30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Literasi Hadap Masalah

Doni Sugiarto WijayabyDoni Sugiarto Wijaya
January 4, 2021
inEsai
Saat Teknologi Tak Lagi Netral

Doni Wijaya [Ilustrasi oleh Nana Partha]

Pada tanggal 12 Februari 2020, di Desa Guwang  Sukawati, Gianyar,,tepatnya di Kulidan Kitchen, suatu tempat yang berada di tengah sawah dengan air selokan di sebelah baratnya yang mengalir cukup jernih, diadakan suatu acara yang belum pernah saya hadiri sama sekali.

Saya secara pribadi menganggap diskusi buku yang diiringi oleh pameran seni bertema  ini paling bermakna di tahun 2020 karena menyajikan gagasan penting mengenai esensi pendidikan yang ada di masyarakat. Penyajian tersebut membahas mengenai pentingnya mata pelajaran sekolah dan pendidikan untuk orang dewasa  menyentuh permasalahan yang ada di tempat mereka tinggal.

Selama ini anak anak di bangku sekolah hingga kuliah kebanyakan   belajar dari buku dan video bukan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah itu berdiri sehingga menjadi menara gading. Di dalam acara yang dipandu oleh I Komang Adiartha selaku pemilik   Kulidan Kitchen dan dibawakan oleh Oceu Apristawijaya serta Butet Manurung.

Karya seni di bawah ini dapat memberikan gambaran bagaimana literasi hadap masalah dijalankan oleh komunitas yang bekerja sama dengan Sokola Insitute dengan pengabdian penuh kasih untuk memberdayakan masyarakat di daerah jauh dari perkotaan.

Ilustrasi Berjudul Literasi Dasar oleh Oceu Apristawijaya

Deskripsi ilustrasi dua pemuda suku Rimba sedang  mendiskusikan materi pelajaran yang didapat dari lembaga Sokola. Pemuda di depannya sedang buat kerajinan . Pemuda yang jauh dari tiga orang itu sedang memanjat pohon memetik buah buahan. Semua orang rimba ini memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Pemuda rimba menghubungkan materi ajar dengan kehidupan sehari hari dan lingkungan tempat mereka tinggal.

Pendidikan yang Berkaitan dengan Masalah Pokok

Persoalan mendasar yang dihadapi orang Rimba adalah rasa rendah diri berinteraksi dengan orang luar dan memperoleh informasi dari orang luar. Banyak generasi muda orang Rimba ingin jadi orang kota. Bahkan anak rimba saat belajar bersama pengajar dari sekolah mengaku merasa buruk dianggap orang Rimba , lebih suka disebut orang Jawa.

Padahal tujuan memperoleh pendidikan Sokola agar mereka tetap mempertahankan identitasnya sebagai orang Rimba , menjalani budayanya dengan tetap mempunyai akses terhadap berbagai pengetahuan dari luar dan berjaga jaga kalau mereka tertarik mengembangkan diri pada hal hal baru.

Bahkan seorang murid Sokola sampai bertanya mengapa saya terlahir sebagai orang Rimba yang jadi sasaran hinaan? Literasi dasar ini harus mampu mengurai persoalan mendasar yaitu rasa malu akan identitas diri dan budaya sebagai orang Rimba. Pengajar mencari cara menggali banyak sumber dan cerita yang bisa memperkuat identitas mereka. Jika pendidikan tiddak menjunjung tinggi identitas, setelah bersekolah akan meninggalkan kebudayaan.

Kosa kata dalam pelajaran bahasa tingkat dasar harus sesuai dengan kehidupan sehari hari mereka. Masalah yang  dihadapi orang Riimba sehingga harus mampu baca tulis dikarenakan sering salah paham dengan orang luar seperti berbelanja ke pasar. Orang Rimba yang buta huruf berbelanja sering buat pedagang kesal. Sebagai contoh saat bawa uang 50.000 rupiah untuk beli 1 kg gula seharga 20.000 rupiah mereka dapat kembalian 30.000 rupiah . Kemudian orang Rimba itu ingin beli kopi seharga 15.000 rupiah lalu uang mereka sisa setengahnya. Ini yang buat pedagang merasa waktunya terkuras. Ini disebabkan ketakutan orang rimba ditipu.

Ada kasus dimana orang Rimba kehilangan hutannya setelah memberi cap jempol pada surat dokumen . Pegawai perusahaan bilang surat itu tanda penghargaan . Kemudian mereka terkejut karena cap itu adalah tanda persetujuan bahwa lahannya diambil oleh korporasi untuk dijadikan perkebunan. Buldozer datang menebang hutan. Ini akibat terburuk karena buta huruf. Konsekuensi buta huruf dapat berdampak pada masalah kesehatan seperti seorang yang minum obat kerabatnya. Obat itu menyembuhkan si kerabat sedangkan dia  menderita sakit karena penyakitnya berbeda sehingga obatnya tidak cocok.

Literasi dasar harus ubah pola pikir. Sebelum melek huruf orang Rimba berpandangan hutannya luas tidak akan habis. Kemudian ada angapan bahwa kalau ada yang menipu orang rimba biarlah tuhan yang menghukum mereka. Setelah beberapa hari memperoleh pendidikan baca tulis dan mendemonstrasikan manfaaat sambil menghibur seperti menuliskan lagu tradisional orang Rimba, murid-murid sadar bahwa untuk melawan orang luar harus menguasai ilmu luar. Mereka berubah pandangan bahwa dengan baca tulis hutan tetap terjaga.

Pendidikan literasi dasar dimulai dari alfabet. Mengenalkan alphabet harus dengan kata yang dikenal sehari hari misalnya huruf A menggunakan kata atap. Huruf s menggunakan kata sungai. Untuk mengingat bentuk huruf dihubungkan dengan benda sekitar yang berhubungan dalam kehidupan sehari hari seperti huruf H menyerupai jemuran pakaian. Dengan ini pelajaran alphabet terhubung dengan kehidupan mereka secara langsung.

Melek huruf sejati melahirkan proses perubahan dari tidak tahu masalah menjadi sadar akan resiko dan ketidakberdayaan mengatasi masalah. Orang Rimba akhirnya sadar bahwa mereka selama ini jadi pihak yang tertindas. Dengan baca tulis mereka mengakses beragam informasi dan menjadi sadar untuk memiliki ide melawan bukan menyerah pada keadaan.

Tujuan literasi adalah bukan untuk memodernkan tapi membantu komunitas Rimba menghadapi tantangan dari luar. Literasi hadap masalah tidak memisahkan kehidupan sehari hari seperti menggembala, melaut, menjaga anak, bertani, atau buat kerajinan. Kalau orang Rimba belajar kalkulus dan geometri jelas tidak terhubung dengan kehidupan mereka. Pertanyaan penting muncul apakah ilmu yang mereka pelajari mengatasi penebangan hutan atau buat hidup mereka layak? Jika kita tidak kritis, kita tidak bisa sepenuhnya berpikir terbuka.

Esensi pendidikan adalah bekal hidup saat dewasa nanti. Saat anak anak Rimba dibawa ke kota,mereka bertanya:

“Bu, bukankah hampir semua orang di kota bersekolah, kenapa sungainya kotor?  Kenapa di kota banyak mobil padahal banyak orang di luar sana yang tidak punya rumah dan tingal di tumpukan sampah dan di bawah jembatan? Kenapa orang orang mau terjebak di kemacetan? Kenapa anak anak kalau menyeberang jalan harus diseberangkan polisi? Apa di kelas tidak pernah belajar menyeberang jalan? “

Pertanyaan dari seorang anak Rimba membuat seseorang berpikir tentang kekeliuran sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah formal. Sekolah formal tidak menerangkan masalah yang terjadi di tempat mereka berada. Selama siswa bersekolah tidak pernah diterangkan penyebab air sungai dan selokan selalu kotor supaya dicari akar masalah dan diselesaikan agar jernih tapi diajarkan tentang hal hal yang jauh dari gejala masalah wilayah dimana sekolah itu berada.

Sekolah formal menghilangkan bahasa daerah, tarian, makanan , rumah adat dan kesenian karena standarisasi kurikulum. Ini merenggut demokrasi pendidikan. Pembelajaran lokal mencakup tiga hal yaitu : hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan sesama manusia. Sebelum mengajar harus belajar dulu. Mengajar harus dengan pendekatan budaya. Banyak masalah yang dihasilkan dari niat baik. Bantuan dari pemerintah dalam perumahan, standarisasi kurikulum nasional dan menggantikan cara hidup nomaden. Gunakan dialek lokal sambil sebanyak mungkin menyelipkan kosa kata lokal sehari hari yang penting bagi kehidupan komunitas.

Jika Persoalan Baru datang, kurikulum pun dinamis mengikuti perkembangan persoalan tersebut. Bagi orang rimba apa yang dipelajari adalah apa yang ada di kehidupan sehari hari, Target utama literasi hadap masalah adalah bagaimana kemampuan literasi yang dimiliki bisa digunakan dalam kehidupan sehari hari, membantu menghadapi persoalan yang dihadapi komunitas dan dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan permasalahan yang menyerang peserta literasi dan komunitasnya. Manfaat literasi harus bisa dirasakan langsung oleh peserta didik dan komunitas tempat perserta berasal.

Literasi kontekstual disesuaikan dengan kehidupan sehari hari dan kondisi lingkungan sekitar tempat program pendidikan diselenggarakan . Siswa dalam literasi hadap masalah akan memahami lewat hubungannya dengan realitas bahwa realitas itu sebuah proses mengalami perubahan terus menerus(1).

Pendidikan Literasi menurut Paulo Freire

Dalam literasi hadap masalah guru tidak lagi jadi orang yang mengajar tapi orang yang mengajarkan dirinya melalui dialog dengan para murid yang pada gilirannya disamping diajar mereka juga mengajar. Manusia saling mengajar satu sama lain ditengahi oleh objek objek yang dapat diamati. Pada metode pendidikan hadap masalah ,guru selalu menyerap ketika dia mempersiapkan bahan pelajaran maupun ketika berdialog dengan para murid. Dia tidak akan menganggap objek objek yang dapat dipahami sebagai milik pribadi tetapi sebagai objek refleksi para murid serta dirinya sendiri.

Murid jadi rekan pengkaji yang kritis melalui dialog degan guru. Pendidikan hadap masalah adalah mengenai suatu proses penyingkapan realitas secara terus menerus berjuang demi kebangkitan kesadaran dan keterlibatan kritis realitas. Refleksi yang sejati menganggap tidak ada manusia yang abstrak dan tidak ada dunia tanpa manusia tapi manusia dalam kaitannya dengan dunia.

Pendidikan hadap masalah mendorong refleksi dan tindakan yang benar atas realitas dan dengan cara itu menyambut fitrah manusia yang akan menjadi manusia sejati hanya jika terlibat dalam pencarian dan perubahan kreatif. Pendidikan hadap masalah menegaskan manusa sebagai mahluk yang berada di dalam proses menjadi- sebagai sesuatu yang tak pernah selesai, mahluk yang tidak pernah sempurna dalam dan dengan realitas yang juga tidak pernah selesai. Pendidikan hadap masalah mengubah kesadaran peserta didik menjadi kesadaran kritis(2).

Sumber :

1.            Manurung, Butet, dkk. 2019. Melawan Setan Bermata Runcing. Jakarta. Sokola Institute

2.            Freire, Paulo.2008. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta. Pustaka      LP3ES

Previous Post

Indah Pertiwi dan Thaly Titi Kasih, Juara Baca Puisi Bali di Gianyar

Next Post

Menghitung Penghasilan Bondres Rarekual | Pra Pandemi & Pas Pandemi

Doni Sugiarto Wijaya

Doni Sugiarto Wijaya

Lulus Kuliah tahun 2017 dari Universitas Pendidikan Nasional jurusan ekonomi manajemen dengan IPK 3,54. Mendapat penghargaan Paramitha Satya Nugraha sebagai mahasiswa yang menulis skripsi dengan bahasa Inggris. Sejak tahun 2019 pertengahan bulan Oktober, Doni mulai belajar menulis di blog secara otodidak. Doni menulis untuk bersuara kepada publik mengenai isu isu lingkungan hidup, sosial dan satwa liar.

Next Post
Menghitung Penghasilan Bondres Rarekual | Pra Pandemi & Pas Pandemi

Menghitung Penghasilan Bondres Rarekual | Pra Pandemi & Pas Pandemi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co