25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mendaras Puisi Emha: Ajari Aku Tidur

Akhmad Faozi SundoyobyAkhmad Faozi Sundoyo
February 17, 2021
inUlasan
Mendaras Puisi Emha: Ajari Aku Tidur

Foto Emha diambil dari caknun.com

Puisi bisa sangat pendek, sependek surat al-Kautsar. Bahkan bisa lebih pendek lagi. Puisi bisa pula sangat panjang, walaupun tidak sepanjang surat al-Baqarah.

Emha Ainun Nadjib dalam Satu Kekasihku, cuma butuh satu bait dan empat baris kalimat untuk berpuisi.

Mati hidup satu kekasihku // Takkan kubikin ia cemburu // Kurahasiakan dari anak istri // Kulindungi dari politik dan kiyai.

Iqbal, filsuf dan penyair India, bisa berpuisi sangat panjang. Dalam Tulip Dari Sinai dia bersajak sepanjang seratus enam puluh tiga (163) bait.Jumlah barisnya bersisi 163×4 = 652 kalimat. Tentu tidak akan saya tuliskan tubuh utuhnya di sini.

Saya akan mendaras puisi. Semacam balas dendam atas tadarus di bulan Ramadhan kemarin, yang tak cukup khusyu’ karena lebih sibuk menghikmat pandemi, daripada Yang Ilahi.

Seperti kata Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an, tadarus tidak mengharuskan hatam berulang-ulang. Tadarus lebih menekankan bobot penghayatan. Sedemikian tadarus Alquran. Ketika sampai pada puisi, saya kira serupa itu. Karena di puisi, setiap rupa kata mengimplisitkan ‘makna’.

Kalau puisi tidak mau didudukkan sebagai igauan kata, aspek maknawi tersebut harus ditarik ke permukaan, melalui kedalaman pencermatan dan penghayatan. Serupa tadarus tadi.

Kata Emha: Ajari Aku Tidur

Kita berhenti di pelataran rumah eksistensi kepenyairan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, bersejenak membaca pelan-pelan salah satu buah karyanya yang ‘puisi’: Ajari Aku Tidur (1986).


(1)

Tuhan sayang ajari aku tidur

Seperti dulu menemuimu di rahim ibu

Sesudah lahir menjadi anak kehidupan

Sesudah didera tatakrama, pendidikan, politik dan kebodohan

Bisaku cuma tertidur

Tertidur


(2)

Tuhan sayang tak kurang-kurang engkau menghibur

Tapi setiap kali badan terbujur ruhku bangkit memekik-mekik!

Hidupku jadi ngantuk, luar biasa ngantuk

Tanpa pernah bisa sungguh-sungguh tidur


(3)

Di siang dunia berseliweran kecemasan

Orang-orang berburu prasangka

Menumpuk salah paham terhadap kehidupan

Memburu dugaan, bersandar pada bayangan

Mengulum batu-batu akik, aku ngantuk

Sungguh-sungguh ngantuk


(4)

Di malam segala nina bobo yang menenggelamkan

Tak mampu kubaringkan mati kecilku

Ajari mati, ya tuhan sayang, ajari aku mati

Nasib sejarah menggumpal di jantungku

Jantung mengerjat-ngerjat

Tapi tak pingsan


(5)

Telah beribu kali

Jantung meledak tak mati-mati

Tuhan sayang, ya tuhan sayang

Rinduku amat tua

Dan sakit


Angka-angka di sela bait puisi di atas, bukanlah aslinya. Angka itu adalah tambahan dari saya. Supaya lebih nyaman kita mendaras.

Membaca Ajari Aku Tidur, kita semacam diajak bertanya: tidur yang bagaimana yang dimaksudkan Emha? Mengapa pula sehanya tidur saja, butuh minta ajar?

Bait pertama, sekilas sangat kacau: paradoks. “Tuhan sayang ajari aku tidur”, kata Aku-Sajak. Di pembukaan ini, dia mau mengatakan, dia sedang tidak bisa tidur. Minimalnya tak cukup memahami apa itu tidur. Tetapi baru tiga baris berlalu, dia melakukan pembalikan: “bisaku cuma tertidur”. Belum cukup kuat, dia nyatakan lagi: “Tertidur”.

Bait kedua. Paradoksa atau perseberangan maksud dari kata “ajari tidur” dan “bisaku cuma tertidur”, diuraikan di sini. Penulis ini mengatakan: “hidupku jadi ngantuk, luar biasa ngantuk. Tanpa pernah bisa sungguh-sungguh tidur”. Penulis sajak, menjelaskan perbedaan mengantuk dan tidur. Mengantuk adalah kondisi jengah atau lelah membuka mata ‘kesadaran’. Lelah yang meminta untuk ditidurkannya badan. Tetapi ketika badan telah dibaringkan, disiapkan menuju tidur, hasilnya justru tidak bisa tidur lelap.

Bait ketiga. Dijelaskan di sini, penyebab utama rasa kantuk. Aku-sajak yang mengeluhkan ‘mengantuk’, ternyata karena menurutnya orang-orang kebanyakan menumpuk salah paham terhadap kehidupan, ditambah memburu dugaan, bersandar pada bayangan. Artinya ada kesalahan yang dilakukan banyak orang. Kesalahan ini berupa ‘salah memahami orientasi dan makna hidup’. Mereka hidup berdasarkan ‘dugaan-dugaan’ saja tanpa dilandasi pengetahuan yang kokoh.

Sebagai sandingan, keresahan semacam ini, belakangan dilantangkan oleh Aku Sajak-nya Rendra dalam Hai, Ma (1992). Rendra bahkan lebih panjang lagi melantangkan keresahannya. Tetapi yang paling telak berada pada kata “mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita”. Lalu aku sajak, merespon dengan: “aku marah, aku takut, aku gemetar, namun gagal menyusun bahasa”.

Tampaklah—bila dilensa melalui sajak Rendra di atas—yang membuat Aku-Sajak mengantuk dalam Ajari Aku Tidur, ialah nuansa takut, gemetar dan marah yang gagal menemukan pintu pengungkapan atau pelepasan.

Selanjutnya, di bait keempat, kegelisahan ini semakin menjadi. Dikatakan oleh Aku-Sajak bahwa gelisah dan rasa sakit, terus terbawa-bawa setiap akan memejam mata. Di saat lazimnya orang-orang tidur, dia si Aku-Sajak kesakitan mengerjat-ngerjat tanpa henti. Tak kuasa tidur, bahkan setelah membaring-baringkan tubuh.

Di bait penutup, Aku-Sajak masih kesakitan terus menerus. Kesakitan yang telah lama dirasa, dan masih selalu terasa. “Telah beribu-ribu kali, jantung meledak tak mati-mati”.

Sampai di sini, Emha dapat dikatakan mengukuhi jalan puisi yang bukan sebatas untaian kata bersayap, atau semacam bisikan rayuan kekasih kepada terkasihnya. Dia mengajak pembaca sajak dolan ke bilik refleksi ruhani. Sebangun ruang yang di dalamnya berisi (kesadaran) diri yang sunyi, sepi, kadang terasing. Kesunyian si Aku-Sajak, dikikis melalui jalan munajat: meminta ajar kepada Tuhan yang dia tahu Maha Bisa, termasuk bisa menuturkan “ilmu tidur”.

Pengejaan maksud-makna di sini tentu hanyalah sisi pojok saja, dari pembacaan saya. Suara yang mungkin salah, jauh dari tepat, akan tetapi penting. Penting sebagai pembuka suara lain yang mungkin benar, jauh dari menyeleweng. Lain perjumpaan, kita lanjut lagi di ayat-ayat puisi yang lain. []

Bibliografi:

  • Muhammad Iqbal. 1985. Pesan dari Timur (terj. Abdul Hadi WM). Bandung: Pustaka.
  • Emha Ainun Nadjib. 2004. Cahaya Maha Cahaya: Kumpulan Sajak. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Tags: Cak NunEmha Ainun NadjibPuisi
Previous Post

Fenomena Pelacuran | Potret Buram Kemanusiaan yang Perlu Kaji Tindak Non Diskriminatif

Next Post

Puisi Bagi Penjaga Setia Kultur Ilmiah || Selamat Purnatugas Prof. Bawa Atmadja

Akhmad Faozi Sundoyo

Akhmad Faozi Sundoyo

Penulis adalah pembelajar Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram. S1 Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Momong anak lanang dan penikmat literasi. Domisili di Pundong, Bantul, Yogyakarta.

Next Post
Puisi Bagi Penjaga Setia Kultur Ilmiah || Selamat Purnatugas Prof. Bawa Atmadja

Puisi Bagi Penjaga Setia Kultur Ilmiah || Selamat Purnatugas Prof. Bawa Atmadja

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co