5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

Alit S RinibyAlit S Rini
January 23, 2021
inPuisi
Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

Sketsa Nyoman Wirata


AKU DAN PERTIWI,

PERCAKAPAN DI DEPAN API


Api menjulur-julur mengkabutkan pandangan

       Orang-orang kian menjadi bayangan

       Oleh lelehan air mata melepas sebuah kepulangan


Jika pun bukan dia

         Di pembaringan api itu, katamu

Aku harus menyaksikan tarian api yang sama

 Memulangkanmu pada tanah, pada angin,

          Pada air dan ruang tak berbentuk

          Lewat penyucian api.


Tapi hari ini, meski tanpa air mata

Ingatan masih mengiris setajam belati

Terkadang menyulut ketidakpahaman

Seperti kabut, mengaburkan langkah yang mulai pasti

       Menuju arah, entah secerah atau segerah apa


Jangan mengubah diri,

       jadi kemayu,

       jadi bisu, gagu,

       Memaknai peristiwa perjalanan.

Kau hanya terpilih,

       Bersaksi, mengantar yang hendak pulang.


Saksikanlah wajah-wajah liar saat  ini

        Tanpa warna, berpayung kemegahan semu

Yang kau lihat hanya warna lumpur,

        dan debu kehidupan

Dibalurkan hujan dan kemarau.


Jalan setapak menuju rumah kenangan,

      Takkan mudah, tak mungkin tanpa resah

Suara-suara bangkit dari mantram yang tertanam

       di empat sudut  rumah,

       dari balik pintu  yang tak rapat tertutup,

       dari helai daun dan bunga kesayangan

       yang kau ajak becakap tentang kesepian

        dan kala suntuk.


Atau lolong satwa menjelang malam,

       Memberi isyarat ada yang mengintai

       Dari lubang gerbang.

       Mungkin juga dari kedalaman batin

Orang-orang yang diganggu rasa bersalah


Mimpi hari ini membuatmu bergairah

Hari-hari dialiri pertanda,

Bermula dan berakhir dengan tanya

Ayat ayat, lturun dari langit

Melingkar, berpusar di langit-langit rumah

Seperti kupu-kupu yang tiba-tiba mendekat

    Tak teduga kedatanganya, dan

     Dibaca dukun petanda  baik


Jangan terkesima pada kata dan pertanda

Tak selalu menjaga kehidupan, bersih dari

      hiruk pikuk keinginan

Limbahnya  terserak di mana-mana.


Jalanan kian riuh dengan lalu lalang

Orang-orang bicara agama,

Di pelataran terang, atau bawah pohon tanpa cahaya.

Di ujung hari mereka  pulang

        tanpa penerangan.

 Membawa belati tersembunyi di dadanya

Degan mata nyalang

      dituntun dendam.


8jan2021


PEREMPUAN SEKUNTUM


Apa agama pemberi luka, apa

      agama penyembuh?

Perempuan perindu menghutankan kesepiannya

     jadi belantara pekat.

Tanpa cahaya menyelinap di rimbunnya.


Jika kau tersesat di lingkupnya,

Pastikan tak mematahkan

       kuntumnya yang lunglai

Karena kau membawa dengung

     membangkitkan hangat percintaan.


Ia pemuja mimpi.

Di hari tak terduga,

Badai datang di cuaca benderang.

Menghalau mimpi tanpa janji.


Ia mengintai celah jeruji perunggu

Terpaku pada  fatamorgana.

Dari bilik berpintu emas,

Membayangkan yang enggan datang.

Di mimpinya ia jadi perempuan

     bermahkota bunga

Menari bersama lelaki bersuara lirih

Bersama memetik saripati kehidupan

Di sela ilalang  beraroma tanah basah

      usai hujan semalam


Hari akan selalu pekat,

     mengelam oleh pikiran murung

     seperti  tanpa bulan.

Mendung memahkotai langit.

Awan menyembul tipis

       Dari selipan halilintar.


Hati seperti layar , bercahaya temaram

      lalu redup.

Pohon-pohon jadi bayangan,

Terguncang-guncang  di angin

       Seperti  suasana hati, seperti  air mata

 Menunggui hari dengan mata cekung,

Ayat-ayat seperti teraduk-aduk dalam sujud

Sudah  lama ia lupa keceriaan sembahyang

Sepi demi sepi sederas dukacita

Tapi kesepian bukan  kata mati


Biarkan keheningan meraya.


20 des 2020


TIRAN


Kurungan itu bernama waktu

Membatasi gerak perjalanan , dari

    gerbang rahim hingga perhentian  mahahening

Dalam perjalanan, menyusuri lorong pencarian

Di dindingnya terbaca tulisan takdir

      Mungkin tak terpahami, tapi sejati

       Pertemuan, di ujung pencarian.


Ada ribuan mata cahaya berpendar

Di dinding gua yang menggemakan suara

      Mengirim pantulannya ke dalam jiwa yang mendengar

       Menggemakan yang tak ingin kau ingat,

      Meletupkan yang ingin kau senyapkan.

Mengingatkan ke sebuah hubungan

     Kekeramatan menara rapuh angan-angan

     Rasa sakit, derita zaman,

     Orang-orang meneriakkan luka


Di dalam kurungan waktu,

Jiwa terlontar dari kesilaman,

      Juga melontarkan semua gumam

         Jadi suara kanak-kanak,

         menyanyikan keinginan tak terukur.

         berputar-putar,

 di udara, terserak  jadi dingin angin


Saatnya pulang pada hati yang terjaga.

Sunyi seribu pintu melilit jadi naga waktu

     Memanggil awan, mencegah gemintang

      mendekat sebagai utusan malam.

Tapi malam tak bisa menunda kedatangannya

       menyungkup jiwa yang  jumawa.

Di perjalanan,

     menuju perhentian,

Apa makna kemegahan,

Kesilaman yang kau bawa

      dengan dada membusung.

Kekeramatan silsilah,

      Di menara angan-angan

masihkah bermakna?


15 jan2021


CERITA DI UJUNG TAHUN


Saksikanlah  perayaan ,

       tanpa festival kembang api.

Duduk kita di tepi trotoar, bersisian

      Dengan orang-orang berbaju lusuh.

Wajah-wajah tak tertakar oleh kata.

Kita simpan kantung kata,

      Yang isinya tak seberapa

      untuk menggambarkan kedalaman duka.

Hanya langit semburat merah

Membayangi malam.


Mereka menanti kelahiran tahun

Menitipkan pengharapan di doa-doa,

      sarat beban,  sarat keinginan.


Kelahiran,

      terhubung dengan hakikat,

      Penebusan yang dikendalikan takdir

      Mengalir dalam perencanaan mahakala.

Menghela orang- orang ke medan perburuan hidup

Menghadang waktu,

Di sana keberanian terhunus

          dan terukur.


Aku gentar, terkurung rasa tertikam,

Pilu menolehkan wajah ke sekitar,

Juga ke belakang,

     Ke bentangan berlumpur.

Di atasnya berdiri hunian tak utuh,

     Rumah rohaniku.

Beratap berlubang di sana sini

Sebagian  keropos

     dikikis badai musiman.


Musik syahdu mengalun dari seberang jalan

Bergantian dengan irama gerimis

Semakin memperkuat nuansa dingin desember

Orang -orang,

   lewat paduan suara  menyayat hati

Menangisi lelaki yang darahnya

Membasuh dosa  peradaban

Luka demi luka berbalasan dosa demi dosa


Penanda perayaan,

Pohon-pohon buatan dipajang di etalase toko

Berhias lampu warna warni,    

Bintang-bintang, salju,

           Juga buatan.


Puisi  sendu terselip di bawah alas meja  perjamuan,

Agar tak mengganggu perayaan

 Kerlip lampu kian liar seiring malam,

      merambati kota

Cahayanya jatuh di tubuh orang – orang

       Yang tenggelam dalam kerumunan

Gelak tawa menjalari kehangatan.


Bayangan gelap pohon menimpa

      para penyusur jalanan.

Derai tawa perempuan bersahutan dengan

Gurau nakal petualang tengah malam.

Hilang muncul di gang tanpa papan nama.


Siapa peduli jika pun kau tak bernama

Bahkan gambar wajah memelasmu

Terbuang tanpa catatan waktu


Orang-orang asyik masyuk,

Dan kau terantuk-antuk

   menyusuri kesendirian.

Sampai di ujung hari sekali pun.


28 des 2020


DURGA


Kau, bagiku, juga ibu

Jelita, menari di kedalaman kalbu

Bersthana di pikiran dan kata

Menerima yang pulang,

     Juga yang datang

     membawa permintaan.


Di hari terpilih,

     di taman indahmu,Gandamayu

Aku akan bertemumu

Disambut lima perempuan bercadar putih

Kumasuki hamparan jiwa jagatraya

       Mahapenerima.


Aku seperti kanak-kanak,

Pulang bermain di ambang sore

Membawa hati riang bercerita

Aku, kau, mempercakapkan segala

Yang kupetik di permainan hidup

     Sukacita, dukalara, hingga

      Dendam yang membakarku

Juga berjilid-jilid tanya

Yang kutulis sebelum  ajal.


Kusimpan wujudmu,

Perempuan perkasa nan jelita

Tangan-tangan terkembang

Selayaknya memayungi semesta

Menjadi shakti , menjaga keseimbangan takdir

Rumah indahmu, tamansari penuh bunga

Dijaga dayang-dayang

     Pengabdi penuh cinta.


Siapakah merajah kekeramatan

    pada pepohonan, menakik-nakik bongkah kayu

     jadi menyeramkan

Berabad lamanya mengukir wajahmu

     yang menggetarkan, berkuasa atas makam.


Orang-orang enggan

Melintas di malam-malam,

        Engkau menari tanpa bulan.


Rinduku melebur jadi doa,

Saat terbuka gerbang lorong waktu

Inginku membawa semua tanya

Yang lama  mengganggu jiwa

Membuatku tak nyaman,

Seperti menjalani kutuk,

          Karena aku perempuan.

Angin liar berputar dalam tubuh, menggiringku

Jadi pengigau, pemuram,

       berkali-kali kehilangan gairah sujud


Jika aku hadir tak lagi

sepenuhnya manusia

       Mungkin sebagian wajahku denawa,

        Satwa, atau entah apa

Sesungguhnyalah karena tenung luka,

   amarah, jadi sakit menahun tanpa dukun

Menguras sari rasa hidup.

Kubawa di berbagai musim

Mencari penawar racun di antara huruhara

       yang selalu mengurung.


22 des 2020

Previous Post

Kupu-Kupu Merah Bata | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

Next Post

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

Alit S Rini

Alit S Rini

Penyair, tinggal di Denpasar

Next Post
Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co