Penulis: Ni Nyoman Sri Supadmi
Di era modern seperti saat ini, terjadi perubahan yang sangat pesat dalam bidang teknologi. Berbagai teknologi baru terus ditemukan sebagai upaya untuk mempermudah pekerjaan manusia. Perkembangan teknologi tersebut mengakibatkan keterbatasan- keterbatasan yang ada bukan lagi sebagai halangan. Dengan adanya perkembangan teknologi, berbagai kesulitan dipermudah, seperti misalnya dalam bidang komunikasi dan informasi. Jaman dulu, orang berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol atau sandi, kemudian beralih dengan komunikasi dengan media surat. Butuh waktu yang tidak singkat dalam penyampaian infomasi melalui surat. Belum lagi, surat yang mungkin salah alamat.
Perkembangan teknologi menolong manusia untuk mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi. Bahkan dewasa ini kita malah dapat berkomunikasi tatap muka, melihat wajah orang yang kita ajak berkomunikasi. Kita juga dapat memperoleh informasi dari berbagai belahan dunia dengan cepat, bahkan bisa dikatakan up to date. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi sungguh memiliki banyak dampak positif terhadap kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi juga telah merambah berbagai wilayah di Bali. Sebagai tempat destinasi wisata dunia, masyarakat dan kebudayaan Bali bukanlah suatu pengecualian terhadap dampak perkembangan teknologi tersebut. Dengan wilayah yang relatif kecil, pulau Bali menjadi sorotan destinasi wisata dunia yang selalu diposisikan istimewa dengan keindahan alam dan sistem seni budaya yang indah. Kemajuan teknologi yang mendukung perkembangan pariwisata menjadi media yang menguntungkan bagi agen-agen yang berkecimpung di bidang tersebut. Agen-agen tersebut dapat mempromosikan pariwisata Bali dengan budaya dan keindahan alamnya kepada masyarakat global, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Bali. Hal tersebut tentu berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Bali, bukan hanya bagi pelaku pariwisata, namun masyarakat Bali pada umumnya.
Akan tetapi terlepas dari kemajuan perkembangan pariwisata sebagai salah satu dampak positif perkembangan teknologi, dampak negatif juga membayangi masyarakat Bali. Banyaknya orang asing yang masuk ke Bali, mengakibatkan banyak pula budaya luar yang masuk dan ikut menampilkan diri mencari panggung untuk pentas dan memperkenalkan kebudayaannya. Hal tersebut merupakan dampak atau konsekuensi dari perkembangan pariwisata budaya di Bali yang dapat mengikis nilai-nilai luhur budaya Bali. Bali yang mendapat kunjungan dari berbagai negara maju yang lebih banyak mengandalkan teknologi sebagai bantuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan Bali sebagai daerah yang terkenal akan keindahan alam dan masyarakat yang kental akan budayanya harus dapat mengimbangi perkembangan teknologi dan mempertahankan budaya yang diwariskan oleh leluhur Bali.
Berdampingan dengan teknologi yang semakin berkembang, kita semakin dihadapkan pada masalah tentang perubahan budaya yang terjadi di Bali. Teknologi banyak menyumbang kemajuan untuk perkembangan pariwisata di Bali khususnya pembangunan di bidang pariwisata, dan kemajuan teknologi memberikan dampak negatif bagi budaya Bali yaitu pergeseran budaya dalam hal penggunaan busana adat Bali dan penggunaan bahasa daerah yaitu bahasa Bali. Adat istiadat dan budaya Bali mulai berubah karena mengalami asimilasi budaya dengan budaya luar, yang dibawa orang asing ketika berwisata ke Bali. Salah satunya yaitu cara berpakaian remaja Bali yang berubah secara signifikan dengan alasan mengikuti tren. Hal ini juga berpengaruh terhadap cara berbusana ke pura.
Mantra (1996 : 1-2) mengemukakan, globalisasi merupakan gejala yang tak dapat dihindarkan, tetapi sekaligus juga membuka kesempatan yang luas. Globalisasi telah membawa kemajuan besar dan perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat Bali, khususnya umat Hindu yaitu terjadinya benturan kultur, dalam konteks fenomena berpenampilan dalam berbusana adat ke pura bagi umat Hindu. Cara berbusana perempuan Bali yang sudah mengikuti modernisasi ini malah mengubah etika berbusana ke pura menjadi kurang sesuai. Sering kita jumpai wanita Bali ketika melakukan persembahyangan saat ini, memakai kebaya yang transparan dan memakai kamen yang bagian depannya hanya beberapa cm di atas lutut. Sedangkan kaum pria masih banyak yang menggunakan udeng yang ikatan udengnya tidak menghadap ke atas, pemakaian kamen pada pria di Bali tidak memakai kancut atau lancingan. Hal ini sudah membuktikan perubahan budaya akibat kemajuan teknologi. Masyarakat Bali, khususnya pengguna internet, terpengaruh oleh gaya berbusana orang luar setelah melihat tren masyarakat luar Bali bahkan luar negeri, dan mengaplikasikannya pada cara berbusana ke pura padahal hal tersebut kurang tepat untuk diikuti.
Pergeseran budaya juga terjadi pada penggunaan bahasa sehari-hari. Undang-Undang dasar 1945 pasal 32 ayat 2 menyatakan bahwa Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Hal ini dapat diartikan kedudukan bahasa daerah dan bahasa nasional adalah sejajar. Bahasa Bali yang merupakan bahasa ibu di Bali telah menjadi identitas dari budaya Bali. Secara eksternal, tantangan yang dihadapi dalam kelestarian bahasa Bali adalah gencarnya pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar aktivitas resmi, serta penggunaan bahasa asing lainnya yang dianggap penting mengingat Bali sebagai destinasi wisata dunia. Hal tersebut berdampak pada eksistensi bahasa Bali. Penduduk Bali khususnya generasi muda dewasa ini bahkan lebih sering berbahasa Indonesia atau berbahasa inggris dalam percakapannya sehari-hari sehingga kemampuan masyarakat berbahasa Bali menjadi menurun drastis. Anak-anak usia sekolah bahkan banyak yang berpendapat bahasa inggris lebih mudah dibanding bahasa Bali, padahal bahasa Bali adalah bahasa daerahnya sendiri. Banyak pula orang Bali yang fasih berbahasa Inggris namun seketika menjadi terbata-bata ketika berkomunikasi menggunakan bahasa Bali.
Situasi ini diperumit lagi dengan adanya sosialisasi pemakaian bahasa Indonesia yang tidak mengindahkan perawatan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang harus dilestarikan. Demikian juga semakin diperparah dengan berkembangnya pemakaian bahasa asing di Bali terkait dengan berkembangnya industri pariwisata. Modernisasi juga sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Bali. Hal ini terlihat dari banyaknya generasi muda yang semakin jarang menggunakan bahasa Bali dalam pergaulannya. Anak-anak yang sedari kecil sudah mengenal teknologi misalnya dengan melihat sosial media atau chanel youtube anak-anak, secara tidak langsung mempelajari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Hal ini akan berpengaruh pada aktivitas sosial anak yang berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, sehingga penggunaan bahasa Bali dalam berkomunikasi sehari-hari semakin ditinggalkan. Hal ini diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian bahasa bali melalui penggunaan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari.
Paparan tersebut bukan mengklaim bahwa perkembangan teknologi pasti membawa budaya yang tidak baik bagi masyarakat Bali. Perkembangan teknologi sejatinya harus disikapi dengan sikap mawas diri. Kesadaran masyarakat Bali tentang pentingnya pelestarian budaya asli Bali perlu ditingkatkan. Perlu masyarakat sadari bahwa pariwisata Bali berkembang karena keunikan budaya daerahnya. Selain itu, budaya luar tidak berdampak buruk terhadap eksistensi budaya Bali bila masyarakat Bali dan pihak yang terkait mampu menyaring budaya luar yang masuk, yang tidak sesuai budaya Bali wajib kita buang dan tinggalkan sedangkan yang sesuai dengan budaya Bali kita pakai untuk memperkaya budaya Bali. Jika seluruh masyarakat Bali sadar tentang hal tersebut, ajeg Bali bukan hanya sekedar slogan tetapi benar-benar terjadi dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bali, sehingga budaya Bali akan tetap lestari.[T]
- Ni Nyoman Sri Supadmi, mahasiswa S2 Ilmu Manajemen Undiksha Singaraja