berbeda dengan anggota masyarakat lainnya.
Satu hal menarik tentang makanan di Bali adalah dominannya menggunakan makanan sebagai persembahan dalam suatu upacara. Mungkin kalau diamati sebagian besar persembahan yang dihaturkan dalam upacara-upacara di Bali menggunakan makanan dan minuman sebagai unsur utamanya.
Sebagai salah satu rujukan kenapa mereka sangat mentaati persembahan dalam bentuk makanan dan minuman ini adalah sebagaimana tercantum dalam sloka 13 Bhagawadgita yaitu:
Yajna-sistasinah santo
Mucyante sarva-kilbisaih
Bhunjate te tv agham papa
Ye pacanty atma-karanat
Yang artinya:
“para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja”.
Meskipun tidak semua mungkin membaca sloka ini tapi keyakinan ini sudah diturunkan dari generasi ke generasi dalam bahasa yang lebih sederhana. Namun, apakah implementasi dari keyakinan ini akan mampu bertahan seiring perkembangan jaman? Menurut hemat penulis, sepanjang orang Bali masih hidup dalam budaya dan tradisinya, hal ini tentunya akan tetap ada dan “bertahan” dalam kehidupan orang Bali. Meskipun tidak kita pungkiri bahwa pengaruh kemajuan teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam pola konsumsi masyarakat Bali, dan hal ini pulalah yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan jenis bahan dalam persembahan mereka. [T]