5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Lumbung Padi Sudah Roboh | Kini, Lumbung untuk Kamar Turis Roboh Pula

Agus WiratamabyAgus Wiratama
February 19, 2021
inEsai
Lumbung Padi Sudah Roboh | Kini, Lumbung untuk Kamar Turis Roboh Pula

Lumbung yang roboh

Lumbung keluarga saya roboh. Lumbung dibangun sekitar pertengahan abad 20 dan itulah lumbung pertama milik kami. Pada zamannya, lumbung itu adalah lumbung yang elit.

Dalam bahasa Bali lumbung disebut jineng atau klumpu. Ada beberapa bentuk lumbung yang saya kenal: pertama, berbentuk kubus dengan empat kaki, hanya untuk menyimpan gabah; dan kedua, lumbung dengan empat kaki atau lebih namun dilengkapi tempat nongkrong—pada bagian belakang sebagai penyimpanan gabah, bagian depan sebagai tempat nongkrong—atau bertingkat: di bawah tempat nongkrong, di lantai dua penyimpanan gabah.

Umumnya, lumbung di daerah saya berbentuk yang pertama saya sebutkan: hanya untuk menyimpan gabah. Sementara itu, lumbung keluarga saya yang roboh itu dilengkapi dengan tempat nongkrong di depan penyimpanan gabah, dan lumbung itu bukan dirobohkan, tapi roboh dengan sendirinya karena memang tidak difungsikan lagi.

Robohnya lumbung keluarga membuat saya bertanya-tanya, “Mengapa? Mengapa tidak digunakan lagi?”

Kebetulan, setelah lumbung itu roboh, keluarga kami berkumpul; bukan barang baru, kumpul untuk sekadar ngobrol memang menjadi kebiasaan kami. Dan paman saya memulai sebuah percakapan tanpa ada pancingan sama sekali.

Ketika paman saya masih kecil—sekitar tahun 1940-an—padi membutuhkan waktu lama untuk dapat menghasilkan. Padi baru bisa dipanen sekitar enam hingga tujuh bulan setelah ditanam. Dalam rentang waktu yang panjang itu, makan tidak bisa sembarangan: harus hemat. Karena itu pula, gabah harus dimanajemen dengan cermat agar tidak kehabisan stok sebelum masa panen tiba.

Karena beras menjadi makanan yang istimewa, mulailah mereka mencampur beras dengan jenis makanan yang lain: ketela, jagung, umbi talas, dan sebagainya. Sejenak, saya merasa ngilu mendengar cerita itu; tak bisa saya bayangkan seandainya saya menjumpai situasi seperti itu. Tetapi, berhubung paman saya mengaku, “Padahal makanan dulu seperti itu, tapi tetap terasa nikmat,” saya tunda perasaan sombong itu.

Di lain sisi, meski paman saya mengatakan menikmati beras dengan berbagai campuran, ia dan kakek saya menyambut gembira program pemerintah yang kala itu menggelar Revolusi Hijau. Padi mulai bisa dipanen dalam waktu lebih singkat. Barangkali, setelah biasa dengan hasil panen yang “ngebut”, mereka tidak lagi memperhatikan porsi makan nasi. Perlahan-lahan, lumbung tidak menjadi tempat penting untuk menyimpan gabah, “Toh persediaan tak pernah habis,” lanjutnya dengan biasa-biasa saja.

Meski lumbung masih mendapat perlakuan yang khusus—sebab banyak pantangan yang tidak boleh dilakukan di lumbung: mengucap kata yang tidak sopan terhadap gabah atau mengumpat tikus yang lalu lalang dan merusak karung gabah—tetapi lumbung tak lagi menjadi perut penyimpan makanan. Siklus yang berubah itu rupanya telah menggeser fungsi lumbung, dan padi yang praktis membuat tanah menjadi mesin yang harus mengikuti pola industri: semakin cepat semakin bagus.

Saya sempat mengunjungi beberapa villa di Lovina, Ubud, Tejakula, dan beberapa tempat pariwisata lainnya untuk melihat perubahan fungsi lumbung. Di berbagai tempat yang saya kunjungi, saya dapati lumbung yang biasanya ada di halaman belakang rumah, justru ada di halaman paling depan.

Tetapi itu bukan lumbung yang saya kenal, lumbung itu sangat asing bagi saya: catnya mengkilap—tidak seperti lumbung saya yang kayunya bulukan, atapnya rapi berbahan ijuk, kayu, atau genteng—tidak menggunakan atap seng seperti lumbung saya yang hingga karatan belum juga diganti, dan tidak berisi beras, tapi dihuni bergantian oleh para turis.

Saya membayangkan pelajaran ketika SD: kata guru saya, onta menyimpan air di punggung, Pohon apel menyimpan cadangan makanan pada buah, dan ada yang nyeletuk, “Manusia menyimpan makanan di lumbung.” Tapi kini, entah untuk menyimpan apa lumbung itu, dan entah apa fungsinya; mungkin kita memang tidak memerlukan lumbung untuk menyimpan persediaan makanan? Atau di dalam lumbung ada lumbung yang lain?—dompet pengunjung. Lumbung telah berevolusi: menjadi kamar untuk para turis atau dibiarkan perlahan roboh sendiri.

Setelah dipikir-pikir, makanan campuran yang diceritakan oleh paman saya itu tak lagi membuat ngilu; justru yang membuat saya merasa demikian adalah slogan, “Mewujudkan Indonesia sebagai Lumbung pangan Dunia Tahun 2045”. Saya rasa, orang-orang yang mengenal; yang masih memiliki; atau pernah memiliki lumbung akan merasa senang. Tapi, mengapa lumbung saya sampai roboh beberapa saat lalu? Atau slogan itu memang tidak melibatkan lumbung yang ketinggalan zaman seperti itu?

Cita-cita pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia adalah cita-cita “indah”, tapi masalahnya, lumbung saya aja roboh, kok. Hal yang mungkin terjadi adalah slogan akan tetap sebagai slogan atau hanyut kayak kenangan. Saya membayangkan, seandainya sirkulasi padi menjadi enam atau tujuh bulan: paling tidak, saya akan akrab dengan berbagai makanan olahan yang dulu dianggap makanan kejepit.

Barangkali, hal-hal yang dulu “menjepit” juga sudah berevolusi; tidak punya uang mungkin adalah “kejepit” yang sesungguhnya—tapi sialnya, uang tidak bisa diolah seperti makanan—mungkin itu alasan mengapa orang-orang sekarang lebih menghargai uang dan sulit menghargai makanan. Jangankan mengolah ulang makanan yang tersisa kemarin malam, sisa makanan yang baru dimasak pun bisa dibuang begitu saja.

Jika siklus padi itu kembali—setidaknya—kita bisa lebih menghargai makanan, atau mungkin ada jenis masakan baru dari olahan makanan sisa, dan tentunya, bila sirkulasi padi masih bertahan seperti dulu, barangkali lumbung akan memiliki nilai sebagaimana mestinya; meskipun tidak menutup kemungkinan tetap berevolusi menjadi lumbung yang tidak menyimpan padi, tetapi “dolar”.

Eh, ngomong-ngomong, lumbung yang dijadikan kamar hotel di daerah pariwisata juga sama nasibnya dengan lumbung saya. Ya, ya, lumbung yang menyimpan “dollar” itu kini juga “roboh” dihantam pandemi. Dan orang-orang mulai lagi bicara soal ketahanan pangan… [T]

Tags: lumbungpadipandemiPariwisata
Previous Post

Makanan, Hasil Perkawinan Alam dan Budaya

Next Post

Anjing Setan | Cerpen Kiki Sulistyo

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Anjing Setan | Cerpen Kiki Sulistyo

Anjing Setan | Cerpen Kiki Sulistyo

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co