5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kupu-Kupu Merah Bata | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

I Putu Agus Phebi RosadibyI Putu Agus Phebi Rosadi
January 23, 2021
inCerpen
Kupu-Kupu Merah Bata | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

Ilustrasi tatkala.co [Satia Guna]

“Indah sekali!” Karin berujar dengan aksen kental Indonesia ketika mata kameranya menangkap kilau es puncak gunung Matterhorn.

Seketika seperti ada yang menampar telinga Franz. Ia kemudian menghampiri.

 “Mengapa perempuan Indonesia begitu berani jalan-jalan sendiri di Swiss?” Franz bertanya

 “Swiss yang ramah tak pernah memerlukan keberanian bagi perempuan yang lebih bahagia menikmati alam ketimbang mengurung diri di kamar.” Karin menjawab dingin seraya merogoh saku dan menawarkan sepotong coklat dengan asumsi bahwa coklat mampu merangsang rasa bahagia.

Percakapan mereka akhirnya tumpah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Karin mengatakan bahwa ia baru pertama kali ke Zenmart. Franz menceritakan kota di atas pegunungan itu dengan rinci mulai dari udara yang sejuk, waktu yang efisien, dan kebersihan yang tak akan ia temui di Indonesia. Dan karena memiliki tujuan yang sama, sore itu, di atas kereta menuju Basel Karin menceritakan perasaan jatuh setiap  cinta pada pintu kereta yang terbuka dan tertutup dengan anggun, juga veron  yang muncul ajaib di bawah kaki setelah kereta berhenti. Sampai di Basel, tak terasa mereka begitu jauh menceritakan nasib  masing-masing.

Franz mengatakan bahwa dia bukan lelaki Swiss tulen. Darahnya, setidaknya, setengah Indonesia dan separuhnya Swisss. Masa kecilnya tak pernah bahagia. Segala sayup kesedihan dalam hidupnya berasal dari sana.  Saat usia 10 tahun orang tuanya berpisah.  Mereka tak pernah akur semenjak ada lubang rahasia yang terbuka. Ayah Franz menjalin hubungan lain dan dengan niat tebal kemudian menceraikan ibunya dan menikahi perempuan rumah bordir di Surabaya. Karena sakit hati dan agar tak terkenang-kenang akan suaminya, Franz diajak ibunya pulang ke Swiss.

Sejak saat itu, ibunya selalu berusaha memupuk kebencian Franz kepada ayahnya, dan tentu juga, perempuan yang berhasil memikat ayahnya. Sampai sekarang. Sampai usianya 19 tahun, di depan ibunya Franz selalu berusaha membenci ayahnya dan tak sekalipun menyebut namanya. Tapi dalam hati sebenarnya Franz ingin mendapatkan jawaban yang pasti mengapa Franz harus membenci ayahnya. Ia ingin bertanya tentang kebenaran itu. Tapi bagaimana mungkin kebenaran  ia dapatkan? Franz tak memiliki alamat dan kerabat yang bisa menjelaskan keberadaan ayahnya.

Franz juga akhirnya sedikit tercengang ketika ia tahu bahwa Karin adalah orang Surabaya.  Elmo, ayah angkatnya, menawari untuk kuliah filsafat di Swiss. Mulanya, ibunya tak mengizinkan karena karin adalah perempuan satu-satunya. Ia begitu berarti bagi keluarga. Tapi dengan tegas karin sanggup menyakinkan, bahwa sejak lama ia ingin belajar serius dan pantas di perguruan tinggi. Petatah-petitih tentang pentingnya mengenyam pendidikan tinggi terus ia lontarkan kepada ibunya sampai pada akhirnya ia luluh.

Dalam keras keinginan Karin, ibunya sempat berkata dengan wajah sedih. “hidup begitu sepi seandainya kamu pergi” Karin tertegun dan langsung memeluk ibunya. Sekali lagi, ia memaksa ibunya untuk percaya bahwa ia tak akan lama meninggalkan Surabaya. Setelah selesai kuliah, ia berjanji akan mencari kerja untuk memperbaiki kegagalan kehidupan keluarganya selama ini. Karin benar-benar memaksa ibunya untuk berhenti bersedih dan memberikan pelukan hangat dalam beberpa menit. Franz tak begitu detail mendengarkan cerita Karin. Sambil membayangkan Surabaya, rasanya Franz telah banyak melewatkan cerita pedih dalam hidup Karin.

Di hari-hari berikutnya, kehadiran Karin kemudian membawa keberuntungan. Setiap enam bulan sekali, ia selalu meluangkan waktu pelesir ke Surabaya menemani Karin menikmati libur semester. Franz menyempatkan  berkunjung ke rumah-rumah bordir —tempat satu-satunya yang ia bayangkan untuk menemui ayahnya. Franz hanya ingin melihat apakah ayahnya bahagia dengan pilihan itu.  Hanya itu. Tak lebih. Tapi tanpa sengaja ia menikmati kebiasaan jalan-jalan mengunjungi rumah bordir satu ke yang lainnya.

Pada mulanya ia hanya menemukan rumah bordir sebagaimana rumah bordir pada umumnya yang memajang perempuan-perempuan dalam aquarium. Mereka seperti ikan hias yang  ditawarkan. Meski mereka cantik, Franz telah memendam perasaan benci. Sesekali Franz memang memesan perempuan itu, tapi bukan untuk ditiduri. Franz hanya mengajaknya bersenda gurau di sebuah kafe dan sekadar memancing perempuan-perempuan itu untuk menceritakan hidupnya dan bertanya apakah ia mengetahui Sukarjo, ayahnya. Tapi Franz tak menemukan apa-apa. Barangkali memang kehidupan orang tak selamanya perlu diceritakan.

Dari rumah bordir satu ke lainnya, Franz hampir melakukan hal yang sama. Tapi suatu kali, ia menemukan rumah bordir yang berbeda. Rumah Bordir Kupu-Kupu. Tapi anehnya, ketika Franz memasuki rumah bordir itu, tak satupun ia temukan perempuan muda yang cantik jelita. Hanya rumah kecil yang tembok-tembok sekelilingnya bersih. Tak ada debu yang menempel. Cat temboknya nampak selalu baru. Hanya perempuan tua yang mencoba terlihat muda dengan bedak tipis dan bening gincu di bibir halusnya. Gaun tipis dengan corak pantai membuat hidupnya tampak cerah. Kedua tangannya sibuk menulis sesuatu pada sebuah kertas. Sesekali ia juga memainkan telepon genggamnya. Suaranya tertahan. Batuk dan serak.

Franz mendengar rumor bahwa nama perempuan tua itu adalah adalah Maddam Hana. Entah itu nama asli atau hanya nama samaran dan Franz merasa tak perlu mengetahui  terlalu jauh. Melihat Franz berdiri di depan pintu, Maddam langsung menghentikan kesibukannya. Matanya langsung tertuju ke arah Franz.

“Hallo adik manis. Mau pesan yang umur berapa?”

“Apa saya boleh mampir saja dan tidak memesan apa-apa?” tanya Franz kepada Maddam.

“Sudah lama tak ada anak muda yang tertarik mengunjungi tempat ini. Duduklah barang sebentar. Jika tak terburu-buru, akan Maddam buatkan teh.”

Franz mengangguk. Perempuan tua tersenyum. Dengan saksama Franz memerhatikan wajahnya, kulit tuanya nampak menimbulkan gurat keriput. Ia membayangkan betapa cantiknya perempuan tua ini beberapa tahun silam.

“Meski tempatnya kecil, ini adalah rumah bordir terbesar di Surabaya, “ katanya sambil menghidangkan teh di meja.  Irisah jahe dan sereh tenggelam dalam gelas. Barangkali perempuan tua itu tak pernah nimkat minum teh tanpa rempah.

“Bahkan saking banyaknya pelayan, sampai-sampai tak ada yang menemani Maddam di sini kan?” kata Franz menimpali.

Mereka berdua tertawa lepas.

Hari-hari berikutnya, setiap berkunjung ke Surabaya, Franz hanya berkunjung ke rumah Bordir Kupu-Kupu dan merasa tak tertarik lagi mengunjungi rumah bordir lainnya. Ia merasa lebih tertarik bergurau dengan Maddam ketimbang sibuk mencari tahu keberadaan ayahnya. Sejak hari pertama Franz ke tempat ini, ia merasa betah dan melupakan ambisi mendatangi rumah- rumah bordir. Maddam Hana kemudian franz anggap sebagai ibunya sendiri. Madam Hanna baik dan menyayangi Franz. Ia kerap menyapa franz dengan  dengan pangggilan ‘anakku’. Tanpa sadar, Maddam telah menceritakan banyak hal tentang perempuan dan perihal mengapa rumah bordir ini tak menyediakan perempuan. Rumah ini hanya menyediakan pesanan. Bila kita memesan,maka pesanan itu akan diantar ke tempat tertentu (biasanya sebuah hotel atau losmen). Hal itu bertujuan sedikit menjaga identitas si pelaku bordir. Pernah suatu kali Franz bertanya perihal daftar nama pelayan di rumah ini, tapi segera Maddam menjawab tak ada daftar.

Perempuan-perempuan di rumah ini boleh datang dan pergi sesukanya. Rumah ini juga tak memandang usia dan wajah. Rumah bordir ini menjamin hak kebebasan perempuan. Franz tahu perempuan tua itu sedang bebohong dalam beberapa hal dan Franz juga tak ingin mengulik lebih dalam rahasia dapur perusahaan. Tapi satu yang Maddam tekankan, bahwa untuk memberikan ciri khas, Maddam memberitahukan bahwa setiap pelayan dari ruamah bordir ini memiliki gambar kupu-kupu merah bata di punggungnya.

Cerita cerita rahasia tanpa sadar telah semua menyembul dari mulut Maddam. Tapi setahun belakangan Franz tak pernah berkunjung ke Surabaya. Di Swiss, musim dingin semakin menumbuhkan cinta. Karin dan Franz mulai menimbang, apakah  berumah tangga adalah pilihan selanjutnya? Mulanya mereka abai, tapi akhirnya pilihan itu mereka jalani. Di usia yang sudah matang dan memiliki perkerjaan berpenghasilan mapan. Maka mereka akhirnya datang ke Surabaya untuk kesekian kalinya. Karin meminta restu kepada ibunya, sedangkan Franz menyempatkan diri mengunjungi Maddam. Mereka berdua tentu merestui. Di usia yang semakin ringkih, Maddam hanya memberi restu dan doa bahagia. Dengan alasan bahwa ia telah berjanji tak akan meninggalkan rumah bordir  kupu-kupu, maka ia tak akan datang ke acara pernikahan Franz.   

Di malam pertama bulan madu. Mereka menginap di pinggiran Danau Janeva. Mereka ingin menikmati sensasi bercinta pertama kali di balkon yang menghadap danau dengan interior kilau warna cahaya dari bening danau dan bulan yang tentu akan memantulkan bayangan yang sedang bercinta. Maka Franz dengan semangat menyongsong ranjang. Di sana karin menanti. Ketika karin membuka bajunya, Franz tiba-tiba menelan ludah. Di punggungnya, ada gambar setangkai bunga dan seekor kupu-kupu merah bata. Memandang gambar itu, Franz kemudian tersenyum. Indah sekali. Ia sejenak memalingkan wajah. Di atas sana, cahaya bulan membayang. Begitu tua. [T]

BACA CERPEN LAIN

Ilustrasi tatkala.co [Satia Guna]
Previous Post

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

Next Post

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

I Putu Agus Phebi Rosadi

I Putu Agus Phebi Rosadi

Setelah menempuh pendidikan di Singaraja, ia kembali ke kampung halamannya di Jembrana untuk menjadi petani sembari nyambi jadi guru. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai dan cerpen.

Next Post
Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co