Desa Les di Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, terdapat kuliner khas. Sederhana, bahan-bahannya mudah didapat, dan tentu saja sehat. Kuliner ini bisa disebut legenda. Tak tahu siapa yang menciptakan, tapi diwariskan terus turun-temurun. Kuliner ini bahkan menjadi primadona, mulai dari kalangan anak-anak sampai tua-tua.
Warga desa menyebutnya “jukut blook”. Jukut artinya sayur. Blook atau blowok tak diketahui dengan jelas artinya. Yang jelas, siapa pun di desa itu, bilang dengan pasih. Jukut Blook.
Bahan-bahan untuk mengadon jukut blook gampang didapat di Desa Les. Pucuk daun labu (tentu saja muda), cicihan sabrang (umbi singkong), racikan bumbu bali dan antan atau parutan kelapa muda. Topingnya, jagung yang di-nyahnyah (disangrai) atau boleh juga jagung digoreng.
Semua bahan cukup mudah dicari setiap pagi. Rambatan labu masih menjalar di tepi jalan atau pada pagar kebun. Singkong tinggal mencabut, ambil umbinya. Jika tak punya kebun singkong siap panen, bisa minta dulu pada tetangga, pada saudara. Kelapa tinggal metik. Di Desa Les, pohon kelapa mamsih banyak.
Hanya jagung yang tersedia sesuai musim. Pada musim hujan, warga Les memang banyak menanam jagung. Pada musim kemarau, jagung masih tetap tertanam, tapi jarang-jarang. Jika tak ada jagung hasil tanam sendiri, jagung pasar bisa diperoleh setiap pagi di pasar desa. Kalau, malas cari jagung, jukut blook tanpa toping pun tetap enak.
Bumbunya apa? Bumbu bali. Ya, bumbu bali yang seperti apa?
Base genep (bumbu lengkap), dengan bawang metambus atau bawang dipanggang. Isen tak perlu diisi. Ada juga bumbu anget-anget. Apa itu anget-anget? Itu gabungan bumbu lada putih, bawang putih, kunyit dan cekuh, juga isi sedikit cengkeh.
Jukut blook dari tahun ke tahun selalu menjadi menu ringan untuk menemani obrolan bagi warga Desa Les saat kumpul keluarga. Atau, menu ini bisa juga menjadi welcome food alias menu selamat datang ketika ada teman/tamu datang.
Jika kebetulan tak ada umbi singkong dan jagung nyahnyah, tak apa-apa sayurnya hanya pucuk labu muda. Tetap enak, hanya namanya bukan lagi jukut blook, melainkan “jukut coboran don waluh”, atau sayur coboran daun labu.
Di desa tetangga, seperti di Desa Tejakula atau Bondalem ada juga sayur yang menyerupai jukut blook, namanya jukut rambugan. Tapi bahan-bahannya tidak sama seperti komponen utama jukut blook, yakni daun labu muda, umbi singkong, jagung nyah-nyah. Dalam perkembangannya sayuran semacam ini banyak dipadu padankan dengan ares (batang pisang muda) dan jenis kacang-kacangan.
Di Les selain sebagai menu di rumah-rumah, jukut blook secara spesial dibuat pada upacara adat, seperti upcara kepus pungsed (putus tali pusar) pada bayi, upacara sebelas hari kematian, dan pertemuan-pertemuan keluarga. Secara istimewa jukut blook juga dibuat saat kumpul-kumpul teman atau sahabat di bale bengong.
Jukut blook terbaik di Desa Les ada di masing-masing keluarga. Artinya, pada setiap keluarga memiliki jukut blook terbaik. Pada setiap keluarga pasti mengenal dan bisa membuat makanan khas ini. Semacam warisan leluhur tentang resep makanan yang tanpa dibukukan tapi telah mendarahdaging dan membentuk kekhasan pada masing-masing keluarga.
Jukut blook seakan mempunyai beberapa fungsi dalam strata sosial di Desa Les. Sayur ini menjadi pemersatu berbagai kalangan, siapa pun, dari kelas apa pun, jukut blook ini tetap menjadi suguhan nomor satu untuk dihidangkan dan dibincangkan
Sebagai usaha, di tengah pandemi ini jukut blook dijual-belikan dengan peminat bukan hanya dari Desa Les, melainkan juga dari desa lain. Penjualannya pun ada yang secara offline, ada juga yang online. Sayur ini dicari karena merupakan makanan organik dan alami. Banyak juga dicari oleh kaum vegan dan vegetarian.
Komponen yang paling utama dalam membuat jukut blook ini adalah pucuk daun muda labu dan singkong. Jika salah satu dari bahan ini tidak tersedia maka dipastikan sensasi dan nilai magis dari menu ini tak akan sempurna. Dengan minat dan permintaan yang tinggi maka banyak kini warga menanam labu dan singkong, di kebun atau di pekarangan rumahnya sebagai lumbung pangan keluarga.
Bagi pencari makanan organik semisal penganut vegan dan vegetarian, menu ini seakan sudah didesain oleh para leluhur untuk menyambut fenomena makanan organik dan hanya berisi sayur dan umbi singkong saja, tanpa ditambahkan daging atau ikan.
Selamat menikmati. [T]